Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penghapusan Mural Kritik bagi Pemerintah, Ini Pendapat Akademisi UGM

Kompas.com - 04/10/2021, 08:36 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di kota-kota besar, biasa ditemukan hiasan berupa mural di sepanjang jalan. Mural adalah menggambar atau melukis di atas media dinding, tembok atau media luas lainnya yang bersifat permanen.

Seniman bisa bebas berekspresi melalui media mural.

Tak hanya menjadi media untuk berkesenian, mural juga bisa menjadi sarana menyampaikan suatu pesan atau kritik sosial.

Isi mural bisa berupa sosialisasi mengenai suatu informasi, imbauan atau ada juga mural berisi kritikan bagi pemerintah.

Mural berisi kritikan bagi pemerintah pun mendapat tanggapan beragam.

Maraknya kritik sosial yang disampaikan melalui media mural memicu upaya penghapusan mural yang marak muncul pada Agustus lalu.

Baca juga: Prospek Kerja Lulusan Sastra Inggris dan Pilihan Kampusnya

Mural berisi sentilan bagi pemerintah

Menanggapi hal tersebut, Ketua Program Studi Pengkajian Seni pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan pendapatnya.

Menurut Budi Irawanto, mural merupakan seni jalanan yang bersifat visual. Saat ini tidak sedikit seni jalanan ini berisi kritik sosial dan politik tidak hanya terjadi di Indonesia, namun hampir di banyak negara.

Namun, Budi tidak sepakat apabila penghapusan mural dengan menggunakan isu vandalisme atau dianggap mengganggu keindahan kota.

"Mural sebagai bagian dari seni jalanan sangat dekat dengan kritik sosial dan politik, tapi tidak semua mural bermuatan politik," urai Budi seperti dikutip dari laman UGM, Minggu (3/10/2021).

Baca juga: Mahasiswa ITS Kenalkan UV-C untuk Desinfeksi dan Sterilisasi Virus

Budi menerangkan, mural sebenarnya lebih banyak mengekspresikan keindahan visual menggunakan medium yang ada di jalan, dinding, dan bangunan arsitektur.

Budi Irawanto mengajak seniman mural untuk membuat mural yang mampu membangun keindahan kota dengan baik.

Pemerintah tidak alergi terhadap kritik

Berbagai mural juga berisi konten yang berupa kritik sosial dan politik kepada pemerintah sebagai bagian dari ekspresi masyarakat.

Budi berharap pemerintah atau aparat tidak alergi terhadap kritik sosial lewat mural.

Dia mendukung penghapusan mural apabila berisi gambar ajakan kebencian dan provokasi serta tidak menampilkan karya seni yang sesungguhnya.

"Mural sebagai bagian dari seni sangat berkaitan erat dengan kondisi sosial dan politik yang ada di suatu masyarakat," tegas Budi.

Baca juga: Universitas dengan Peserta Terbanyak, 124 Tim UGM Lolos PIMNAS 2021

Saat ini seni sudah bergeser bukan lagi sebatas ekspresi individual dari senimannya, tapi bagian ekspresi kolektif dan komunitas.

"Seni juga bagian upaya melakukan penyadaran karena memiliki muatan pengetahuan," tandas Budi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com