Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Growth Center
Powered by Kompas Gramedia

Sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA, Growth Center adalah ekosistem solusi yang memfasilitasi pertumbuhan organisasi dan individu untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka. Growth Center hadir untuk menjadi teman bertumbuh dalam mempercepat pertumbuhan dan transformasi melalui solusi sumber daya manusia berbasis teknologi yang teruji secara saintifik berdampak.

Kami meningkatkan pertumbuhan para individu melalui proses siklus yang berkelanjutan dari menemukan jati diri (discovery) hingga menyediakan pengembangan (development) yang diperlukan. Semua ini hadir dalam produk kami, Kognisi Discovery dan Kognisi Development untuk memfasilitasi individu untuk mengenal dirinya sendiri dan berkembang sesuai dengan keunikan (idiosyncrasy) mereka.

Silakan kunjungi situs kami www.growthcenter.id dan info kolaborasi lebih lanjut bisa kirim surel ke info@growthcenter.id.

 

"Di Sayidan", Menilik Sisi Lain Yogyakarta Lewat Cerita Shaggydog

Kompas.com - 15/03/2023, 18:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Arriva Zulfira | Content Writer Intern Growth Center | Powered by Kompas Gramedia

KOMPAS.com - Daerah Istimewa Yogyakarta sudah menjadi salah satu kawasan paling terkenal di Indonesia yang penuh dengan cerita. Tidak hanya berwisata, kebanyakan orang yang mengunjungi Yogyakarta juga bertujuan menulis kisah atau mencari inspirasi.

Jalan Malioboro, Candi Borobudur, dan Alun-Alun Selatan sering kali menjadi incaran utama orang-orang yang berkunjung ke kota tersebut. Namun, pernahkah kamu mendengar daerah Kampung Sayidan?

Terletak di Kelurahan Pawirodirjan dan Kecamatan Gondomanan, Kampung Sayidan merupakan salah satu objek wisata di kota Yogyakarta yang cukup terkenal. Secara spesifik, Kampung Sayidan berada di bagian tengah bantaran sungai Kali Code.

Pada awalnya, banyak warga keturunan Arab yang bermukim di sini, sehingga lama kelamaan tempat ini sempat dikenal dengan nama “Kampung Arab”. Warga lokal kota Yogya yang juga menempati daerah ini biasa memanggil warga keturunan Arab tersebut dengan sebutan “Sayid”.

Oleh sebab itu, daerah ini kemudian dikenal dengan nama “Kampung Sayidan”.

Beberapa destinasi wisata yang sering dikunjungi di Kampung Sayidan contohnya yaitu Gereja Sayidan dan Jembatan Sayidan. Terkenal dengan sejarah yang kental dengan unsur religiusnya membuat beberapa atraksi wisata di kawasan Sayidan juga berkaitan erat dengan agama Islam.

Contohnya, sepanjang bulan Ramadhan biasanya terdapat event pengajian akbar dan tabur ikan sodaqoh dari warga ke Kali Code. 

Dari kawasan kumuh jadi primadona kota

Siapa sangka bahwa daerah Sayidan yang kini sudah banyak dikenal orang sebenarnya berangkat dari pemukiman yang kumuh?

Berdasarkan penilaian lingkungan fisik yang dilakukan oleh Retta Ida Lumongga dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Sayidan merupakan salah satu kawasan kumuh tingkat tinggi dari daerah Prawirodirjan.

Kondisi kekumuhan Sayidan dinilai tinggi karena adanya pembangunan yang tidak merata. Kondisi permukiman di desa secara keseluruhan tidak merata, sebagian sudah tertata sedangkan sisanya masih terlihat kumuh.

Namun, sejak 2020, penataan kawasan kumuh di bantaran Kali Code sudah diupayakan oleh pemerintah, salah satunya yaitu daerah Sayidan. Kini, Sayidan menjadi salah satu objek wisata kota Yogyakarta.

Pada kawasan ini, terdapat landmark terkenal seperti Jembatan Sayidan, Gereja Sayidan, dan Klenteng Gondomanan. Selain itu, Sayidan juga menjadi tempat lahirnya seniman-seniman terkenal Yogyakarta, seperti seniman lukis Koko dan band Shaggydog yang terkenal dengan lagunya yang berjudul “Di Sayidan”.

Baca juga: Mengenal "Storytelling", Kunci Sukses Menyampaikan Pesan

Terkenal karena lagu musisi lokal

Nama Sayidan mulai dikenal orang-orang sejak grup band Shaggydog membuat lagu berjudul “Di Sayidan”. Shaggydog merupakan grup musik asal Yogyakarta yang berdiri pada 1 Juni 1997. Band ini sejak awal berkutat pada genre musik ska, reggae, jazz, dan swing.

