Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Unpad Jelaskan Legenda Sangkuriang Berdasar Geologi Modern

Kompas.com - 28/08/2022, 11:01 WIB
Mahar Prastiwi

Penulis

KOMPAS.com - Tak hanya sekadar cerita rakyat, legenda Sangkuriang juga berkaitan erat dengan struktur geologi tatar Sunda di masa lampau.

Menurut Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof. Nana Sulaksana, legenda Sangkuriang memberikan pelajaran tentang genetika geologi Gunung Sunda, kelahiran Danau Bandung, dan terbentuknya Gunung Tangkuban parahu.

"Legenda Sangkuriang itu dalam kacamata ilmu geologi menceritakan tentang adanya gunung api purba yang disebut Gunung Sunda," terang Prof. Nana seperti dikutip dari laman Unpad, Minggu (28/8/2022).

Baca juga: Ini Kata Dosen UM Surabaya tentang Mitos Hantu Perempuan di Film Horor

Gunung Tangkubanparahu terbentuk dari sisa letusan besar

Prof. Nana menjelaskan, Gunung Tangkuban parahu dalam legenda disebutkan sebagai perahu terbalik karena amarah Sangkuriang gagal menikahi Dayang Sumbi.

Namun dari kacamata geologi modern, Gunung Tangkuban parahu sejatinya terbentuk dari sisa-sisa letusan besar kedua dari Gunung Sunda.

Sekitar 200.000 tahun lalu, Gunung Sunda merupakan gunung yang tinggi dan besar. Ahli geologi memperkirakan dasar keliling dari gunung ini sebesar 20 kilometer dan memiliki tinggi sekira 4.000 meter di atas permukaan laut.

Gunung ini kemudian mengalami erupsi eksplosif yang mengeluarkan material komposisi asam dengan komposisi silika di atas 70 persen dan berwarna putih pucat.

"Karena kandungan silika yang tinggi ini, gunung terlihat menjadi putih yang dalam bahasa Sansekerta disebut Çunda," tutur Prof. Nana.

Baca juga: Intip 20 Sekolah Terbaik di Banten Versi Nilai UTBK 2022

Lava yang berangsur membentuk tubuh gunung api

Kemudian, 100.000 tahun lalu, gunung ini kembali meletus dengan sangat besar. Diperkirakan 2/3 tubuh gunung ini hancur dan menyisakan kaldera seluas 6x7 kilometer.

Banyaknya material yang jatuh kemudian membendung sungai Citarum Purba di wilayah barat (sekarang Padalarang) sehingga membentuk Danau Bandung.

"Sekitar 90.000 tahun lalu, dari dasar kaldera kemudian muncul lava yang berangsur membentuk tubuh gunung api," ungkap Prof. Nana.

Prof. Nana menyampaikan, letusan puncak gunung api ini berpindah dari beberapa kawah. Sehingga membuat puncaknya terpotong dan menjadi datar menyerupai seperti perahu terbalik. Gunung ini kemudian dikenal dengan nama Tangkuban parahu.

"Peristiwa ini digambarkan dengan amarah Sangkuriang karena tidak berhasil menikahi Dayang Sumbi yang merupakan ibunya sendiri. Maka perahu yang sudah dibuat kemudian ditendangnya hingga terbalik. Dalam ilmu geologi ini adalah lahirnya Gunung Tangkuban parahu," papar dia.

Cerita legenda Sangkuriang dari kacamata ilmu geologi

Selain itu, runtutan cerita legenda Sangkuriang dapat ditelusuri dengan penjelasan ilmu geologi modern.

Proses pembuatan perahu dimulai dengan menebang satu pohon besar. Sisa ranting dari pohon besar tersebut dalam bahasa Sunda disebut Ngarangrangan yang kemudian menjadi nama gunung Burangrang. Atau gunung yang lahir di bagian kaldera sisa letusan Gunung Sunda sebelah barat.

Akar (tunggul) dari pohon yang ditebang kemudian menjadi nama Gunung Bukittunggul, atau gunung yang lahir di bagian tim kaldera sisa letusan Gunung Sunda.

Sementara danau yang dibuat Sangkuriang secara geologi terjadi akibat tumpukan material letusan Gunung Sunda yang membendung aliran Citarum Purba.

Prof. Nana menambahkan, legenda Sangkuriang juga mencerminkan betapa arifnya nenek moyang Sunda dalam menceritakan kejadian geologi yang terjadi di masa lampau secara akurat.

"Artinya, karuhun Sunda tidak asal-asalan dalam menyusun legenda tersebut, tetapi berdasarkan data fakta, bukan hasil dari impian," tandas Prof. Nana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com