Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

5 Hal Bisa Membuat Calon Mahasiswa Gagal SNBP 2023, Siswa Simak

KOMPAS.com – Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2023 sudah di depan mata. Pelaksanaannya akan dimulai pada Januari 2023. 

Ada tiga jalur seleksi untuk masuk ke PTN 2023, yakni Seleksi Nasional Berdasarkan prestasi (SNBP), Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), dan Seleksi Mandiri oleh Perguruan Tinggi. Masing-masing seleksi memiliki kuota atau daya tampung yang berbeda.

Daya Tampung Mahasiswa SNBP untuk setiap program studi pada PTN ditetapkan paling sedikit 20 persen, SNBT minimum 40 persen, dan Seleksi Mandiri PTN maksimum 30 persen.

Sebelum masuk PTN, sekolah maupun siswa perlu memahami skema dan ketentuan yang baru terkait seleksi masuk PTN 2023.

Pasalnya, kesalahan kecil dapat berdampak fatal, yang mengakibatkan siswa tersebut gagal masuk PTN.

Berikut lima hal penting yang wajib dilakukan sekolah maupun siswa dalam mengikuti SNBP 2023 sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris Eksekutif SNPMB 2023, Bekti Cahyo Hidayanto, pada Sosialisasi SNPMB PTN 2023 secara daring, Kamis (8/12/2022):

1. Salah entri data Sekolah di Dapodik

Bekti mengingatkan agar semua sekolah untuk mengecek data sekolah di Data Pokok Pendidikan (Dapodik Kemdikbud). Kesalahan dalam mengentri data atau pengisian data akan berdampak besar.

Bekti menyampaikan sesuai analisa yang dilakukan bahwa di banyak sekolah tidak memiliki personalia yang dikhususkan dalam melakukan tugas pengentrian data sekolah di Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS).

Banyak sekolah yang meminta tenaga sukarela dalam melakukan pengentrian data sekolah, sehingga sering terjadi kesalahan entri data.

Oleh karena itu, Bekti menyarankan agar diberikan penugasan dengan Surat Keputusan (SK) khusus dalam melakukan hal tersebut agar dapat terlaksana dengan baik dan benar.

Bekti juga menyampaikan ada banyak sekali kasus yang terjadi, khususnya dalam pengentrian data.

Sebagai contoh, ada kesalahan pengentrian data tanggal dan tahun saat siswa memulai SMA. Apabila data bulan dan tahun salah, sistem SNPMB akan menilai jika siswa tersebut masuk dalam gap year, sehingga tidak bisa lagi masuk jalur SNBP.

"Nanti di sistem kami dianggap 'oh anak ini sudah gap year. Engga bisa masuk SNBP. Itu banyak kemarin seperti itu," tegas Bekti.

Menurut analisa yang dilakukan oleh SNPMB, sekolah kerap tidak memberikan penugasan khusus untuk melakukan entri data siswa.

2. Nomor Induk Siswa Nasional (NISN) salah

Ketika melakukan pengecekan data Sekolah di Dapodik, hal yang sangat penting dilakukan oleh sekolah yakni melakukan pengecekan pada NISN siswa. Hal ini harus diutamakan oleh semua sekolah karena akan berdampak fatal jika terjadi kesalahan.

“Semua akan bermula dari NISN. Apabila ternyata NISN dimiliki lebih dari satu orang atau si anak itu memiliki NISN lebih dari satu, itu menjadi masalah besar. Bisa terancam tidak bisa ikut bukan hanya SNBP, SNBT, bahkan mungkin mandiri juga gak bisa ikut, karena banyak PTN yang mengambil data dari kami," tegas Bekti.

Bekti menekankan agar semua sekolah berhati-hati dan menaruh perhatian serius dalam hal pengecekan data NISN agar data tersebut benar. Apabila data NISN salah, maka siswa akan kesulitan untuk mengikuti SNBP, bahkan seleksi masuk lainnya.

Oleh karena itu, Bekti menekankan agar sekolah untuk mulai mengecek NISN setiap siswa.

3. Nilai rapor dikatrol oleh sekolah

Salah satu hal penting yang wajib dilakukan sekolah bagi siswa yang mengikuti jalur SNBP yakni menyiapkan nilai rapor mulai saat ini, jangan menunggu tanggal registrasi.

Bekti juga mengingatkan bahwa nilai rapor kelas XII pada semester satu sampai semester empat pasti sudah, jadi tidak perlu membuat rapor yang baru.

“Mestinya rapor semester satu sampai semester empat kan sudah ada, yang belum ada kan nilai rapor yang semester lima, baru ada nanti Desember. Jadi, bapak itu jangan ngarang-ngarang membuat rapor khusus untuk SNBP,” ungkap Bekti.

