Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Lulus dari JCU Singapore, Alumni Asal Bali Ini Temukan Segudang Manfaat Psikologi

Kompas.com - 19/01/2024, 09:13 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belajar ilmu psikologi membawa daya tarik tersendiri, karena memungkinkan seseorang untuk meraih pemahaman yang lebih mendalam tentang pikiran, perilaku, dan emosi manusia.

Daya tarik itu pula yang membawa Putu Nasya Putri Setyawan untuk memilih program studi Bachelor of Psychological Science di James Cook University (JCU), Singapore.

Sejak masa sekolah menengah atas (SMA), gadis kelahiran Bali ini telah menunjukkan ketertarikan yang kuat terhadap dunia psikologi. Ketertarikan ini bukan hanya sekadar minat, tetapi juga passion yang membimbingnya dalam memahami kompleksitas dan keunikan psikologi.

“Memang dari dulu itu aku suka banget yang namanya observing people. Kayak aku tuh orangnya observing banget. Jadi kalau ngobrol sama orang itu secara nggak sadar aku sudah mulai melihat gerak-gerik mereka, their body language gimana,” ucap Nasya kepada Kompas.com, Rabu (10/1/2023).

“Terus aku juga tertarik sama yang namanya mental health awareness. Dari situ aku mikir kayaknya kalau aku belajar psikologi bisa jadi sebuah batu loncatan untuk mempelajari mental illness dan membedah manusia, (lewat) pikiran dan emosi mereka,” sambungnya.

Baca juga: Gapai Doktor Psikologi, Rahmanto Teliti Permukiman Kumuh di Pesisir Utara Jakarta

Sebelum menjejakan kaki di dunia psikologi, Nasya sempat mendapat keraguan dari orangtuanya, terutama sang ayah.

Ia menceritakan bahwa sang ayah awalnya kurang begitu yakin terhadap keputusan putri semata wayangnya untuk mengambil jurusan psikologi.

Berbeda dari tanggapan ayahnya, ibunda Nasya langsung mengamini niat buah hatinya untuk mengambil jurusan tersebut.

“Dari awal sebenarnya mama sangat mendukung karena sifatnya sebelas dua belas sama aku. (Beliau) juga sangat tertarik di bidang ini. Tapi kalau papa lebih (tanya) kenapa psikologi? Kenapa enggak pilih bisnis atau kedokteran?” ucapnya.

Baca juga: Mengenal Kadaver dan Fungsinya dalam Ilmu Kedokteran

Merespons pertanyaan sang ayah, Nasya dengan percaya diri menjawab bahwa psikologi juga termasuk bidang kesehatan yang lebih fokus terhadap kejiwaan manusia.

Ia juga meyakinkan keluarganya bahwa ilmu tersebut nantinya akan sangat berguna, terutama bagi banyak orang.

Penjelasan tersebut akhirnya membawa Nasya terbang ke Singapura untuk belajar di JCU Singapore.

Jika kembali ke masa itu, ia mengaku bahwa tidak mudah merantau ke negeri orang. Bahkan, Nasya sampai menangis satu minggu berturut-turut setelah tiba di Negeri Singa.

Baca juga: Beasiswa S1 Singapura 2024, Kuliah Gratis dan Uang Saku Rp 75 Juta

“Waktu sampai Singapura itu (merasakan) culture shock seminggu kayaknya. Kalau (perbedaan budaya) paling mencolok dari Singapura sendiri itu very fast country. Jadi apa-apa serba cepat, seperti mass rapid transit (MRT) atau orang-orang di sana. Sedangkan aku di Bali itu ke mana-mana ya pelan-pelan gitu ya,” tutur Nasya.

Selain itu, lanjut dia, terdapat perbedaan budaya seperti sapa-menyapa. Nasya mencontohkan, orang di Bali sangat familier dengan sapaan, tetapi orang Singapura terkesan lebih cuek.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com