Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harapan, Bukan Sekadar Angin Kosong dalam Mengembangkan Grit

Menemukan minat sudah, berlatih juga sudah, lalu apa lagi yang diperlukan untuk menumbuhkan grit dalam diri?

Yup, membuat tujuan. Pada artikel-artikel sebelumnya, kita telah membahas dua langkah awal membangun kegigihan. Selain itu, kita juga telah mengetahui mengenai bagaimana mengenal minat serta membuat minat itu menjadi keterampilan hingga kemudian keterampilan itu dapat mencapai tujuan kita menggunakan deliberate practice.

Dari teori yang diterangkan oleh Angela Duckworth mengenai kegigihan, masih terdapat dua poin lagi guna mengembangkan kegigihan di dalam diri, yakni tujuan dan harapan. Mari bahas satu persatu dua poin ini.

Perlu kamu ketahui perbedaan orang yang memiliki kegigihan tinggi dengan yang biasa adalah, orang dengan kegigihan tinggi memiliki perasaan bertujuan serta top level goals yang jelas.

Selain itu, mereka biasanya tidak hanya berjuang, namun juga menemukan makna di balik perjuangannya. Makna tersebut biasanya melibatkan pelayanan atau sumbangsih terhadap orang lain sehingga maknanya tidak melulu untuk menguntungkan diri sendiri, namun masyarakat yang lebih besar.

Tujuan (purpose) merupakan alasan seseorang melakukan pekerjaannya.

Mengapa kita memerlukan tujuan? Tanpa adanya tujuan, sulit untuk mempertahankan sebuah minat. Maka dari itu, tujuan menjadi penyeimbang agar minat tetap berada pada satu jalur yang lurus serta bertahan lama.

Selain itu, tujuan membuat kita lebih termotivasi sehingga akan melewati kesulitan dengan baik. Karena tujuan bersifat top level goals, kita akan terbantu untuk menentukan yang mana middle level goals serta low level goals. Percaya atau tidak, tujuan memiliki pengaruh terhadap kepuasan hidup dan kebahagiaan.

Hal ini terbukti dari orang-orang yang menganggap pekerjaan mereka adalah pekerjaan yang tepat dan baik, mereka akan jauh merasa lebih puas dalam karier yang mereka jalani.

Bagaimana jika kita belum menemukan tujuan? Jangan khawatir! Tujuan memang tidak ditemukan begitu saja, tetapi dikembangkan seiring mendalami minat dan melakukan latihan, seperti dua poin sebelumnya untuk membangun kegigihan.

Kita juga dapat mengembangkan tujuan dengan beberapa cara, lho! Yuk catat cara-caranya berikut ini!

Merefleksikan kontribusi positif dari pekerjaan sekarang terhadap masyarakat

Coba lihat kembali apakah pekerjaan yang kita miliki atau apapun yang kita kerjakan telah membantu untuk menyelesaikan masalah dalam masyarakat?

Pekerjaanmu bukan sekadar posisi/jabatan atau yang tertera pada deskripsi pekerjaan. Dalam hal ini, kita menumbuhkan kepercayaan bahwa kita melakukan sesuatu yang membawa manfaat yang lebih besar dari diri kita sendiri.

Mencari panutan atau role model

Ketika kita melihat orang yang kita kagumi melakukan apa yang menjadi tujuan mereka, maka kita juga akan percaya bahwa usaha yang kita lakukan tidaklah sia-sia.

Mengembangkan self oriented dan other oriented motivation 

Self oriented motivation merupakan tujuan yang berdampak untuk diri sendiri. Misalnya mengambil proyek yang menguntungkan diri sendiri. Sedangkan other oriented motivation adalah tujuan yang bermanfaat bagi masyarakat.

Contohnya melakukan kegiatan sukarela untuk menambah jejaring dan juga membantu masyarakat.

Langkah terakhir untuk membangun grit adalah mengembangkan harapan (hope). Meskipun kita telah memiliki minat, sudah berlatih sekeras mungkin, dan memiliki tujuan yang bagus, tetapi jalan kita pastinya tetap tidaklah mudah karena akan ada kegagalan dan tantangan yang justru terasa lebih berat.

Maka dari itu, harapan berguna untuk tetap menyeimbangkan diri agar kita percaya bahwa kita dapat memperbaiki masa depan. Harapan dibangun dengan mengubah cara berpikir mengenai kegagalan, dari yang awalnya pesimis menjadi optimis.

Cara mengembangkan optimisme dalam ilmu psikologi positif salah satunya adalah dengan melatih diri menjelaskan kegagalan kepada diri sendiri.

The Explanatory Style pada psikologi positif membantu kita berpikir dengan cara yang berbeda mengenai kegagalan. Ketika pesimis, kita akan merasa bahwa kegagalan itu bersifat permanen (berlangsung selamanya), berdampak dengan seluruh aspek kehidupan, hanya menyalahkan diri, dan tidak dapat dikontrol sehingga memilih pasrah atau kabur.