Pihaknya menekankan agar sekolah tidak menciptakan rapor yang baru karena hal tersebut akan ketahuan juga nantinya.

“Kami tahu dan mendapatkan info dari calon mahasiswa itu sendiri yang mengganti nilainya khusus untuk SNBP. Selain itu, guru dan kepala sekolah ditegaskan untuk tidak membuat nilai palsu anak didik calon PTN yang ingin masuk jalur SNBP,” tegas Bekti.

Selain itu, sekolah juga dituntut untuk tidak mengarang-ngarang nilai dan menaikkan nilai siswanya.

“Gak usah ngarang-ngarang nilai. Jangan percaya kalau untuk SNBP itu kalau lulus, grafik semester satu sampai semester lima harus naik. Ini gak benar, yang wajar dan apa adanya saja,” ungkap Bekti.

Seleksi SNBP di PTN juga tidak pernah membandingkan nilai rapor siswa dari satu sekolah ke sekolah lain. Hal ini tidak akan dibandingkan. Oleh karena itu, pihaknya mengingatkan dengan tegas supaya sekolah tidak menaikkan nilai rapor siswa.

“PTN memiliki mekanismenya dalam menyeleksi calon mahasiswa melalui jalur SNBP, maka guru dan kepala sekolah penting mengusulkan siswa-siswanya yang benar-benar layak masuk di SNBP,” urai Bekti.

4. Sertifikat prestasi tidak relevan

Bagi siswa eligible yakni siswa yang dinyatakan layak sesuai syarat untuk mengikuti jalur SNBP wajib mengunggah portofolio dan mengunggah prestasi non-akademik.

Prestasi non akademik sendiri dibatasi hanya tiga saja. Oleh karena itu, jika ada siswa yang memiliki lebih dari tiga prestasi, silakan mengunggah prestasi yang relevan dan ada kaitannya dengan jurusan yang dipilih sekalipun prestasi tersebut bukan yang tertinggi yang dia peroleh.

"Misalnya anak ini memilih jurusan Komputer, tapi prestasinya juara dunia piano, itu kurang cocok ya dengan jurusan meski juara dunia. Kalau anak ini punya prestasi Olimpiade komputer walau cuma tingkat regional, ya inilah yang dilampirkan," kata Bekti.

Bekti mengingatkan supaya tidak memilih prestasi tertinggi, tetapi tidak ada kaitannya sama sekali dengan jurusan yang dipilih.

“Ini kan gak menyumbangsih, nanti bingung perguruan tingginya, maka lebih baik yang juara tadi walaupun regional, itu saja yang dimasukkan.”

Adapun tingkatan prestasi yang diperbolehkan adalah prestasi tingkat regional, provinsi, nasional, dan internasional. Namun, jika siswa tersebut tidak memiliki prestasi akademik pada tingkat yang ditentukan, misalnya hanya tingkat Kabupaten atau Kota saja, dapat dimasukkan, siapa tau penting saat penilaian di PTN.

5. Memilih PTN bukan prodi

Bekti menegaskan, sebaiknya sekolah benar-benar menekankan kepada setiap siswa untuk memilih program studi (prodi) atau jurusan kuliah yang tepat sesuai kemampuannya. Tidak hanya karena dianggap keren, apalagi hanya melihat universitas.

Pasalanya, bila hanya melihat universitas, siswa bisa terjebak memilih prodi yang tidak sesuai minat bakatnya, yang bisa menyebabkannya gagal seleksi, atau berhenti kuliah di tengah jalan karena merasa tidak cocok.

Dia mencontohkan, mahasiswa yang lulus dari kedokteran, ketika sudah berprofesi sebagai dokter, pasien tidak akan bertanya-tanya asal universitas ketika dia menimba ilmu.

“Makanya penting ditekankan kepada anak tersebut untuk memilih prodi yang tepat, bukan memilih PTN. Kalau orangtua memang sering menekankan PTN kepada anaknya, karena mungkin dulu tidak tercapai keinginannya untuk kuliah di kampus tersebut,” tegas Bekti.

Selain itu, kadang orang memilih-milih PTN karena harga diri. Ada anggapan masyarakat Indonesia, apabila diterima di PTN yang terkenal, harga dirinya semakin tinggi. Padahal hal tersebut kata Bekti tidaklah penting.

Oleh karena itu, penting mendata prodi pilihan siswa sesuai kemampuannya.

“Misalnya passionnya kedokteran, silakan di data prodi yang disediakan oleh PTN kalau memang passion-nya disitu,” ujar Bekti.

Penting ditanamkan bagi semua siswa untuk menentukan prodi yang tepat, bukan memilih PTN.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/12/09/135003171/5-hal-bisa-membuat-calon-mahasiswa-gagal-snbp-2023-siswa-simak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke