Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Getir dari Guru Kunjung pada Hari Pendidikan Nasional Kita

Kompas.com - 02/05/2020, 17:15 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

 

KOMPAS.com - Hari Pendidikan Nasional selalu menjadi pengingat bahwa masih banyak "pekerjaan rumah" yang harus dilakukan dalam pemerataan kesempatan dan kualitas pendidikan, utamanya di tengah wabah pandemi Covid-19.

Iwan Ardie Priyana, guru di SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kabupaten Bandung, Jawa Barat, berbagi kisah pengalamannya kepada Kompas.com, Jumat (1/5/2020), sebagai "guru kunjung" saat mengunjungi beberapa siswanya.

Istilah "guru kunjung" merujuk pada kegiatan yang dilakukan Iwan dan beberapa rekan guru yang berkunjung ke rumah siswa.

"Karena saat ini siswa melaksanakan pembelajaran jarak jauh melalui media HP. Dalam kenyataannya, ada sebagian siswa tidak memiliki HP. Mereka tentu juga harus tetap mendapat perhatian dari guru dan sekolah. Lalu timbullah ide guru kunjung ini," jelas Iwan.

Iwan menjelaskan, "Guru kunjung itu awalnya ide pribadi. Lalu mendapat dukungan penuh dari sekolah. Belakangan dinas pendidikan Kabupaten Bandung menginstruksikan sekolah untuk melaksanakan guru kunjung."

Baca juga: Hardiknas 2020, Chelsea Islan Lakukan Ini demi Siswa Indonesia Timur

Saat berjumpa dan mengunjungi siswa, ada cerita-cerita yang getir untuk didengar, lanjut Iwan.

Kesedihan hanya milik mereka

Iwan Ardie Priyana, guru di SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kab. Bandung, Jawa Barat berbagi kisah pengalamannya kepada Kompas.com (1/5/2020) sebagai Guru Kunjung saat mengunjungi beberapa siswanya.DOK. PRIBADI/IWAN ARDIE Iwan Ardie Priyana, guru di SMPN 1 Nagreg dan SMP YP 17 Nagreg Kab. Bandung, Jawa Barat berbagi kisah pengalamannya kepada Kompas.com (1/5/2020) sebagai Guru Kunjung saat mengunjungi beberapa siswanya.

"Semua bermuara pada susahnya ekonomi keluarga akibat pendemi Covid-19. Bahkan, kehidupan ekonomi mereka telah terpuruk sebelum adanya wabah tersebut," papar Iwan.

Iwan menyampaikan, cerita yang terkumpul dari teman-teman guru semakin menguatkan perlunya peran guru memberikan motivasi pada para siswa agar tetap bertahan dalam segala keterbatasan.

Siswa dikunjungi adalah siswa tidak memiliki ponsel pintar, sehingga mereka tidak bisa berkomunikasi dengan teman, tidak bisa saling cerita berbagi duka.

"Jadi, kesedihan menjadi milik mereka dan keluarganya," tegas Iwan.

Cerita itu sebagian ditumpahkan orangtua siswa pada saat kunjungan guru.

"Misalnya, ada seorang siswa yang menjadi pemulung malam hari saat teman lainnya asyik nonton sinetron atau main game. Ia tinggal dengan neneknya karena ibunya sudah meninggal dan ayahnya pergi entah ke mana," cerita Iwan,

Pada kisah lain, Iwan menceritakan, ketidakhadiran seorang ayah juga dirasakan salah seorang muridnya akibat perceraian. Tanggung jawab mencari nafkah dibebankan kepada ibu. Untuk itu, ibunya mengerjakan pekerkaan berat, misalnya "muat".

"Muat itu menarik bata merah ke atas truk. Sementara ada beberapa anak yang sepulang sekolah mencari uang jajan dengan cara muat," ujar Iwan mengisahkan hasil kunjungannya.

Baca juga: Merayakan Hardiknas di Tengah Pandemi, Langkah Para Guru demi Secercah Ilmu...

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com