Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar UGM: Perokok Rentan Terinfeksi Covid-19

Kompas.com - 16/04/2020, 10:02 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Di tengah ramainya klaim bahwa nikotin dalam rokok dapat menghalangi virus Sars-Cov2 menginfeksi paru-paru dan menimbulkan Covid-19, Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) berpendapat lain.

Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM Prof Dra Yayi Suryo Prabandari, MSi, PhD tidak membenarkan klaim bahwa merokok bisa mencegah Covid-19, seperti yang diberitakan dalam media sosial.

“Klaim yang beredar sangatlah keliru karena kebiasaan merokok itu tidak sehat. Justru merokok menjadikan seseorang menjadi lebih rentan terhadap serangan virus, bakteri, dan penyakit lainnya,” papar Prof Yayi, seperti tertulis dalam laman resmi UGM, Rabu (15/4/2020).

Baca juga: Pakar UGM Prediksi Optimis Penyebaran Covid-19 Berakhir 29 Mei 2020

Selain kelompok usia lanjut dan orang-orang dengan penyakit bawaan, lanjutnya, para perokok menjadi salah satu kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19.

“Dalam sebuah penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal internasional menyebutkan bahwa pasien Covid-19 yang merokok dua kali lebih berisiko dan membutuhkan perawatan intensif di ICU, membutuhkan alat bantuan penapasan, mengalami kematian karena Covid-19," imbuh Prof Yayi.

Menurut dia, perokok sudah mempunyai masalah di paru-paru akibat zat-zat kimia yang terisap saat merokok. Saluran napas perokok berkurang fungsinya akibat aktivitas merokok dalam jangka waktu lama.

"Para perokok rentan terinfeksi virus, salah satunya dikarenakan dari aktivitas merokok itu sendiri. Merokok melibatkan kontak jari tangan dengan bibir secara intens yang membuka peluang bagi virus untuk berpindah dari tangan ke mulut," katanya.

Baca juga: Bisakah Jenazah Pasien Covid-19 Tularkan Virus? Ini Kata Pakar UGM

Lebih lanjut dijelaskan, risiko tersebut tidak hanya pada perokok yang menggunakan cara tradisional. Orang yang merokok dengan cara kekinian, yakni memakai rokok elektrik atau vape, juga memiliki risiko yang sama besarnya.

Pengguna vape yang sebagian besar dari kalangan milenial memiliki kebiasaan menggunakan produk rokok secara bersama-sama. Kontak dari mulut ke mulut ini meningkatkan kemungkinan penularan virus, termasuk Covid-19.

Hasil penelitian internasional

Prof Yayi juga menuturkan sejumlah penelitian yang membahas tentang kaitan antara merokok dan risiko terinfeksi virus corona.

Salah satunya yang tertuang dalam Journal of Clinical Medicine (2020) berjudul Smoking Upregulates Angiotensin-Converting Enzyme-2 Receptor:A Potential Adhesion Site for Novel Coronavirus SARS-CoV-2 (Covid-19).

Disebutkan, di pusat episentrum wabah Covid-19, yaitu China, memiliki perokok pria yang cukup tinggi jumlahnya, sekitar 50 persen, dan angka kematian yang dilaporkan banyak terjadi pada pria berusia tua.

Oleh sebab itu, kemungkinan perokok terwakili dalam kematian cukup tinggi.

Adapun di Iran, Italia, dan Korea Selatan, jumlah perokok wanita jauh lebih sedikit dibandingkan pria.

Fakta juga menunjukkan, lebih sedikit wanita yang tertular virus corona. Jika analisis ini benar maka di Indonesia diprediksi terjadi peningkatan pasien Covid-19 karena persentase perokok pria di atas 60 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com