Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suka Terpengaruh Teman? Ini Cara Antisipasinya

Oleh: Aviel Stephen Ernest (Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara) | Monika S.Psi., M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

KOMPAS.com - Dalam kehidupan sehari-hari, nyatanya kita tidak lepas dari pengaruh sosial, berupa interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang sifatnya dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, serta antara kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial memiliki hubungan yang sifatnya timbal balik dan akan terus terjalin antar sesama manusia (Soekanto & Sulistyowati, 2014).

Tidak jarang juga dalam suatu kelompok kita dapat menemukan sikap unik dari masing-masing anggota.

Fenomena yang sering kita lihat dalam lingkungan keseharian bila diperhatikan lebih mendalam terdapat perilaku meniru atau mengikuti. Hal ini sebenarnya umum terjadi.

Banyak faktor yang mempengaruhi individu serta menjadi penyebab mengikuti/meniru orang lain dalam sebuah kelompok. Perilaku meniru tersebut dikenal dengan istilah konformitas.

Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial, di mana individu mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Perilaku konformitas seringkali terjadi pada masa remaja.

Mengapa perilaku ini kebanyakan terjadi di masa remaja? Hal ini dikarenakan masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2003).

Pada masa ini disebutkan merupakan masa pencarian jati diri ditunjukkan dengan berusaha untuk "melepaskan diri" dari ikatan orangtua.

Proses memisahkan diri dari orang tua diikuti dengan proses untuk mencari dan bergabung dengan teman-teman sebaya karena merasa senasib.

Perasaan senasib inilah yang membuat individu bergabung dalam kelompok dan menaati peraturan di dalamnya walaupun norma-norma kelompok tersebut bertentangan dengan norma-norma yang baik (Mönks et al., 2002).

Mengapa seseorang melakukan konformitas?

Coba Anda flashback sejenak ketika dalam sesi diskusi atau rapat, pernahkah Anda mengikuti pendapat mayoritas atau kelompok yang lebih banyak?

Mungkin ada beberapa alasan yang mendasari keputusan Anda dalam menyetujui pendapat tersebut, mungkin karena ingin cepat selesai atau bisa jadi Anda terpengaruh dengan pendapat orang yang dianggap memiliki "power".

Demikian juga di dalam kelompok sosial, tak jarang kita melihat individu mengikuti/menyesuaikan pendapat "terkuat" kelompok. Hal ini dikarenakan untuk menghindari penolakan.

Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota kelompok termasuk melakukan perbuatan tidak sesuai dengan norma sosial yang ada.

Bagi remaja, dikucilkan dalam lingkungan pertemanan dapat mengakibatkan stress, frustasi, dan kesedihan (Santrock, 2003)

Keinginan remaja, seperti penyesuaian diri dengan kelompok bertujuan agar diterima dalam kelompok teman sebaya tersebut. Hal ini yang menjadikan remaja berperilaku konform dengan kelompok nya.

Apabila dalam suatu kelompok menunjukkan perilaku tertentu yang kurang sesuai atau nakal, maka remaja akan cenderung berperilaku sama juga.

Kecenderungan perilaku tersebut dijadikan sebagai norma kelompok, maka remaja di dalamnya akan mengikuti dan apabila ada pemimpin yang memiliki power maka akan mengarahkan remaja berperilaku nakal tersebut (Kartono, 2003).

Menurut Myers (2010) terdapat dua dasar pembentuk konformitas, yaitu pengaruh normatif dan pengaruh informasional. Pengaruh normatif pada konformitas memiliki arti penyesuaian diri dengan keinginan atau harapan orang lain untuk mendapatkan penerimaan dari anggota kelompoknya.

Pengaruh normatif mendorong terjadinya penyesuaian sebagai akibat pemenuhan pengharapan kelompok untuk mendapat persetujuan atau penerimaan, agar disukai dan agar terhindar dari penolakan.

Pengaruh informasional sebagai tekanan yang terbentuk oleh adanya keinginan dari individu untuk memiliki pemikiran yang sama dan beranggapan bahwa informasi dari kelompok lebih kaya daripada informasi yang dimilikinya, sehingga individu cenderung untuk conform dalam menyamakan pendapat dan sugesti.

Ini cara untuk tidak bisa terpengaruh oleh teman

Perilaku konformitas atau perilaku "ikut-ikutan" ini dapat diantisipasi dengan melakukan hal-hal berikut ini:

1. Memilih circle pertemanan yang positif

Pergaulan remaja dengan teman sebaya dapat memberikan pengaruh yang positif dan negatif terhadap sikap dan tingkah laku remaja.

Maka dari itu, kita sebagai individu diharapkan bijak memilih lingkungan yang positif bagi diri kita, sebelum masuk ke dalam kelompok ada baiknya melakukan observasi terhadap kelompok terlebih dahulu, sehingga pada akhirnya kita dapat masuk ke kelompok yang mendorong pertumbuhan pribadi.

2. Memiliki kontrol diri

Untuk dapat meminimalisir terjadinya konformitas, Buat keputusan tegas dan singkirkan segala sesuatu dari hidup Anda yang hanya menguras energi negatif dari apa yang benar-benar penting. Kontrol diri diperlukan untuk mengindarkan kita dari pengaruh-pengaruh yang negatif dan merugikan bagi diri sendiri.

3. Jangan terlalu fokus dengan penilaian orang lain

Mendengarkan pendapat orang lain memang ada sisi manfaatnya, karena bisa jadi pendapat orang lain tersebut dapat menjadi cara kita untuk mengintropeksi diri dan mengembangkan diri tetapi cobalah untuk sedikit cuek terhadap penilaian orang lain, terutama penilaian yang buruk dan tidak terbukti.

4. Menjadi diri sendiri

Menjadi diri sendiri merupakan hal yang penting. Memiliki nilai-nilai atau prinsip yang jelas ditanamkan dalam diri merupakan sebuah pondasi dalam menentukan arah hidup.

Konformitas sebenarnya baik atau buruk ?

Konformitas seperti dua sisi mata koin. Seperti pembahasan di atas mengenai dampak buruk yang diakibatkan oleh konformitas, konformitas tidak selalu bersifat negatif, kini mari kita melihat dari sisi positif fenomena ini.

Keinginan untuk diterima dan takut dikucilkan, mendorong individu berusaha untuk menjadi sama dengan temannya.

Dorongan demikian tidak hanya datang dari dalam diri sendiri tetapi juga datang dari luar diri biasanya datang dalam bentuk tekanan-tekanan kelompok ataupun tekanan dari anggota kelompok yang lain (Robbins, dalam Sumarlin, 2008).

Dorongan tersebut jika dipergunakan dengan bijak dapat menjadi sarana perkembangan diri ke arah yang lebih baik.

Seperti contoh, pada kelompok yang terdiri dari sekumpulan orang yang rajin dan cerdas sebagai anggota dalam kelompok tersebut kita bisa menjadi ikut termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih berkembang dan lebih baik.

Sebagai individu dalam kelompok, kita cenderung mengikuti norma atau pola di dalamnya. Dalam konteks ini pola belajar yang rajin dapat menjadikan kita terpengaruh positif, sehingga pola hidup kita menjadi lebih produktif.

Begitu juga sebaliknya, kalau kita kumpul dengan orang yang tidak rajin, maka akan berpengaruh dalam kehidupan kita.

https://www.kompas.com/edu/read/2022/07/08/150722671/suka-terpengaruh-teman-ini-cara-antisipasinya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke