Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/01/2022, 15:59 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah warga desa di Sumurgeneng, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur mendadak menjadi miliarder usai mendapat ganti rugi dari penjualan tanah dan lahan untuk proyek pembangunan kilang minyak PT Pertamina pada Februari 2021.

Mereka umumnya memborong membeli mobil dan kebutuhan mewah lainnya.

Baca juga: 4 Dosen IPB Jadi 100 Ilmuwan Terbaik Dunia

Namun, setelah satu tahun berlalu, beberapa warga jatuh miskin karena tidak ada lagi sumber penghasilan yang mereka bisa dapatkan sebagaimana mana saat mereka bisa menggarap lahan pertaniannya.

Adanya fenomena itu, Pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan UGM Hempri Suyatna angkat suara.

Dia menilai fenomena munculnya warga kampung miliarder Tuban yang tiba-tiba menjadi jatuh miskin menunjukkan adanya fenomena culture shock atau gegar budaya yang tidak dapat dikelola dengan baik.

Menurut dia, masyarakat tidak siap menghadapi proses perubahan yang terjadi dan sayangnya tidak ada pendampingan dari pemerintah atau perusahaan di dalam mengelola uang ganti rugi tersebut.

"Budaya konsumtif dan budaya instan yang ada di masyarakat seringkali menyebabkan masyarakat tidak berpikir untuk jangka panjang," kata dia melansir laman UGM, Rabu (26/1/2022).

Dia menegaskan, fenomena warga kampung miliarder Tuban yang jatuh miskin ini tidak hanya akan terjadi di sana saja.

Akan tetapi, perlu diantisipasi untuk daerah-daerah lain yang mengalami ganti rugi lahan sebagai dampak dari proyek pembangunan.

Baca juga: Pakar UGM Sebut Kebijakan PTM 100 Persen Harus Diikuti Hal Ini

Selama ini, banyak kasus yang terjadi kompensasi ganti rugi lahan dianggap cukup selesai, ketika masyarakat sudah menerima uang sebagai kompensasi tersebut.

Dengan tidak adanya arah dari pemerintah terkait penggunaan dana kompensasi ganti rugi lahan, maka masyarakat akan menggunakan dana itu secara konsumtif, seperti beli mobil, rumah, dan sebagainya.

"Kalaupun membuka usaha seringkali kecenderungan hampir sama, seperti membuka warung kelontong atau usaha dagang. Padahal, masyarakat tidak memiliki bekal untuk itu sehingga mereka mengalami kegagalan di dalam merintis usaha," tegas dia.

Mengantisipasi terulangnya warga kampung miliarder di Tuban, dia berpendapat sebaiknya perusahaan membantu masyarakat terdampak ini untuk tetap bisa bertahan.

Bisa saja, sebut dia, dilakukan dengan pemberian keterampilan yang dapat mendorong masyarakat untuk merintis UMKM.

Kasus warga kampung miliarder di Tuban ini seharusnya bisa menjadi pelajaran untuk ke depannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com