Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pakar UGM: Penularan Cacar Monyet Bisa Lewat Wadah Ini

KOMPAS.com - World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia telah menetapkan wabah cacar monyet sebagai keadaan darurat kesehatan global.

Merespons pernyataan tersebut, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof. Wayan Tunas Artama angkat suara.

Dia menyatakan banyak pihak perlu untuk meningkatkan edukasi dan kewaspadaan.

Melalui cara-cara tersebut dinilainya sebagai strategi utama untuk menurunkan faktor risiko masyarakat terhadap kemungkinan terkena paparan virus.

"Mengingat wabah cacar monyet di Amerika Serikat pada tahun 2003 sempat diberlakukan kebijakan pembatasan perdagangan dan transportasi hewan," ucap dia melansir laman UGM, Jumat (29/7/2022).

Berkaca dari wabah AS, kata Wayan, menjadikan semua perlu untuk dipertimbangkan dan diperketat, terutama di daerah endemik dan negara-negara dengan wabah tersebut.

Hewan yang mungkin telah kontak dengan hewan terinfeksi harus dikarantina serta ditangani sesuai standar pencegahan dan diobservasi gejala cacar monyet selama 30 hari.

"Karena penyakit cacar monyet atau monkeypox ini adalah penyakit zoonotik dan mewabah di Inggris awal bulan Mei silam," jelas dia.

Berbicara penularan bisa dari hewan ke manusia dan terjadi saat menangkap, memproses, dan mengonsumsi daging satwa liar.

Bisa juga melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau lesi dari hewan terinfeksi seperti mamalia kecil, termasuk rodensia (tikus dan tupai), dan primata non-manusia (monyet dan kera).

Menurut dia, penularan secara kontak langsung ini dapat juga terjadi antar hewan.

Penularan cacar monyet dari manusia ke manusia utamanya melalui droplet pernafasan yang secara umum memerlukan kontak erat yang cukup lama.

Penularan bisa juga melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar, kontak tidak langsung dengan benda, kain, dan permukaan yang terkontaminasi.

Penularan secara vertikal dapat terjadi dan dapat berujung pada komplikasi, cacar bawaan, atau lahir mati.

"Masa inkubasi cacar monyet umumnya berkisar 6 sampai 13 hari. Pasien dinyatakan infeksius dari saat ruam mulai muncul hingga deskuamasi atau pergantian kulit. Proses ini membutuhkan waktu hingga beberapa minggu," kata dia.

Gejala penyakit pada manusia sangat mirip dengan penyakit cacar, yaitu demam >38,5 derajat celcius, kelemahan, menggigil dengan atau tanpa keringat, nyeri tenggorokan dan batuk, pegal-pegal, pembengkakan kelenjar limfa, dan sakit kepala.

Gejala-gejala tersebut akan diikuti dengan kemunculan ruam makular-papular berbatas jelas, vesikular, pustular, hingga lesi berkeropeng.

Lesi bertahan sekitar 1 sampai 3 hari pada setiap tahap dan berprogres secara bersamaan.

Area kemunculan lesi adalah wajah (98 persen), telapak kaki dan tangan (95 persen), membrane mukosa mulut (70 persen), genital (28 persen), dan konjungtiva (20 persen).

"Secara umum lesi lebih jelas pada anggota gerak dan wajah dibandingkan pada badan. Manifestasi pada area genital dapat menjadi dilema diagnosis pada populasi berpenyakit menular seksual (PMS)," ungkap dia.

Wayan mengungkapkan, pemberian vaksinasi atau penggunaan vaksin cacar setidaknya memberikan perlindungan parsial terhadap infeksi virus cacar monyet.

Pada tahun 2019, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) menyetujui vaksin JYNNEOSTM untuk mencegah penyakit cacar monyet dengan efektivitas mencapai 85 persen.

Sementara untuk pencegahan, kata Wayan, maka sebagai upaya perlindungan diri perlu menghindari kontak langsung dengan orang bergejala, menerapkan hubungan seksual yang aman, menjaga kebersihan tangan menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer, menggunakan masker, serta mempraktikkan etika batuk dan bersin yang benar.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/07/29/184033371/pakar-ugm-penularan-cacar-monyet-bisa-lewat-wadah-ini

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke