Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Jalan yang Bisa Mahasiswa Ambil Setelah Lulus, Kamu Pilih Mana?

Kompas.com - 22/10/2021, 16:02 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso yang merupakan alumni Teknik Industri Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1984 mengelompokkan tiga jalan yang kerap diambil para lulusan baru.

Sebelumnya Dwi menjelaskan, persaingan untuk mendapatkan pendidikan dari perguruan tinggi sangat ketat. Sebagai perbandingan, hanya 1:11 orang Indonesia yang berhasil menempuh pendidikan S1, dan hanya 1:250 orang bisa menempuh S2, serta 1:2.500 orang yang bisa menempuh S3.

“Sebagai para intelektual, tentunya kita harus menjadi orang yang dapat menyelesaikan permasalahan di negeri ini atau problem solver,” tegas Dwi dalam webinar bertajuk “Know Yourself and Achieve Your Dream Job" di Perayaan Wisuda Oktober ITB 2021, beberapa waktu lalu.

Baca juga: Beasiswa S2 Jepang 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 18 Juta Per Bulan

Ia mengelompokkan tiga jalan yang kerap diambil para lulusan baru. Tiga jalan tersebut yaitu melanjutkan studi, bekerja, dan menjadi pengusaha.

Jalan pilihan lulusan ITB hingga jadi direktur utama

Direktur Utama PT Telkom Indonesia yang merupakan alumni Teknik Elektro ITB angkatan 1982, Ririek Ardiansyah bercerita tentang pilihan jalan yang ia ambil setelah lulus.

Pada kesempatan yang sama, Ririek menceritakan perjalanan kariernya setelah lulus dari ITB hingga akhirnya berhasil menjadi direktur utama.

Beberapa bulan setelah lulus dari ITB, ia memulai kariernya dengan bekerja di Telkom Indonesia (dulu bernama Perumtel).

Saat bekerja di Telkom, ia mendapatkan kesempatan untuk melakukan training pada bidang satelit dan bekerja di Amerika Serikat selama hampir dua tahun. Perjalanannya di Amerika Serikat menjadi "game changer" yang merubah dirinya.

Baca juga: 10 Pekerjaan yang Bakal Naik Daun di Indonesia 5 Tahun Mendatang

Lalu, setelah kembali dari Amerika Serikat, ia ditugaskan untuk masuk ke dalam anak perusahaan Telkom Indonesia saat itu yang bernama Satelindo pada tahun 1994.

Menurutnya, jika saat itu ia tetap di Telkom, mungkin ia hanya dapat mempelajari satu bagian kecil pada perusahaan yang sangat besar. Namun saat di Satelindo, ada kesempatan untuk mendapatkan pengalaman dari A sampai Z di berbagai bidang.

“Kita harus mau melakukan deep learning dan jangan hanya berpaku pada hal yang kita mau dan tahu karena kita tidak akan tahu ke depannya pengetahuan apa yang akan dibutuhkan,” ujar Ririek.

Setelah lima tahun bekerja di Satelindo, ia kembali ke Telkom. Namun, posisi serta gaji yang didapatkannya di Telkom tidak setinggi di Satelindo.

Gajinya di Telkom pun saat itu hanya sekedar seperempat gajinya di Satelindo.

“Saat itu rasanya lima tahun pengalaman kerja saya di Satelindo seperti direset. Namun, bersyukurnya di sisi lain banyak pelajaran yang saya dapat dan hal-hal tersebut berguna pada kehidupan saya,” ucapnya.

Baca juga: Mahasiswa Bersiap, IISMA 2022 Kemendikbud Bakal Gandeng Kampus Top Dunia

Melalui pengalaman tersebut, ia percaya bahwa ketika kita mengalami hal yang kurang mengenakan, kita akan merasa hal itu tidak baik. Padahal, lanjut dia, bisa jadi pada langkah-langkah ke depannya, hal tersebut menjadi pengalaman yang bermanfaat dan membawa kebaikan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com