Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kampanye "Perusahaan Hijau": Pembangunan Berkelanjutan atau Tipuan Pemasaran?

Oleh: Miftakhul Difa Ma’syar, Divisi Research and Development

KOMPAS.com - Menjadi sebuah keharusan bagi perusahaan menjalankan green company saat ini. Sejalan dengan triple bottom line, perusahaan berlomba-lomba membangun citra baik keberlanjutan bisnisnya dengan memperhatikan mulai dari pengelolaan faktor lingkungan hingga keberdampakan bisnis perusahaan bagi masyarakat.

Kampanye ini memiliki tujuan untuk mendapatkan reputasi baik di mata publik diimbagi dengan profit yang favorable.

Tentu perlombaan inilah yang menjadi penyulut jika perusahaan hanya mempertahankan kepentingannya masing-masing. Lalu, apakah kampanye hijau pada perusahaan adalah benar-benar bentuk sustainable development ataukah sebatas greenwashing?

Pemahaman dan penerapan green company

Konsep green company seperti yang dijelaskan oleh Pramponelli, et al. (2016) dalam bukunya “The Green Factory: Creating Lean and Sustainable Manufacturing”, secara fundamental, sebuah green company bertindak (atau mengklaim untuk bertindak) dengan cara yang meminimalkan dampak terhadap lingkungan.

Perusahaan hijau dapat menerapkan berbagai jenis praktik lingkungan. Serupa dengan pendapat ini, Moreira et al. (2010) menjelaskan tujuan dari konsep green company, dalam praktiknya, tujuan keseluruhan dari hal ini adalah untuk:

  • meningkatkan produktivitas dalam penggunaan sumber daya alam, seperti energi dan material, dan
  • mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan.

Di Indonesia, banyak perusahaan yang telah menerapkan konsep green company ini. Tidak jarang perusahaan-perusahaan ini menyabet berbagai penghargaan melalui program-programnya.

Sebagai contoh, sejumlah perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif telah mengembangkan kendaraan bahan bakar alternatif dan kendaraan listrik dalam upaya mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.

Teknologi termasuk gas alam terkompresi, kendaraan sel bahan bakar, kendaraan listrik baterai, dan kendaraan listrik hibrida.

Perusahaan lain seperti tambang dan minyak bumi berkomitmen dengan program pengelolaan gas rumah kaca mereka yang bertanggung jawab terhadap lingkungan. Program CSR atau corporate social responsibility juga tidak luput dari perhatian perusahaan.

Untuk mencapai tujuan sustainability development, sebagian besar perusahaan memiliki program CSR atau corporate social responsibility.

Menurut Holme et al. (2000), CSR merupakan komitmen berkelanjutan dari perusahaan yang berjalan secara etis dan berkontribusi terhadap pembangunan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarga mereka dan juga komunitas lokal serta masyarakat luas.

CSR tidak jauh dari keberlanjutan sebuah pembangunan baik segi ekonomi, sosial, maupun lingkungan hidup. Bagaimanapun CSR dan sustainability development adalah hal yang saling terhubung, sebuah investasi dari perusahaan untuk bertumbuh secara berlanjut.

Ditinjau dari sudut pandang business ethics, CSR haruslah tidak hanya dilihat sebagai sarana menjadi cost centre company, melainkan sebagai profit centre. Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya sustainable development.

Tipuan Greenwashing

Melalui CSR ini pula kemunafikkan perusahaan dapat muncul terutama bagi lingkungan. The darker side dari sebuah campaign and concept ini bernama greenwashing.

Dalam pengertiannya, Aggarwal, et al. (2011) mengemukakan bahwa greenwashing dapat diartikan sebagai praktik yang diikuti oleh organisasi (dalam hal ini perusahaan) di mana terdapat klaim yang tidak berdasar atau menyesatkan yang dibuat dari atribut lingkungan dan sosial dari suatu produk, layanan, atau perusahaan sebagai merek.

Kata-kata dalam marketing seperti natural, eco green, dan ramah lingkungan merupakan sedikit contoh, sekalipun produk atau jasa yang dimaksud mengandung hal-hal yang sebenarnya merusak lingkungan.

Penggambaran proses produksi oleh perusahaan, kampanye pemasaran, hingga kontribusi bagi lingkungan yang sangat ramah lingkungan, sekalipun pada kenyataanya sangat memicu polusi dan menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat.

Hal seperti ini tentunya sangat kontradiktif pada klaim ramah lingkungan yang perusahaan junjung tinggi pada kampanye pemasaran produknya. Tentunya, jika hal ini dibiarkan terus-menerus dengan tanpa adanya kontrol maka kerusakan lingkungan akan terjadi.

Tipuan greenwashing ini bukanlah sebab perusahaan semata, tetapi sistem ikut berperan.

Selain itu, regulator memegang peranan yang cukup krusial dalam greenwashing. Regulator diharapkan memiliki aturan yang mengatur batasan-batasan dalam periklanan hijau dan klaim-klaim ramah lingkungan, konsumer pun harus lebih bijak dalam menyikapi permasalahan ini.

Lebih jauh, menjadi perusahaan yang sustainable seutuhnya merupakan sebuah perjalanan dengan effort besar dan waktu yang tidak singkat.

Bagaimanapun, perusahaan mempunyai point of view dan strategi pencapaian yang tidak sama, dengan alasan yang berbeda bahkan sering tanpa memiliki gambaran yang jernih. Oleh karena itu, jelas bahwa sekecil apapun suatu usaha lebih baik daripada tidak melakukannya sama sekali.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/11/21/112744271/kampanye-perusahaan-hijau-pembangunan-berkelanjutan-atau-tipuan-pemasaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke