Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/01/2022, 17:08 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan ini, muncul tren penggunaan bahasa trilingual atau multilingual di media sosial.

Tren ini cukup digandrungi anak muda yang mencampurkan bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau dengan bahasa lainnya dalam berkomunikasi.

Secara tiba-tiba, banyak juga unggahan dari berbagai akun yang mem-posting tulisan dengan beberapa bahasa sekaligus.

Bahkan Instagram resmi @bipakemdikbud pada postingannya di tanggal 8 Januari 2022 pun memuat informasi dengan mencampurkan Bahasa Korea, Bahasa Sunda, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris sekaligus.

Baca juga: UNS Buka 7 Jalur Mandiri S1 dan 6 Jalur Mandiri Vokasi 2022

Fenomena menggunakan bahasa campur-canpur ini, ditanggapi oleh Pakar bahasa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Muhammad Rohmadi.

Menurut Rohmadi, fenomena ini dapat ditinjau dari linguistik fungsional yang berdimensi pada triadik. Yakni bentuk, fungsi, dan konteks.

Konteks, memegang peranan penting dalam penggunaan multilingual atau multibahasa pada kehidupan sehari-hari. Penuturan tersebut pun memiliki maksud tersirat khusus.

“Di situ pasti ada implikatur tersendiri. Implikaturnya apa yakni maksud tersiratnya apa. Pertama, ada yang menggunakan multibahasa sebagai pembeda dirinya dengan orang lain,"jelasnya, dilansir dari laman UNS. 

Ia mengatakan, seseorang yang menggunakan bahasa lebih dari satu atau multibahasa bertujuan menjaga reputasi bahwa seseorang ini menguasai banyak bahasa.

"Ada juga yang bertujuan menarik pembaca atau penonton dan juga ada yang bertujuan sebagai daya persuasif. Ini masing-masing terintegrasi dalam fungsi kebahasaan,” jelas Rohmadi.

Baca juga: 10 Kampus Swasta Buka Beasiswa 2022, Bebas Uang Kuliah hingga 100 Persen

Fenomena multibahasa di Indonesia bisa dikatakan lumrah. Karena berdasarkan survei yang dilakukan oleh laman SwiftKey, Indonesia merupakan negara yang memiliki penutur tribahasa terbesar di dunia.

Indonesia sendiri unggul di atas Israel dan Spanyol yang berturut-turut menempati posisi kedua dan ketiga dalam hal jumlah penutur multibahasa.

Penggunaan multibahasa ini juga menandakan bahwa penuturnya memiliki banyak wawasan sehingga berusaha untuk mengolaborasikan, mengkreasikan, dan menginovasikan bahasa yang ia kuasai.

Rohmadi juga mengatakan bahwa banyak faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia merupakan penutur tribahasa atau multibahasa. Faktor pertemuan budaya dan perkembangan teknologi disebut paling dominan mengakibatkan fenomena ini.

“Trilingual ini bisa terjadi akibat pertemuan budaya dari berbagai wilayah dan perkembangan teknologi. Dengan perkembangan teknologi itu, kita sekali ketuk bisa masuk ke semua lini. Kita tidak bisa bahasa apa pun tinggal buka google bisa tahu artinya,” ungkap dosen Sosiopragmatik di S2 Pendidikan Bahasa Indonesia UNS ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com