Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM Prediksi 80 Persen Warga Indonesia Terinfeksi Covid Delta

Kompas.com - 21/11/2021, 13:42 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemungkinan besar, sekitar 80 persen penduduk Indonesia sudah terinfeksi oleh varian Delta. Hal ini, diungkapkan Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Citra Indriani.

"Infeksi covid lebih dari 50 persen adalah asimtomatis, mungkin 80 persen penduduk kita telah terinfeksi (varian) Delta," kata Citra, dilansir dari laman UGM.

Namun, kalau sudah terinfeksi sedemikian banyak apakah sudah memiliki imunitas kelompok dan tidak ada ancaman gelombang ketiga? Sebagian besar infeksi natural membentuk antibodi yang spesifik untuk virus atau strain virus yang menginfeksi, tidak untuk strain yang lain.

"Sehingga imunitas alamiah yang terbentuk saat ini mungkin tidak bisa kita andalkan apabila kita kedatangan strain yang baru," imbuhnya.

Meski ada varian delta, jumlah kasus positif Covid-19 mengalami penurunan secara drastis.

Karena terbentuknya imunitas kelompok secara alamiah dimana tubuh memiliki antibodi yang spesifik untuk strain virus tertentu.

Baca juga: Bus Anti-Covid, Inovasi Undip untuk Cegah Covid-19 di Kampus

Selain itu, percepatan program vaksinasi yang gencar dilakukan pemerintah diharapkan meminimalkan tingkat keparahan apabila terinfeksi kembali.

Selain faktor imunitas alamiah pasca terinfeksi terbentuk, program vaksinasi sekarang ini sudah menyentuh di 208 juta yang sudah divaksinasi dan 88 juta diantaranya sudah mendapat dosis vaksin lengkap.

"Saya kira vaksinasi mempunyai peran besar untuk mencegah bentuk parah sakit karena meskipun sudah divaksin masih punya potensi terinfeksi dan menjadi sakit. Melihat beberapa rekaman data yang terinfeksi di gelombang Januari, juga kemudian kembali terinfeksi delta di Juni-Juli, dan kasus-kasus meninggal memiliki riwayat belum mendapatkan vaksinasi," ujarnya.

Harapannya, pada percepatan vaksinasi, dan menyisir wilayah untuk vaksinasi terutama bagi lansia agar bisa berperan untuk mitigasi infeksi SARS-COV 2.

"Kalaupun gelombang 3 terjadi, sistem kesehatan kita tidak lagi menghadapi kasus-kasus berat yang jumlahnya ribuan setiap harinya,” paparnya.

Meski angka kasus positif baru setiap hari rata-rata kurang dari 400 kasus, kebijakan pembatasan mobilitas dengan penerapan PPKM level 3 saat jelang Natal dan tahun baru menurutnya sudah tepat dilakukan.

Baca juga: Mahasiswa Brawijaya Buat Body Lotion Daun Kelor Cegah Covid-19

Namun begitu, kenaikan angka mobilitas masyarakat sekarang ini menurutnya tidak bisa dihindari.

“Kenaikan mobilitas adalah sesuatu hal yang tidak bisa dihindari. Kalau kita lihat dari 1,5 tahun pandemi, gelombang kenaikan selalu diawali dengan peningkatan mobilitas, saat Natal-tahun baru dan pasca lebaran,”ujarnya

Pembatasan mobilitas melalui penerapan PPKM level 3 jelang Natal dan tahun baru menurutnya sebagai bagian dari bentuk pengendalian agar tidak terjadi penularan secara masif.

“Meskipun kita batasi, mobilitas tetap terjadi, namun tidak semasif apabila tidak diberlakukan pembatasan. Pembatasan kerumunan dan mobilitas sudah sesuai dengan pembelajaran sebelumnya bahwa gelombang kita diawali pada periode Natal-tahun baru serta lebaran, apalagi di negara-negara tetangga saat ini sedang mengalami gelombang delta varian AY.4.2,” jelasnya.

Menurutnya, pembatasan mobilitas dan penerapan protokol kesehatan dalam kegiatan masyarakat terus dilakukan.

Sehingga seluruh penduduk dunia betul-betul aman dari infeksi Covid-19 dan vaksinasi sudah mencapai target di seluruh negara.

Baca juga: Dokter RSA UGM: Pasien Terapi Jantung Harus Patuh 3 Hal Ini

“Kita masih akan menghadapi kasus Covid-19 selama angka vaksinasi dunia juga belum mencapai target. Sehingga yang diperlukan saat ini adalah mengubah mindset dan menerima bahwa kita akan hidup berdampingan dengan pembatasan mobilitas ini, naik level turun level PPKM harus dijalani, dan beradaptasi dengan situasi ini karena tidak ada kepastian untuk menjawab sampai kapan,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com