Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar Kimia Unair: Harga Logam Tanah di Lumpur Lapindo Sangat Tinggi

Kompas.com - 02/02/2022, 09:21 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Temuan logam tanah jarang atau rare earth di lumpur Lapindo, Sidoarjo memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan.

Logam tanah jarang itu jadi peluang besar perkembangan teknologi tinggi di Indonesia.

Baca juga: Warga Kampung Miliarder Tuban Jatuh Miskin, Ini Tanggapan Pakar UGM

Sehingga langkah yang harus dilakukan ke depan yaitu menentukan metode yang tepat, aman, dan maksimal untuk eksplorasi logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Kimia Unair, Ganden Supriyanto memberikan penjelasan mengenai salah satu metode yang dapat digunakan untuk ekstraksi logam tanah jarang dari lumpur Lapindo, Sidoarjo.

Ganden mengungkapkan, proses pemisahan logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo memerlukan metode tersendiri.

Hal tersebut dikarenakan lumpur Lapindo disinyalir bukan hanya mengandung logam tanah jarang saja, namun terdapat unsur logam lain yang terkandung di dalamnya.

"Nah, penelitian yang pernah saya lakukan yaitu saya membuat jebakan untuk memisahkan hanya unsur logam tanah jarangnya saja," ucap dia melansir laman Unair, Rabu (2/2/2022).

Metode tersebut, kata dia, menggunakan senyawa ionik inprinting polimer, yaitu polimer yang digunakan untuk menseleksi logam tertentu.

Salah satunya yaitu logam tanah jarang yang ditemukan di lumpur Lapindo, Sidoarjo.

Sehingga apabila lumpur Lapindo dilarutkan ke dalam air atau didekstruksi menggunakan polimer, maka hanya menyisahkan airnya saja.

Kemudian logam tanah jarang yang melewati media tersebut akan tertangkap.

Logam tanah jarang yang tertangkap tersebut akan bersifat jenuh dan dapat diseleksi kembali untuk mendapatkan logam tanah jarang murni.

Baca juga: Telur Puyuh Mengandung Kolesterol Tinggi? Ini Penjelasan Dosen IPB

"Misalnya saya ambil contoh scandium, jadi scandiumnya nanti saya cetak di dalam polimer tersebut. Kemudian scandium yang tercetak saya keluarkan dan tinggal polimer yang kosong, polimer yang berisi rongga-rongga yang cocok disi dengan logam scandium itu," jelas dia.

Penggunaan metode yang dilakukan Ganden, itu tidak tercampur logam lain yang terdapat di dalam logam tanah jarang.

Metode tersebut dinamakan ekstraksi fase padat, karena menggunakan absorben dalam bentuk padat.

Apabila digunakan pada skala besar maka seluruh logam tanah jarang seperti scandium dan litium dapat tertampung secara keseluruhan di dalam metode tersebut.

"Kalau dihitung per kilogramnya harga scandium, harganya sangat tinggi. Karena pemanfaatanya sangat bermanfaat bagi kemajuan teknologi, sehingga tidak banyak negara yang melakukan ekspor logam tanah jarang ini," ungkap dia.

Hal tersebut, sebut dia, dikarenakan konsentrasi dari logam tanah jarang tidak terlalu tinggi, dan hanya beberapa daerah saja yang memiliki konsentrasi tanah jarang yang tinggi.

Selain itu ekstraksi ataupun metode pemisahan logam tanah jarang terbilang tidak mudah.

Dengan begitu, apabila ada suatu daerah tertentu memiliki kandungan logam tanah jarang yang tinggi, maka daerah tersebut akan menjadi rebutan berbagai pihak.

Baca juga: Dosen Unair: ASI Mampu Cegah Bayi Stunting

"Akan jadi rebutan banyak pihak, salah satunya munculnya logam tanah jarang di lumpur Lapindo, Sidoarjo ini," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com