Shaggydog beranggotakan enam orang, yaitu Aloysius Oddisey Sanco (bas), Richard Bernado (gitar), Raymondus Anton Bramantoro (gitar), Lilik Sugiyarto (keyboard), Heru Wahyono (vokal), dan Yustinus Satria Hendrawan (drum).

Mendapatkan inspirasi dari Lapen, minuman keras khas Yogyakarta, Aloysius sang bassist yang biasa disapa Bandizt menulis lagu “Di Sayidan” sekitar tahun 2000. Lagu ini berkisah tentang Sayidan yang kala itu masih belum banyak dikenal orang.

“Di Sayidan” Bandizt ciptakan bersama Richard yang sedang bermain gitar di depan rumahnya di kampung Sayidan.

Dilansir dari YouTube Kompas.com, Bandizt mengatakan bahwa lirik lagu tersebut yang sekarang sudah dinyanyikan oleh banyak orang sebenarnya mengalami perubahan dari lirik aslinya.

Hal ini karena lirik yang asli sudah diperhalus oleh Heru sang vokalis. Heru juga mengatakan bahwa “Di Sayidan” merupakan karya yang lahir dari suasana tongkrongan. Menurutnya, suasana emosional yang didapat saat menongkrong langsung tidak bisa digantikan dengan saling sapa lewat gadget, dan budaya nongkrong di Sayidan memang sangat kental.

Sekitar tahun 2003, lagu ini mulai dikenal banyak orang setelah digandeng oleh label EMI Music Indonesia. Dengan lirik lagu yang lugas dan mudah diingat, dan diiringi pula dengan lantunan nada yang asyik, lagu ini menjadi populer di kalangan pendengar musik tanah air.

Hingga kini, “Di Sayidan” menjadi lagu legendaris Shaggydog yang masih mereka nyanyikan dalam setiap konsernya.

Potret Sayidan di lagu Shaggydog

Melalui lagu “Di Sayidan”, Shaggydog bercerita dengan penuh rasa tentang Kampung Sayidan. Liriknya yang apik membuat para pendengarnya dapat membayangkan suasana Sayidan.

Setiap kata dalam lagu ini menjadi potret yang menggambarkan hiruk-pikuk dan juga damainya daerah tersebut. 

Hei coba kawan dengarlah ku punya c'rita
Tempat biasa ku berbagi rasa
suka duka tinggi bersama
di gang gelap dibalik ramainya jogja

Pada lirik ini misalnya, Shaggydog memperkenalkan Kampung Sayidan yang belum banyak disentuh orang.

Hal ini diperjelas dari kata-kata “di gang gelap dibalik ramainya jogja” yang dapat diartikan bahwa tempat yang dimaksud dalam lagu tersebut merupakan sebuah tempat yang berada di belakang gegap gempita kawasan Yogya yang sudah dikelilingi banyak turis. 

Bila kau datang dari selatan
Langsung saja menuju Gondomanan
Belok kanan sebelum perempatan
Teman-teman riang menunggu di sayidan

Pada lirik ini Shaggydog menggambarkan rute menuju Sayidan. Melalui lirik di atas, dijelaskan bahwa jalur terbaik menuju Kampung Sayidan apabila seseorang datang dari arah selatan adalah menuju Gondomanan dan belok kanan sebelum perempatan.

Lirik ini membuat Shaggydog seolah menjadi tour guide yang membawa kita membayangkan perjalanan menuju Sayidan melalui storytelling dalam lagunya. 

Di sayidan, di jalanan
Angkat sekali lagi gelasmu kawan
Di sayidan, di jalanan
Tuangkan air kedamaian

Kemudian, pada lirik di atas Shaggydog menggambarkan bahwa Sayidan sebenarnya adalah daerah yang asyik untuk nongkrong bersama teman.

Meskipun terlihat sederhana, tetapi nyatanya Shaggydog berhasil memikat hati para pendengarnya untuk mencari tahu lebih banyak atau bahkan mengunjungi Kampung Sayidan melalui storytelling yang mereka tuangkan dalam bentuk lagu.

Artinya, secara tidak langsung Shaggydog membuat orang-orang melihat potensi Kampung Sayidan untuk menjadi objek terkenal dari kota Yogyakarta.

Lagu ini seakan menjadi sihir bagi pendengarnya untuk mengenal dan kemudian jatuh cinta kepada Sayidan, sebuah sisi lain dari kota Yogyakarta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com