Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usia 26 Tahun Selesaikan Studi Doktor dengan IPK 4, Ini Cerita Syahputra

Kompas.com - 30/06/2022, 15:30 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usia boleh saja baru 26 tahun. Meski tergolong muda, tetapi untuk urusan pendidikan, Syahputra Wibowo mengaku tidak pernah main-main.

Di usia 26 tahun, Syahputra berhasil menyelesaikan studi doktornya. Saat ini, ia tercatat sebagai mahasiswa Program Doktor Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya. Bahkan, nilai IPK-nya 4,00.

Pria yang akrab disapa Putra ini merupakan salah satu penerima beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul, dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Baca juga: Kisah Putri, Siswi Madrasah Anak Petani, Raih Beasiswa Kuliah ke Kanada

Alumni Jurusan Biologi angkatan 2013 ini berhasil menyelesaikan Pendidikan Sarjana selama 3,5 tahun.

“PMDSU adalah beasiswa magister menuju doctoral untuk sarjana unggul, jadi saya menyelesaikan program S2 satu tahun dan S3 tiga tahun”, jelasnya dilansir dari laman UB.

Ia juga mendapat beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional bagi mahasiswa S3 untuk mendapatkan pengakuan internasional.

Melalui beasiswa ini, Putra berkesempatan melakukan join research dengan berbagai universitas di dunia.

“Host University di Italy yang menjadi wadah research saya adalah Universita Degli Studi di Siena, di bawah bimbingan Prof. Rebecca Pogni, Jessica Costa, dan Maria Camilla Baratto. Universitas tersebut merupakan salah satu universitas tertua di Eropa di mana dibangun pada tahun 1240 dan telah melahirkan berbagai tokoh hebat dunia”, jelasnya.

Respon peneliti Italia, menurut Putra, sangat positif dan luar biasa.

Baca juga: Rahasia Izza, Siswa yang Lolos di 10 Kampus Dalam dan Luar Negeri

“Beberapa bulan di sana membuat saya menjadi sangat betah dikarenakan semuanya sangat welcome," imbuh Putra.

Ia juga melakukan co-kolaborasi dengan Hiroshima University, Japan di bawah bimbingan Prof. Koichi Matsuo.

“Saya bersyukur telah diberikan kesempatan oleh DIKTI dengan beasiswa PMDSU dalam studi magister hingga doktoral saya di Universitas Brawijaya, dan juga kesempatan yang sangat berharga untuk beasiswa PKPI ini sehingga saya mampu berkontribusi kepada Universitas Brawijaya di kancah research internasional," terangnya.

Hasil dari joint research ini telah berhasil dipublikasikan di jurnal Q1 Scopus dengan H-Index 195 dan Impact Factor 5.924.

Baca juga: Usia 19 Tahun Jadi Dokter dan S2 di Harvard, Ini Cerita Alumnus Unair

Sementara, ia sendiri menceritakan hasil researchnya mengenai protein. Protein memiliki peranan penting bagi tubuh manusia, terlebih lagi bagi penderita diabetes melitus.

Protein berfungsi sebagai pembawa sumber makanan maupun obat. Namun, bagaimana jika protein ini mengalami kerusakan, sehingga mengganggu kestabilan protein? Inilah yang diteliti oleh Syahputra.

“Saya meneliti penggunaan senyawa bioinorganik astaxanthin yang telah dikomplekskan dengan ion logam transisi Cu2+ dan Zn2+ untuk menjaga kestabilan protein albumin terglikasi pada penderita diabetes melitus”, ujarnya.

Penelitiannya selama studi Doktoral dibimbing oleh Prof. Sutiman Bambang Sumitro, lalu ko-promotor Dr. Sri Widyarti, dan ko-promotor Akhmad Sabarudin.

Hasilnya, senyawa tersebut mampu menjaga struktur sekunder protein albumin terglikasi.

“Protein ini merupakan marker pada penderita diabetes melitus sehingga proses transporter maupun scavenger dari protein albumin yang merupakan protein paling banyak dalam darah dapat berjalan seperti orang normal pada umumnya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com