Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dosen Achmad, 12 Kali Gagal Raih Beasiswa Luar Negeri

Kompas.com - 18/06/2022, 09:49 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

Menurutnya pula yang diajarkan di panti sangat berpengaruh bagi hidupnya sehingga membentuk pribadi yang strunggle di tengah keterbatasan yang ia jalani.

Sambil kuliah, jualan pempek dan menjadi cleaning service

Saat memutuskan kuliah di Surabaya, hidupnya tidak langsung mudah. Menurutnya tahun itu universitas di Indonesia belum menyediakan beasiswa bidikmisi seperti saat ini. Tahun tersebut kampus ada beasiswa BBM dan PPM tapi Dayat selalu gagal.

“Dulu saat masuk kuliah dibantu panti. Tapi untuk biaya makan saya tetap sulit. Waktu itu harga sayur satu plastik 500-1.000 rupiah. Setiap hari saya makan seadanya,” terang Dayat.

Menurutnya pula ia sering membeli tempe dan dimakan mentah untuk lauk. Ia sangat menyadari orang tua di desa tidak bisa memberinya materi secara penuh, sehingga ia harus punya usaha lebih untuk bertahan hidup di Surabaya.

“Pernah sehari baru bisa makan jam 12 malam karena benar-benar tidak ada uang waktu itu. Pernah juga saya satu minggu lauk ikan kering karena diberi teman,” ungkapnya lagi.

Karena keterbatasan ekonomi yang dialamainya Dayat memutuskan untuk berkuliah sambil bekerja.

Baca juga: Dosen UM Surabaya: 6 Dampak Vape, Ganggu Kesuburan hingga Kanker

Ia bekerja sebagai penjual empek-empek hingga menjadi cleaning service. Akibatnya ia menjadi tidak fokus saat belajar di kelas, ditambah aktivitas organisasi yang cukup padat.

Kini, setelah ia meraih mimpinya kuliah di Eropa, ia juga melakukan dakwah Islam berkemajuan di Eropa.

Menurut Dayat pada kurun waktu tahun 2017-2019 banyak kader Muhammadiyah dari perguruan tinggi di Indonesia yang diterima dan berhasil lolos beasiswa di Stipendium Hungaricum untuk studi master dan doctoral dan pada saat itualah terbentuk kesepakatan untuk melebarkan dakwah Islam di Eropa.

“Salah satu tantangan dakwah Muhammadiyah adalah banyaknya anak muda yang tidak percaya Tuhan, ini menjadi tantangan tersendiri untuk saya dan teman-teman selain perbedaan budaya dan bahasa,” katanya.

Menurutnya bentukan dakwah yang dilakukan adalah melalui dialog geraka intelektual keagamaan, terkait isu kerusakan lingkungan, kesetaraan gender, kesehatan sosial dan pendidikan.

Dayat juga berharap setelah menyelesaikan studi ia bisa membantu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia melalui riset-riset yang ia lakukan.

Baca juga: Guru Besar IPB: Konsumsi Susu Bisa Turunkan Obesitas

“Selalu ada jalan bagi siapapun yang bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu. Tekun belajar, sabar dan iringi dengan doa,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com