Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pembelajaran Bermakna, Guru Didorong Adaptif lewat Inovasi Kreatif

KOMPAS.com - Dari 3 juta guru yang terdampak pandemi Covid-19, ternyata ada 53,55 persen guru kesulitan mengelola kelas selama pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan 49,24 persen guru terhambat melaksanakan asesmen PJJ.

Lalu, guru yang sulit menggunakan teknologi selama PJJ, dengan jumlah mencapai 48,45 persen. Data ini, sempat di publikasikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat pandemi berlangsung.

Karena itu, hampir semua sektor bertransformasi dan beradaptasi dengan segala cara. Salah satunya, sektor pendidikan.

Semua pembelajaran yang awalnya dilakukan tatap muka, kini dilakukan secara online. Namun, tidak semua guru mudah beradaptasi selama pandemi.

Direktur Sekolah Dasar Kemendikbudristek, Sri Wahyuningsih mengatakan, di saat pandemi seperti ini guru perlu mengetahui dan memiliki kemampuan enam literasi dasar.

Yakni, literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial, literasi budaya dan kewargaan.

Hal ini, harus dilakukan jika mau beradaptasi selama pandemi. Selain, harus mau belajar menggunakan teknologi.

Sri mengatakan, selama ini hambatan para guru adalah kurangnya panduan atau cara menggunakan teknologi hingga masalah beradaptasi saat mengajar siswa secara online.

Meski ada beberapa guru yang berhasil, ia meminta para guru yang berhasil ini bisa menjadi contoh bagi guru yang lain.

"Karena itu, kadang jika ada guru yang sudah bisa beradaptasi dan mahir dalam berteknologi bisa membantu guru yang lain," Ujarnya saat peluncuran buku Pembelajaran Aktif di Masa Pandemi, Kamis, (25/11/2021) secara virtual.

Buku yang ditulis 44 guru dan kepala sekolah, diluncurkan Tanoto Foundation ini memuat pengalaman dalam menyelenggarakan pembelajaran yang berpihak pada siswa di tengah tantangan dan keterbatasan karena dampak pandemi.

Menurut Sri, kehadiran buku ini sebagai wujud nyata dan merupakan salah satu contoh konkret dalam melaksanakan literasi numerasi, sains, hingga digital. “Buku ini sangat membantu guru di tempat lain yang masih mencari cara bagaimana mengajar yang baik di masa pandemi,” kata Sri.

Salah satu penulis buku yang hadir, Kepala Sekolah SDN 18 Pekanbaru, Riau Juni Kardi mengatakan berupaya mendampingi guru-guru di sekolahnya memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.

Menurutnya, masih banyak guru yang masih mengalami kesulitan menyelenggarakan pembelajaran daring karena belum terbiasa menggunakannya. Kemauan guru untuk belajar di sekolahnya melalui komunitas pemanfaatan teknologi juga masih perlu ditingkatkan.

Juni berinisiatif mendampingi para guru berlatih menggunakan teknologi. Dia mengidentifikasi kemampuan teknologi apa saja yang dimiliki oleh para guru. Setelah terpetakan, ia mengajak guru yang telah menguasai teknologi untuk ikut membantunya dalam mendampingi guru-guru yang perlu pendampingan.

“Kami melakukan pendampingan secara klasikal, kelompok, dan juga individu agar sesuai dengan kebutuhan para guru yang ingin belajar. Hasilnya, semua guru di sekolah saya menjadi terbiasa memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran,” katanya.

Selain Juni Kardi, ada Abdul Rahmat yang merupakan guru kelas IV SDN 011 Balikpapan Tengah, Kalimantan Timur, merasakan tantangan terberat di masa pandemi ini adalah memastikan kemampuan individu setiap siswa dapat berkembang optimal.

“Saya mengatasinya dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Caranya dengan mengakomodasi semua perbedaan siswa, pembelajaran yang terbuka untuk siswa, dan menjawab kebutuhan setiap individu,” kata Rahmat.

Selain itu, Guru SMPN 3 Kabanjahe, Karo, Sumatra Utara, Totaria Simbolon memanfaatkan beragam aplikasi dalam pembelajaran. Seperti aplikasi Geogebra yang menjadi alat bantu belajar matematika, khususnya untuk menggambarkan konsep geometri bangun ruang.

“Dengan aplikasi yang bisa diakses secara terbuka di internet tersebut, siswa menjadi lebih mudah menemukan rumus volum kubus dan balok dan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan volume kubus dan balok. Pembelajaran juga menjadi lebih mengasyikkan bagi siswa, baik saat PJJ maupun PTM terbatas,” kata Totaria salah satu penulis buku.

Di sisi lain, Direktur Pendidikan Dasar Tanoto Foundation, M. Ari Widowati mengatakan Buku ini memuat berbagai pengalaman belajar dan mengajar di jenjang SD/MI dan SMP/MTs, serta praktik-praktik baik dukungan dari kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah.

Serta pendampingan belajar orang tua kepada anak. Termasuk di dalamnya, pengalaman menyelenggarakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan teknologi (daring), tanpa teknologi (luring), maupun pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas yang dilakukan di sekolah, maupun pembelajaran campuran atau blended antara PJJ dan PTM.

“Kami mempersembahkan buku ini untuk memperkaya para guru dan kepala sekolah dalam mengembangkan pembelajaran kreatif dan menyenangkan di masa pandemi, demi berkembangnya potensi terbaik anak-anak Indonesia,” kata Ari.

Pemimpin Redaksi Kompas.com,Wisnu Nugroho, menyebut buku ini kaya sekali pengalaman untuk bisa dijadikan acuan dalam menghadapi dan beradaptasi dengan ketidakpastian yang panjang karena pandemi.

“Semoga pengalaman para guru yang nyata ini bisa menjadi inspirasi untuk kita menumbuhkan harapan dan menjernihkan harapan. Kita juga bisa saling belajar dan saling mengisi sehingga ketidakpastian itu bisa kita hadapi dengan lebih baik,” kata Wisnu.

Bagi pembaca yang ingin mendapatkan buku pembelajaran aktif di masa pandemi tersebut, bisa mengunduhnya melalui tautan berikut. https://bit.ly/Pembelajaran_Aktif_di_Masa_Pandemi/

https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/26/081500771/pembelajaran-bermakna-guru-didorong-adaptif-lewat-inovasi-kreatif

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke