Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakultas Teknik UI Berhasil Ubah Bus Konvensional Jadi Bus Listrik

Kompas.com - 17/12/2023, 13:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) dan PT Petrosea Tbk melakukan konversi bus diesel konvensional menjadi bus listrik atau Electric Vehicle (EV).

Proses konversi bus diesel AKAP jenis HINO R260 ini sudah dimulai sejak tahun 2022 hingga sembilan bulan kemudian.

Sebelum diluncurkan secara resmi pada akhir November 2023 lalu, bus jenis ini telah melewati uji coba intensif selama 6.000 jam perjalanan mengelilingi area UI.

Konversi kendaraan listrik merupakan inovasi reverse engineering yang dilakukan dengan mengganti mesin berbahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan, dengan motor listrik. Proses reverse engineering ini dilakukan dengan tetap menjaga keamanan dan kinerja kendaraan.

Baca juga: 10 Jurusan Sepi Peminat UI dan UGM di SNBP 2023, Acuan Daftar 2024

Dekan FTUI, Prof Heri Hermansyah mengatakan kolaborasi FTUI dengan industri, dalam hal ini PT Petrosea Tbk, merupakan kesempatan yang baik bagi UI untuk menunjukan komitmen dalam mendorong penurunan emisi dengan penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti Bus Listrik.

"Pada Bus EV konversi ini, kami juga berhasil memasang sistem kontrol produksi anak bangsa yang pertama di Indonesia. Hal ini merupakan jawaban FTUI terhadap tantangan kemandirian teknologi Indonesia serta mendukung transformasi hijau,” ujarnya, dari rilis UI yang diterima Kompas.com.

Pekerjaan proyek ini dilaksanakan oleh Unit Kerja Khusus (UKK) Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) Departemen Teknik Mesin FTUI dan Research Center for Advanced Vehicle (RCAVe) UI.

Baca juga: 10 Jurusan UI Terketat pada SNBP 2023, Acuan Calon Mahasiswa di 2024

Sementara itu, Direktur RCAVe UI Prof. Dr. Feri Yusivar mengatakan bahwa pengembangan kendaraan listrik nasional memiliki nilai strategis yang sangat tinggi dan vital di sisi ekonomi.

Sehingga kemandirian industri harus dibangun dengan penguasaan teknologi otomotif yang menggunakan sumber daya dan SDM lokal.

Feri mengatakan bahwa proyek kolaborasi Battery Electric Bus ini merupakan langkah ke depan yang signifikan dalam mendorong transportasi berkelanjutan di Indonesia.

Serta memberikan kontribusi penting untuk industri otomotif nasional.

Tim RCAVe UI sendiri berhasil mengintegrasikan sistem penggerak listrik dengan memperhatikan kekuatan konstruksi dan lokasi pusat massa kendaraan untuk menjaga optimalitas pengendalian.

Vehicle Development Expert FTUI Dr-Ing. Mohammad Adhitya mengatakan penyempurnaan dilakukan pada beberapa hal, seperti tata letak komponen baru, integrasi sistem penggerak listrik dengan sistem kendali bus.

"Serta teknik menjaga agar penyaluran daya mesin (motor) listrik menjadikan pengereman dan kemampuan berbelok optimal. Selain itu juga, bagaimana mengonversi bus agar tetap sesuai dengan daya dukung jalan yang ada di Indonesia menjadi final ingredient dari produk akhirnya,” kata dia.

Baca juga: Beasiswa S1-S2 Brunei Darussalam 2024, Kuliah Gratis dan Tunjangan

Adapun sistem kontrol pada Bus EV UI ini merupakan hasil inovasi dari Dr. Abdul Muis, ST. M.Eng., Control Expert dari Teknik Elektro FTUI.

Meskipun konversi kendaraan konvensional menjadi listrik sudah dimulai sejak satu dekade terakhir, integrasi penuh perangkat EV masih menghadapi tantangan signifikan.

Bus listrik Petrosea-UI telah mengimplementasikan perangkat EV terintegrasi dengan protokol komunikasi CAN SAE-J1939, protokol standar untuk kendaraan berat bertenaga listrik.
Namun, tantangan utama terletak pada ketiadaan standar parameter PGN-SPN untuk protokol komunikasi ini.

Hingga saat ini, belum ada perangkat integrasi universal yang dapat diterapkan pada berbagai kendaraan listrik. Perangkat integrasi yang dikenal sebagai Vehicle Control Unit (VCU) pada bus listrik atau pada kendaraan listrik secara umum, biasanya dirancang secara spesifik untuk model perangkat EV tertentu.

Baca juga: 11 Beasiswa S1-S3 Jerman 2024 Tanpa Syarat IELTS, Bisa Kuliah Gratis

Di Indonesia, sebagian besar bus listrik masih bergantung pada integrator dari luar negeri, yang membatasi kemampuan pengembangan mandiri.

Namun, tim UI berhasil melakukan integrasi mandiri pada Bus Listrik Petrosea-UI, memungkinkan kustomisasi perangkat EV tanpa bergantung pada tenaga ahli asing.

Head of Electric Vehicle (EV) PT Petrosea Tbk Sahala Sigalingging, ST, MSc., menekankan komitmen Petrosea terhadap ESG dan dekarbonisasi. “Petrosea berkomitmen penuh pada aspek Environmental, Social, and Governance (ESG)," kata dia. 

Inisiatif EV merupakan langkah nyata dalam mendukung dekarbonisasi, sejalan dengan strategi 3D (Diversifikasi, Digitalisasi, Dekarbonisasi) Petrosea. "Upaya tersebut merupakan bagian proses Petrosea menuju net zero emissions yang akan membutuhkan dukungan dan sinergi penuh dari seluruh pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal,” kata Sahala.

Di industri pertambangan saat ini mayoritas alat yang ada masih menggunakan bahan bakar fosil, terutama diesel. Dengan berhasilnya proses konversi hasil kolaborasi FTUI dan PT Petrosea Tbk., diharapkan sistem ini dapat diaplikasikan pada industri tambang di Indonesia. Kolaborasi ini menjadi bukti kemampuan dan komitmen akademisi dan industri Indonesia dalam mendorong inovasi berkelanjutan.

Konversi bus diesel menjadi bus listrik merupakan langkah besar menuju masa depan transportasi yang lebih bersih dan hijau di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com