Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

IHiLead 2023, Prof. Chairy: Universitas Harus Adaptif dan Berani Mendisrupsi Diri Sendiri

KOMPAS.com - Masalah pemimpin dan kepemimpinan menjadi isu penting dalam reformasi sistem pendidikan. Pemimpin harus berani mereformasi diri sendiri terlebih dahulu, termasuk kepemimpinannya.

Hanya dengan cara seperti ini, perguruan tinggi akan bisa melakukan reformasi guna menghasilkan lulusan berkualitas dan selaras dengan kebutuhan dunia usaha dunia industri (DUDI).

Hal ini ditegaskan Rektor Presuniv Prof. Chairy saat membuka Pelatihan Kepemimpinan di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan President University (PresUniv) selama sepekan pada Agustus 2023 lalu.

Pelatihan ini diikuti para dekan, ketua program studi, para kepala biro dan jajaran manajerial lainnya di PresUniv.

Hadir pula beberapa perwakilan dari universitas lain, seperti Universitas Indonesia, Universitas Yarsi dan Universitas Krisnadwipayana dari Jakarta, dan International Women University dari Bandung.

“Universitas harus berani meninggalkan beragam pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lama yang sekarang ini sudah tidak dibutuhkan lagi. Apalagi sekarang ini semakin banyak saja jenis-jenis pekerjaan yang hilang, dan digantikan oleh mesin," tegas Prof. Chairy.

"Maka, untuk merespon perkembangan tersebut, universitas harus adaptif dan berani mendisrupsi dirinya sendiri,” lanjutnya.

Program iHiLead

Pelatihan Kepemimpinan Perguruan Tinggi digelar PresUniv di Gedung A, Kampus Presuniv, Jababeka Education Park, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi, dan menjadi bagian program yang dikelola konsorsium iHiLead atau Indonesia Higher Education Leadership.

Konsorsium yang berada di bawah supervisi Ditjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek ini terdiri dari tujuh universitas asal Indonesia, dan tiga universitas dari Uni Eropa.

Tujuh universitas dari Indonesia tersebut adalah President University dan Universitas Padjajaran, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Islam Indonesia, Universitas Brawijaya, STIE Malangkucecwara, dan Universitas Negeri Semarang.

Sementara, tiga universitas asing terdiri dari University of Gloucestershire (Inggris), International School for Business and Social Studies (ISBSS) (Slovenia), dan University of Granada (Spanyol).

Dalam pelaksanaannya, konsorsium iHiLead mendapat dukungan Education, Audiovisual and Culture Executive Agency (EACEA), sebuah badan di bawah Eramus+ Uni Eropa. Erasmus+ adalah komisi Uni Eropa yang mendukung kegiatan bidang pendidikan, pelatihan, kepemudaan dan olahraga di berbagai negara dunia.

Pelatihan Kepemimpinan Perguruan Tinggi bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia melalui reformasi pemimpin dan kepemimpinannya agar kualitas lulusan universitas semakin mampu menjawab kebutuhan DUDI yang sangat dinamis.

Materi pelatihan mencakup enam topik mulai dari Authentic Leadership, Managing People, Managing Resources yang terbagi atas dua sub topik, yakni finance dan aset-aset fisik, Managing Change, dan Managing Conflict.

Pada sesi terakhir, setiap peserta diminta menyusun Action Learning Set. Mereka diminta mengidentifikasi permasalahan di setiap unitnya, lalu menyusun agenda perubahan apa yang dilakukan, termasuk target dan timeline, serta sumber daya dan berkolaborasi dengan unit mana saja.

Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden Prof. Budi Susilo Soepandji menyampaikan, Indonesia saat ini memasuki era Industry 4.0 yang dipicu perkembangan teknologi, khususnya teknologi digital.

Di sisi lain, menurut Prof. Budi Susilo, masih banyak perguruan tinggi di Indonesia yang dikelola dengan cara-cara lama.

“Sistem pendidikannya masih memakai pola-pola yang merupakan peninggalan masa lalu. Belum adaptif terhadap kemajuan yang terjadi di dunia industri dan mengadopsi perkembangan teknologi,” ungkap Prof. Budi Susilo.

Maka, tak heran jika banyak pengetahuan dan keterampilan lulusan perguruan tinggi yang kurang sesuai dengan kebutuhan DUDI. Ini kemudian tercermin dari masih tingginya lulusan perguruan tinggi yang menganggur.

Ancaman bagi Indonesia Emas 2045

Menurut paparan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2022, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 143,72 juta orang atau naik 3,57 persen dibanding tahun sebelumnya.

Dari jumlah tersebut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 5,86 persen atau turun 0,63 persen dibandingkan dengan Agustus 2021.

BPS juga merinci lebih jauh rasio TPT sesuai dengan tingkat pendidikannya. Rasio TPT terbesar adalah dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mencapai 9,42 persen, disusul lulusan SMA (8,57 persen), SMP (5,95 persen) dan Diploma I s/d III (4,59 persen), universitas yang mencapai 4,8 persen, dan SD ke bawah (3,59%).

Masih menurut data BPS, jumlah lulusan perguruan tinggi yang menganggur per Agustus 2023 mencapai 673.485 orang. Ini bukan jumlah sedikit. Setiap tahun rata-rata jumlah lulusan perguruan tinggi mencapai 1,8 juta orang. Jadi, ada sekitar 37 persen lulusan universitas menganggur.

Kondisi semacam ini tentu tidak bisa dibiarkan, karena berpotensi mengancam tercapainya target Indonesia Emas pada 2045. Kemdikbudristek sudah melakukan berbagai upaya di antaranya, menggelar program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM).

Salah satu program MBKM adalah memberikan kesempatan bagi mahasiswa mengikuti program magang di berbagai perusahaan. Lewat program ini mahasiswa bisa belajar langsung dari DUDI, sehingga setelah lulus bisa langsung siap kerja.

Program ini diharapkan mampu meningkatkan serapan lulusan perguruan tinggi oleh DUDI.

Meski begitu Kemendikbudristek tak bisa berjalan sendiri. Perguruan tinggi harus ikut mendukung melalui berbagai programnya. Di antaranya, perguruan tinggi perlu mereformasi diri agar materi kuliah diajarkan dan juga kualitas lulusan selaras dengan kebutuhan DUDI.

https://www.kompas.com/edu/read/2023/09/06/153813471/ihilead-2023-prof-chairy-universitas-harus-adaptif-dan-berani-mendisrupsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke