Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cerita Dewi, Lulusan Tercepat UNY yang Wisuda Tanpa Skripsi dan KKN

KOMPAS.com - Dalam upacara wisuda Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dewi Meiliyan Ningrum berhasil menjadi wisudawan yang lulus tercepat untuk jenjang S1, Sabtu (24/2/2024).

Dewi berhasil menyelesaikan pendidikan S1 hanya dalam waktu 3 tahun 3 bulan dengan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3,85 tanpa ikut KKN (Kuliah Kerja Nyata) dan menulis skripsi.

Dewi bisa lulus dengan waktu singkat dan dengan kemudahan seperti tanpa menulis skripsi dan tanpa KKN tentu membutuhkan perjuangan.

Namun sebelum menyelesaikan pendidikan S1, jurusan kuliah pilihannya ini sangat berbeda jauh dengan jurusan saat berada di SMKN 2 Depok Sleman atau STM Pembangunan Yogyakarta dengan jurusan Kimia Industri.

Ambil jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY

Dewi akhirnya memutuskan untuk mengambil jurusan di bidang pendidikan karena menemukan minat di bidang mengajar.

Minat tersebut ia temukan saat mengisi kegiatan di rumah dengan mengajar TPA (Taman Pendidikan Alquran). Kegelisahan mengenai jurusan kuliah yang akan diambil sedikit demi sedikit menemui titik terang.

"Kegiatan mengajar ini ternyata lebih saya sukai daripada berlama-lama di laboratorium kimia. Melihat anak-anak memahami ilmu yang saya sampaikan ternyata jauh lebih membahagiakan daripada bereksperimen di laboratorium," papar gadis kelahiran Sleman, 7 Mei 2001 ini.

Ia mulai menelusuri jurusan-jurusan yang ada di kampus pendidikan UNY karena memang sudah terkenal sebagai universitasnya guru-guru, dan tertuju pada prodi pendidikan luar biasa.

Dewi tidak hanya bisa mengajar di semua jenjang sekolah, namun juga bisa mengajar berbagai anak dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Akhirnya Dewi menetapkan hati untuk kuliah pada prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY.

Aktif berorganisasi dan ikut lomba

Warga Sanggrahan, Tlogoadi, Mlati, Sleman itu diterima pada pilihannya melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang sekarang disebut SNBT (Seleksi Nasional Berdasarkan Tes).

Dewi juga mendapatkan beasiswa KIP Kuliah (Kartu Indonesia Pintar) sehingga biaya pendidikannya diperoleh secara cuma-cuma.

"Selama berkuliah saya bertekad untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang belum pernah saya lakukan sebelumnya yaitu bidang penelitian," terang Dewi.

Ia mengikuti organisasi UKM Penelitian di tingkat Universitas dan organisasi lain yang berjasa dalam perluasan relasi seperti KMIP dan BEM FIP.

Pengalaman Dewi dalam mengikuti kompetisi dimulai dengan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dan Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) tahun 2021 tapi saat itu belum berhasil lolos di tahap awal.

Dewi tidak berputus asa dan mencoba kembali di perlombaan yang memiliki tingkat kesulitan di bawahnya. Seperti penulisan esai dan karya tulis ilmiah yang dilaksanakan di universitas-universitas.

Kegigihan Dewi akhirnya perlahan membuahkan hasil dengan capaian-capaian di perlombaan bidang penalaran dan membuat kecanduan untuk mengikuti lomba-lomba ini.

"Melihat usaha saya, perlahan Bapak pun mulai menerima keputusan saya untuk menekuni bidang pendidikan luar biasa," tegasnya.

Puncaknya adalah ketika Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di UMM (Universitas Muhammadiyah Malang), Dewi dan tim menjadi satu-satunya delegasi dari UNY sebagai finalis namun masih belum berhasil membawa pulang medali.

Meski begitu, capaian ini tetaplah diakui oleh universitas yang mengekuivalensikan dengan KKN. Alhasil Dewi dan teman timnya tidak perlu mengikuti KKN.

Putri pasangan Mardiyanto yang berprofesi sebagai seorang petani dan Sri Sulandari yang bekerja sebagai penjual gethuk ayu tersebut membalas kekalahannya di Pimnas dengan berhasil meraih medali emas di ajang Lomba Inovasi Digital Mahasiswa (LIDM) Divisi Microteaching Digital bersama rekan-rekan tim dari jurusan Pendidikan Luar Biasa FIPP.

Kemenangan ini kemudian ditebus dengan mengajukan ekuivalensi tugas akhir skripsi dan akhirnya bisa lulus dengan waktu studi 3 tahun 3 bulan berpredikat Cumlaude tanpa harus mengerjakan skripsi.

Selama kuliah, Dewi selalu berusaha untuk tidak menunda mengerjakan tugas agar selama luang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan hal-hal yang berkaitan dengan perlombaan.

"Saya juga berusaha untuk terus berada di dekat orang-orang yang memiliki etos kerja tinggi, misalnya bergabungnya saya ke tim relawan laboratorium UNY," tandas Dewi.

Dewi juga aktif dalam diskusi membahas kasus-kasus klien yaitu anak berkebutuhan khusus dan permasalahannya sehingga terasahlah pemikiran kritis dan solutif didasarkan pada pembelajaran selama kuliah.

Selain sebagai relawan, Dewi juga aktif dalam organisasi Rumah Disabilitas dan Wonosobo Islamic Expedition.

Hebatnya disela kesibukan kuliahnya Dewi juga menjadi pemegang hak cipta sejumlah buku diantaranya Media Braille Bricks, Modul Ajar My Journey, Video Pembelajaran My Journey dan Aplikasi Qirat (Alquran Isyarat).

https://www.kompas.com/edu/read/2024/02/24/155800171/cerita-dewi-lulusan-tercepat-uny-yang-wisuda-tanpa-skripsi-dan-kkn

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke