Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengalaman “Top Markotop” Alumni Program YES di Amerika, Apa yang Didapat?

Kompas.com - 16/05/2020, 11:41 WIB
Erwin Hutapea,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) secara berkelanjutan memberikan program beasiswa Kennedy Lugar Youth Exchange and Study (YES) Program kepada sejumlah pelajar dari berbagai negara di dunia sejak tahun 2003.

Program itu diperuntukkan pelajar tingkat sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat yang berasal dari negara dengan populasi mayoritas Muslim, termasuk Indonesia.

Tahun 2019, ada sekitar 80 pelajar Indonesia yang dinyatakan lolos seleksi untuk menjalani program tersebut. Mereka tinggal di rumah keluarga asli AS yang telah ditentukan di sana selama 8 sampai 10 bulan dan bersekolah di SMA layaknya pelajar AS pada umumnya.

Pada April 2020, puluhan pelajar itu telah selesai menjalani program YES dan kembali ke kota asal masing-masing di Indonesia.

Beberapa alumninya pun berbagi pengalaman belajar mereka selama berada di “Negeri Paman Sam” dalam diskusi daring bertema “Grateful Campaign: Our US Exchange Experience Reflections from Exchange Alumni” yang digelar pada Jumat (15/5/2020).

Baca juga: Beasiswa Pertamina Memasuki Tahap Wawancara, Lebih dari 500 Mahasiswa Se-Indonesia Kembali Berjuang

Salah satunya yaitu Spartan, peserta program YES angkatan 2019-2020 yang merupakan pelajar dari Karanganyar, Jawa Tengah. Dia mengatakan bahwa pengalaman belajar di AS membawa perubahan dalam hidup. Maksudnya, dia bisa merasakan sulitnya hidup di negara lain, tetapi akhirnya bisa memetik hikmahnya.

“Pengalaman paling top markotop di sana, saya melihat the change of level. Sesuatu yang awalnya mudah di Indonesia, tapi ketika di sana susah rasanya. Tapi, akhirnya tahu apa tujuannya dan terlihat indah,” ujar Spartan dalam diskusi tersebut.

Dia ditempatkan di wilayah Tucson, Arizona, dan keluarga angkatnya (host family) merupakan keturunan Meksiko. Selama belajar di SMA di sana, dia mengambil jurusan keterampilan multimedia.

Pengalaman mengesankan dialaminya ketika berpartisipasi dalam International Education Week. Saat itu dia melakukan presentasi tentang bahasa dan budaya Indonesia, yaitu dengan membawa wayang dan menjadi dalang di kelas drama.

“Persahabatannya terasa banget, meskipun tidak bisa ingat teman satu-satu karena mereka banyak. Kepala sekolahnya juga aktif dan dekat dengan siswa,” imbuh Spartan.

Keberagaman budaya dan agama

Selain Spartan, alumnus lainnya yakni Karindra Malikahasri. Dia adalah alumnus program YES angkatan 2018-2019 yang berasal dari Bandung, Jawa Barat, dan ditempatkan di Maryland, AS. Saat ini dia telah kuliah di Institut Teknologi Bandung.

Salah satu pelajaran yang didapat dari pengalaman selama di Amerika yaitu belajar menghargai keberagaman budaya dan agama. Sebab, dia tinggal bersama keluarga angkat yang memiliki agama yang berlainan sehingga kepercayaan dan kebiasaannya pun berbeda.

“Saya bisa merasakan banyak perbedaan budaya, juga jadi tahu hari-hari penting di tiap agama, seperti Hanukkah, Christmas, dan Passover,” kata Karin, panggilan akrabnya.

Akan tetapi, dia mengaku bersyukur karena itu membuat pikirannya lebih terbuka dan bisa lebih melihat dunia yang begitu luas dengan berbagai kebudayaan yang berbeda.

Hal lain yang didapatnya ialah menemukan hobi baru, yaitu menggambar. Sebelum berangkat ke Amerika, dia merasa tidak bisa menggambar. Namun, kakak angkatnya di sana menyarankan untuk mengambil pelajaran seni.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com