Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cara Guru di Sampit Gabungkan 6 Mapel agar Siswa Mudah Belajar

KOMPAS.com - Mengkolaborasikan sejumlah mata pelajaran tidak hanya bisa membuat murid lebih mudah mengimplementasikan ilmu yang didapat dalam kehidupan sehari-hari, namun juga dalam hal memahami materi.

Inilah upaya yang dilakukan oleh guru-guru di SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Utara, Sampit, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Enam guru SMA di Sampit tersebut tidak hanya mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran, namun juga mengkolaborasikan enam mata pelajaran sekaligus, yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, pendidikan kewirausahaan, ekonomi, dan biologi.

“Di sekolah kami sebenarnya belum menerapkan Kurikulum Merdeka dan belum tahu akan diterapkan kapan. Tapi kami mau coba belajar mandiri, termasuk melalui program Siap Kurikulum Merdeka ini yang difasilitasi oleh pemerintah provinsi Kalimantan Tengah bersama Yayasan Guru Belajar,” ungkap Nikkon Bhastari, salah satu guru SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Utara, dalam keterangan resmi Yayasan Guru Belajar.

Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) sendiri, Kemdikbud Ristek telah memberikan keleluasaan untuk pemerintah daerah agar sekolah bisa memilih cara pembelajaran muatan lokal diterapkan.

Membuat proyek yang dekat dengan kehidupan para siswa

Nikkon menjelaskan, indikator capaian setiap mata pelajaran sebenarnya bisa diintegrasikan.

Pembelajaran kolaboratif, jelas dia, akan memudahkan murid memahami konsep yang dipelajari.

Kolaborasi antara guru mapel ini dimulai dengan berdiskusi tema apa yang bisa dijalankan.

Keenam guru menyepakati tema proyek menanam jagung karena sekitar sekolah merupakan lahan pertanian. Pasalnya, bercocok tanam adalah hal yang dekat dengan murid.

Selain itu, salah satu guru juga memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang pertanian.

Selanjutnya, masing-masing guru mulai membuat capaian pembelajaran yang disesuaikan dengan tema, seperti misalnya pelajaran matematika belajar menganalisis peluang usaha tanaman jagung. Analisis ini sesuai dengan materi distribusi binomial dan normal.

Murid juga belajar proses ekonomi dari produksi, distribusi, hingga konsumsi pada bisnis tanaman jagung.

Untuk pelajaran biologi, murid belajar mengamati pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung.

“Dengan mengintegrasikan mata pelajaran, materinya jadi lebih fokus. Murid jadi lebih mudah paham. Kalau tidak kolaboratif contohnya bulan Agustus misalnya belajar jagung di pelajaran biologi, baru setelah itu bulan November belajar jagung di matematika. Jadi tidak utuh, sepotong-sepotong,” terang Nikkon saat berbagi pengalamannya ini perayaan belajar Siap Kurikulum Merdeka beberapa waktu lalu.

Tips menerapkan pembelajaran kolaboratif bagi guru

Berdasar pengalaman dan rekan-rekan di sekolahnya, Nikkon membagikan tips apabila guru lain juga ingin menerapkan pembelajaran yang kolaboratif.

Pertama, harus rutin berkomunikasi dengan guru lain. Kedua, minta izin pelaksanaannya ke kepala sekolah.

Ketiga, mengumumkan ke murid, guru lain, wali kelas, hingga orang tua murid. Akan lebih baik jika melibatkan.

Keempat, buat komitmen bersama. Kelima, kurun waktu pelaksanaan harus jelas. Keenam, materi serta capaian akhir yang ingin dicapai harus disepakati dengan jelas.

Ketujuh, rutin melakukan refleksi agar segera bisa memperbaiki apa yang kurang.

“Selain itu, kalau mau memulai, carilah pengikut pertama. Siapa yang mau kita ajak kolaborasi. Tetap melakukan walaupun dipandang aneh. Karena kegiatan seperti ini tidak umum dilakukan, maka mungkin akan ada pandangan kurang menyenangkan dari orang lain, cuek atau abaikan saja,” pungkas Nikkon.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/12/16/143216871/cara-guru-di-sampit-gabungkan-6-mapel-agar-siswa-mudah-belajar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke