Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artis Promosikan Judi Online, Dosen UM Surabaya: Bahayakan Masyarakat

Kompas.com - 07/09/2023, 12:27 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Kajian Media dan Budaya Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Radius Setiyawan turut memberikan tanggapan terkait banyaknya influencer yang terlibat dalam mempromosikan judi online di media sosial.

Radius menilai peran influencer dalam memasarkan judi online sangat berbahaya bagi masyarakat. Hal tersebut mengingat artis atau influencer kerap dijadikan contoh oleh para pengikutnya.

Baca juga: 10 Jurusan Teknik Informatika Terbaik Indonesia, Ada Binus dan Telkom

"Tentu sangat membahayakan, karena apa yang mereka katakan berpotensi memengaruhi pola perilaku pengikut. Bisa dikatakan influencer menjadi trendsetter bagi milenial dan generasi Z. Dengan follower yang banyak influencer berpotensi memengaruhi perilaku banyak orang pada hal-hal tertentu," kata dia dikutip dari laman UM Surabaya, Kamis (7/9/2023).

Menurut dia, banyaknya masyarakat yang mengikuti kehidupan influencer menjadi indikasi bahwa masyarakat hidup dalam kerentanan. Orang menjadi mudah percaya kepada citra dalam dunia siber.

"Di zaman era kecepatan informasi seperti hari ini, otak kita mudah diserang informasi dari iklan, media sosial, berita hingga gosip. Otak manusia sangat mungkin bisa diretas, akibatnya adalah tipu daya," ungkap dia.

Dia mengaku, apa yang dipromosikan artis atau influencer dalam kasus judi online adalah imaji kaya raya dengan cara yang instan.

Akibatnya orang mudah terobsesi dan kehilangan nalar kritis.

Dia juga mengatakan yang paling berbahaya adalah ketika masyarakat kehilangan nalar kritis, ia akan melakukan apa saja dalam mencapai tujuan.

"Ketika harapannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, maka akan muncul kejahatan baru seperti mencuri, usaha bunuh diri hingga depresi berat," sebut dia.

Lanjut dia menyatakan, banyaknya korban judi online juga disebabkan oleh kondisi ekonomi yang berat.

Kondisi ekonomi yang berat tidak menutup kemungkinan orang akan mudah tergoda oleh iming-iming peningkatan dana atau aset secara instan di dunia siber.

Baca juga: Puri Pramudiani, Mahasiswa S3 UPI yang Lulus dengan IPK 4,00

Selain itu, lemahnya literasi digital juga membuat masyarakat mudah terperdaya dalam dunia digital.

Dia berpesan kepada masyarakat di tengah kondisi banjir informasi seperti sekarang masyarakat perlu berpikir reflektif. Artinya tidak lagi melihat dunia dari sisi permukaan saja.

Semua penilaian, asumsi, dan prasangka harus ditunda terlebih dahulu supaya bisa mendapatkan pengetahuan yang mumpuni dan mendalam.

"Kecepatan teknologi hari ini cenderung menciptakan pendangkalan yang berakibat sebagian masyarakat mudah sekali terperdaya dengan sesuatu yang instan," jelas dia.

Terakhir, sambung dia, terkait minimnya literasi keuangan.

Dia menegaskan, banyak dari sebagian masyarakat yang masih susah membedakan dan bahkan abai dalam hal trading atau judi online.

Sebagian masyarakat kita masih awam dengan dunia trading dan judi online. Mereka dengan mudah berinvestasi hanya dengan mengikuti para influencer atau artis yang diidolakan.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: 5 Cara Cegah Anak Sakit saat Musim Kemarau

"Padahal, dalam konteks ini, dibutuhkan pemahaman operasional khusus agar tidak mudah terjebak pada investasi bodong," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com