Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Tips Karier Progresif Jadi Direktur di Usia Muda ala Alumnus Prasmul

Kompas.com - 13/12/2021, 19:25 WIB
Inang Sh ,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Rahadi Marsito mengaku beruntung bisa menjajaki dunia profesional selama 11 tahun di perusahaan yang sama.

Sebab dalam kurun waktu itu, jenjang kariernya selalu meningkat dari yang awalnya bekerja sebagai part-timer hingga sekarang menjadi direktur di usia muda.

Asal tahu saja, posisinya sebagai direktur tidak diperoleh dengan mudah. Pria yang akrab di sapa Dito ini harus meniti karier dari part-timer, lalu menjadi staf dan manajer.

Mengutip ceritaprasmul.com, lulusan Marketing and Finance Management (MM) Prasmul ini membagikan pengalaman suksesnya dalam meniti karier.

Bekerja, 1/3 bagian dari hidup

Lulusan Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Bandung, dan Magister Manajemen (MM) Prasmul ini mengaku bahwa Career Day dan koneksi telah mengantarkannya pada pekerjaan pertamanya.

Baca juga: Prasmul Jadi Salah Satu Perguruan Tinggi yang Paling Banyak Menangkan Kompetisi Wirausaha

Meski mengaku telah memeroleh pembelajaran baru di pekerjan tersebut, Dito menyatakan, merasa kurang mencapai work-life balance di sana. Oleh karenanya, dia memberanikan diri mencari tempat bekerja idaman.

Pekerjaan seperti itu, ia temukan di Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia, salah satu tempat kerja part-time ketika berkuliah di Prasmul.

“Di Prasmul kami mendalami keempat pilar bisnis, salah satunya human resource. Walau berkarier di bidang properti, mata saya menjadi terbuka bahwa bagaimana pun perusahaan itu harus menghargai seluruh karyawan, rewarding, serta memiliki key performance indicator (KPI), dan career path yang jelas,” katanya.

Dengan begitu, lanjutnya, ketika sedang jenuh dalam bekerja, hal ini dikarenakan faktor internal atau eksternal.

Ayah dari satu putra ini menyatakan, lingkungan kerja merupakan bagian dari hidup yang sangat memengaruhi well-being, sebagaimana 8-8-8 Rules, yakni 8 jam istirahat, 8 jam hiburan, dan 8 jam bekerja.

At the end of the day, minimal kita akan menghabiskan lima hari seminggu untuk ketemu orang kantor, dealing with clients, sehingga mau nggak mau kita harus enjoy what we do dan lingkungan kita. Karena itu base untuk bisa capai prestasi ke depannya,” jelasnya.

Stand-out di karier dan kepemimpinan

Meskipun ungkapan never stop learning terdengar klise, tetapi lulusan SMP dan SMA Kanisius ini telah membuktikan pentingnya prinsip tersebut dalam memberikan challenge bagi diri agar tidak jenuh.

Baca juga: AIESEC Prasmul Bawa Sukarelawan ke Luar Negeri, Apa Saja Kegiatannya?

“Kalau kita menunggu seperti yang diekspektasikan, ya akan biasa aja. Tapi ketika jemput bola, begitu ada platform teknologi untuk komunikasi regional office dipelajari, ada kesempatan training juga aktif, bahkan untuk outing juga kita proaktif memberikan ide, saat itulah kita menjadi bisa serius bekerja, belajar, tapi dapat sisi fun juga untuk memberikan motivasi kerja,” paparnya.

Begitu pula setelah menjadi seorang direktur di Strategic Consulting Department, Dito menyadari senior perlu mengesampingkan ego dan no-offense, jika saja generasi di bawahnya lebih mengetahui hal-hal yang bersifat modern.

“Jurang kegagalan seorang leader adalah ketika ia menolak input dari tim,” katanya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com