Dengan menggunakan The Explanatory Style, kita mengubah cara pikir tersebut menjadi perasaan optimis, di mana kita memandang kegagalan sebagai sesuatu yang sementara saja, hanya berdampak pada aspek tertentu dalam hidup, memikirkan bahwa ini bukan kesalahan diri secara keseluruhan (terdapat faktor eksternal yang menyebabkan kegagalan), serta keadaan tersebut dapat dikendalikan.

Lingkungan di mana kita berada mempunyai pengaruh yang kuat dalam membentuk diri.

Dengan mendukung orang lain melakukan hal yang menantang, membantu orang tersebut bertahan ketika menghadapi hambatan, memberikan semangat agar tidak menyerah ketika menghadapi kesulitan, dan memilih aktivitas yang membutuhkan disiplin untuk dijalani merupakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan grit dalam lingkungan.

Selain hal-hal di atas, kita dapat memperoleh dan memberikan dukungan bagi orang-orang sekitar dengan empat jenis dukungan, lho! Keempatnya adalah:

  1. Informational support yang berupa ilmu pengetahuan, saran, dan timbal balik
  2. Emotional support yang berisikan kepedulian, empati, dan kepercayaan. Ini dapat dicontohkan dengan memberikan validasi atau pujian
  3. Instrumental support yang berupa benda fisik seperti alat kerja atau materi
  4. Social network support atau pesan yang dapat meningkatkan sense of belonging seseorang

Kita telah membahas tuntas mengenai kegigihan mulai dari apa itu kegigihan hingga cara-cara menumbuhkan kegigihan. Kegigihan memang bagus jika kita miliki untuk mencapai tujuan.

Namun, pada dasarnya, hal-hal yang berlebihan tidaklah selalu bagus, termasuk terlalu gigih. Kita perlu memberikan batasan terhadap sikap gigih agar tidak melampaui batas. Ketika kegigihan akan mencapai tujuan menjadi fokus utama dalam hidup tanpa menghiraukan aspek lain, maka hal ini sudah termasuk berbahaya.

Pasalnya, hidup dibangun berdasarkan banyak aspek dan sebagai manusia, menyeimbangakan aspek-aspek kehidupan tersebut merupakan tugas pribadi masing-masing. Salah satu caranya dengan memberikan batasan-batasan.

Pada dasarnya, setiap aspek kehidupan haruslah memiliki tujuan. Namun, jika kita fokus dengan satu saja, misalnya terlalu fokus mengejar tujuan di aspek pekerjaan tanpa memberikan batas pada diri dan mengabaikan aspek kesehatan, maka yang terjadi adalah tubuh yang tidak sehat dan menjadi mudah jatuh sakit.

Atau jika kita mengabaikan aspek relasi sosial, masa tidak menutup kemungkinan bahwa keadaan mental menjadi tidak stabil dan rentan mengalami stres.

Ketika seseorang berusaha terus menerus tanpa membuat batasan dan tidak mengetahui bahwa ia telah melewati batasan atau tidak menyadari kegagalan yang cukup besar yang tidak dapat dicegah karena diluar kuasanya, orang tersebut sesungguhnya menjadi keras kepala dan memperburuk keadaan yang ada.

Maka dari itu, penting bagi kita membuat batasan dan mengetahui kapan harus berhenti. Seth Godin dalam bukunya berjudul The Dip menjelaskan bahwa masa kesulitan dan kejenuhan dalam usaha mencapai sesuatu atau untuk meningkatkan performa dapat dirasakan seseorang yang gigih dalam periode waktu tertentu.

Episode the dip ini harus dilewati untuk menjadi ahli atau expert dalam hal yang ingin dicapai.

Tetapi, jika kegigihan yang telah kita lakukan untuk mencapai sebuah tujuan tidak membawa kita kemana-mana dan terus menerus membuang banyak pengorbanan yang tidak berarti, maka kita boleh untuk berhenti dan menyerah pada hal tersebut. Ini hanya membutuhkan waktu dan hal yang tepat untuk dapat melakukannya.

Untuk membantu menentukan tujuan utama sehingga dapat menghindari kesia-siaan waktu dan tenaga, Angela Duckworth membuat hierarchy of goals atau cara menentukan tujuan yang penting.

Hierarchy of goals terbagi menjadi dua, yakni top level goals dan low levels goals. Pertama, top level goals adalah tujuan utama yang melibatkan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Kedua, low level goals bersifat konkret dan spesifik.

Contohnya membuat bahan presentasi untuk webinar. Nah, kedua goals ini saling berkaitan karena top level goals merupakan penentu dari low level goals. Low level goals harus memiliki sifat yang lebih fleksibel, sedangkan top level goals adalah tujuan yang lebih stabil.

Yuk dari sekarang buat prioritas kegiatan serta tujuan, mana yang low level dan mana yang top level agar semakin mudah meraih apa yang telah kamu tetapkan sedari awal! Pelajari caranya di kursus daring Membangun Grit untuk Performa yang Optimal hanya di Kognisi.id!

https://www.kompas.com/edu/read/2021/10/21/114951871/harapan-bukan-sekadar-angin-kosong-dalam-mengembangkan-grit

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke