Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

The Uncle Dee, Kedai Es Krim Lokal yang Hadir di 16 Kota di Indonesia

KOMPAS.com - Minat makan es krim banyak orang semakin meningkat di Indonesia belakangan ini. Sebelum menjadi tren baru, The Uncle Dee sudah hadir sejak 2017 lalu.

The Uncle Dee merupakan kedai es krim lokal yang hadir di 16 kota di 8 provinsi Indonesia. Hingga saat ini, tercatat ada sebanyak 39 gerai The Uncle Dee.

Nama The Uncle Dee diambil dari pelesatan nama salah satu pemiliknya, Muhamad Rizky Rizaldy.

"Waktu itu Aldy lagi di Inggris dan di sana pakai aksen British. Mau manggil Aldy kan susah, jadi orang-orang di sana memanggilnya Uncle Dee. Pertama dari situ," kata Hilmi Fabriansyah, business developmment manager The Uncle Dee saat ditemui Kompas.com, Senin (23/1/2023).

Keberadaan kedai es krim The Uncle Dee juga tak luput dari peran Aldy. Dua tahun sebelum resmi berdiri, ia menemukan ide bisnis kala berlibur ke salah satu kota terdingin di Eropa.

Aldy menemukan satu toko dengan antrean panjang, membuatnya penasaran dan menghampiri tempat tersebut untuk mengetahui produk yang dijual.

Ternyata, toko tersebut menjual es krim di tengah dinginnya kota tempat ia berlibur saat itu.

"Muncul ide sederhana, kayaknya ini cocok dijual dan dikembangkan di Indonesia. Kami melihat ada pasar dan produk bagus. Berangkat dari kesempatan itu dan mencoba cari peluang," jelas Hilmi.

Bersama dua teman kampusnya, Khairul Adianto Pratomo dan Qodhyan Fatahillah, Aldy akhirnya merancang bisnis es krim ini selama dua tahun hingga terealisasi pada 2017.

The Uncle Dee pun resmi dibuka pertama kali di Depok dan menyebar ke kota lain di Jabodetabek, serta provinsi lain di Indonesia.

Hilmi menuturkan, The Uncle Dee pertama kali menjual soft ice cream seharga Rp 3.000 atau Rp 4.000 per satuan.

Harga es krimnya kini berada di kisaran Rp 8.000 hingga Rp 22.000. Pilihan es krim dan topping-nya juga semakin bervariasi.

Menu es krim The Uncle Dee terdiri dari Twist Crunchy, Sun Java, Waffle Talk, You Cute, dan Dizzy Ice.

Ada juga pilihan minuman berupa Uncle Latte dan Uncle Soda yang dijual dengan ukuran gelas reguler dan besar.

Sementara untuk topping-nya, pelanggan bisa memilih Oreo Crumbs, Mr. Chunck, Choco Crunch, Choco Lava, dan Lovely Strawberry.

Melalui tagline 'Cara Seru Makan Susu', Hilmi berharap, The Uncle Dee bisa membagikan keseruan dan nikmatnya menyantap es krim ini. 

"Memang bahan dasarnya susu banget. Kemudian dicampur topping berupa crumble dan selai, bisa dicampur. Ketika makan cone atau waffle kan berlepotan, itu seru," ujar dia.

Semua produk es krim The Uncle Dee bisa dibeli langsung digerai setiap hari pukul 09.00-22.00 WIB dan via layanan pesan-antar ojek daring.

The Uncle Dee menerima pesanan melalui ojek daring dengan jangkauan maksimal tiga kilometer. Lebih dari itu, es krim akan sulit bertahan beku dan kemungkinan besar akan mencair.

Jatuh bangun bisnis

The Uncle Dee sukses membangun sekitar 40 gerai setelah dua tahun didirikan. Sayangnya, badai pandemi Covid-19 mengharuskan bisnis milik tiga sahabat ini menutup satu per satu.

Peraturan pemerintah terkait jam operasional warung makan tidak bisa dihindari, juga enggannya pelanggan ke luar rumah saat angka Covid-19 sedang meninggi.

"Mau gak mau, harus tutup 50 persen. Dari situ mulai evaluasi dan bangkit lagi. Untungnya, pertumbuhan cabang di luar kota terjaga. Kecuali Jabodetabek yang tersisa hanya Depok, Bogor, dan Bekasi," tutur Hilmi.

Kedai es krim lokal ini terus menggali cara membangkitkan usaha. Saat ini, Hilmi mengatakan, The Uncle Dee memfokuskan usaha untuk mengatasi masalah yang ada di tengah keluarga Indonesia.

The Uncle Dee mulai mengusung konsep kekeluargaan. Memfokuskan produknya bisa dinikmati satu keluarga untuk berbagi momen antar anggota sembari menyantap es krim,

Ruang makan di setiap kedai pun mulai diperluas. Kebanyakan yang sudah memiliki pembaharuan kedai ini adalah cabang di luar kota.

"Dulu kan konsepnya Stop and Go, mejanya di depan dan beruntungnya konsep ini bertahan pas pandemi. Sekarang sudah tidak ada yang seperti ini, mau mulai diganti," ujar Hilmi.

Sejak resmi berdiri, The Uncle Dee merupakan bisnis yang mengusung model bisnis waralaba. Membuka peluang bagi siapa saja yang ingin berusaha bersama.

Menurut Hilmi, dibutuhkan kolaborasi untuk membangun usaha yang besar. Salah satunya adalah melalui waralaba.

"Kisaran modal keseluruhannya adalah Rp 250-300 juta. Peralatan dan bahan baku sudah lengkap, tinggal perizinan ruko," kata dia.

Hilmi yang bekerja di pusat The Uncle Dee, secara rutin mengontrol jalannya bisnis di setiap cabang, baik di Jabodetabek maupun kota lainnya.

Kontrol ini bisa berupa datang langsung ataupun memantau via CCTV yang bisa diakses kapan saja demi memastikan kualitas produk es krimnya.

Ke depan, Hilmi memiliki harapan positif terkait tren es krim di Indonesia yang menurutnya akan terus berkembang.

"Saya melihat market es krim di Indonesia ini peluangnya masih bagus banget. Persaingan bisnis juga jadi positif karena membentuk harga pasar," tutur Hilmi.

"Dulu orang bilang es krim Rp 10.000 itu mahal. Sekarang dengan munculnya kompetitor, harga es krim di gerobak saja sudah Rp 10.000. Sejauh ini kesempatan bisnisnya masih besar," pungkas dia.

https://www.kompas.com/food/read/2023/02/02/093400575/the-uncle-dee-kedai-es-krim-lokal-yang-hadir-di-16-kota-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke