Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Rumah, Antara Orangtua Gagap Adaptasi dan Anak Tak Senang

Kompas.com - 04/05/2020, 21:19 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

KOMPAS.com - Peneliti Kebijakan Publik, Rico Santoro mengatakan selama ini banyak keluarga yang cenderung tidak siap menjadi ‘guru’ bagi anak-anaknya. Sebagian besar urusan pendidikan diserahkan ke sekolah.

“Adanya Covid-19 yang memindahkan urusan pendidikan ke rumah membuat keluarga tergagap-gagap beradaptasi. Kendala belajar bermunculan mulai dari kesulitan akses internet, beratnya biaya pengadaan pulsa kuota, sulitnya menjadi guru bagi anak-anak, dan lain-lain,” ucap Rico dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Hamid juga sepakat dengan yang disampaikan Rico. Ia menambahkan pentingnya komunikasi dan kolaborasi antara sekolah dan orang tua agar berhasil mendidik anak.

Oleh karena itu Hamid mengimbau kepada guru, orang tua, kepala sekolah, dan pegiat pendidikan untuk tetap optimis memberikan layanan pendidikan yang terbaik dalam suasana yang menyenangkan.

“Di tengah situasi darurat ini, tidak masalah bagi guru-guru yang belum mencapai target kurikulumnya. Karena yang terpenting dari proses belajar bukan soal ketuntasan belajar melainkan anak-anak yang bahagia menjalani proses belajarnya di rumah,” tutup Hamid.

Seperti diketahui, kebijakan belajar dari rumah membuat orangtua stres lantaran harus melakukan pekerjaan bekerja dan mengajar anak secara bersamaan. Tugas-tugas yang banyak dikeluhkan para orangtua.

Baca juga: 7 Tips Belajar dari Rumah dari Mendikbud Nadiem Makarim

Tak hanya orangtua, anak-anak pun juga merasa tak senang dengan belajar dari rumah. Hal ini berdasarkan survei dari Forum Anak Nasional pada akhir Maret 2020 yang melibatkan ratusan anak di seluruh Indonesia.

"Survei tersebut menemukan bahwa sebagian besar anak sepakat bahwa gerakan di rumah saja sangat penting dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Akan tetapi, hampir 60 persen anak merasa tidak terlalu senang saat harus menjalani proses belajar dari rumah," ujar Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Nahar, dikutip dari keterangan pers.

Nahar mengatakan bahwa anak-anak pada prinsipnya senang bermain dan merasa senang ketika mereka diperbolehkan untuk belajar dari rumah sehingga memiliki banyak waktu untuk bermain.

"Jadi ketika diberikan kesempatan di rumah maka senang di awal," katanya.

Namun, seiring dengan tugas yang semakin banyak karena harus belajar di rumah, anak-anak merasa hal itu tidak sesuai dengan harapan mereka ditambah dengan fakta bahwa mereka tidak bisa lagi bermain di luar rumah.

Pendidikan Karakter

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com