Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Doktor Baru UGM Ini Lakukan Penelitian Pengobatan Kanker

KOMPAS.com - Di Indonesia, prevalensi penderita kanker payudara masih cukup tinggi. Yakni sebesar 0,5 persen. Bahkan tingkat keberhasilan pengobatannya masih rendah.

Data Riskesdas 2018 menunjukkan estimasi jumlah penderita kanker payudara terbanyak terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Demikian diungkapkan Rifki Febriansah, S.Farm., M.Sc., Apt., saat menjalani ujian terbuka program promosi Doktor Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM secara daring, Rabu (11/8/2021).

Menurut Rifki, tingkat keberhasilan pengobatan kanker hingga saat ini masih rendah. Hanya sekitar 30 persen pasien kanker yang berhasil sembuh ketika menjalani pengobatan.

Di antara masalah utama dalam pengobatan kanker adalah timbulnya resistensi sel kanker terhadap antikanker yang tersedia dan munculnya efek samping yang serius akibat target aksi antikanker yang tidak spesifik.

Sebagian besar antikanker juga menyerang sel normal yang berdampak timbulnya efek samping tersebut.

"Usaha menemukan antikanker baru yang sensitif dengan target aksi yang spesifik dengan demikian sangat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan kanker," ujarnya seperti dikutip dari laman FK-KMK UGM, Kamis (12/8/2021).

Lebih lanjut, Rifki mengatakan bahan alam hingga saat ini masih menjadi tumpuan para peneliti untuk menghasilkan antikanker baru.

Di antara bahan alam tersebut, mikroorganisme terutama Aktinomisetes merupakan sumber molekul baru antikanker yang potensial.

Ribuan senyawa telah berhasil diisolasi dari Aktinomisetes dan dikembangkan menjadi antibiotik, antiparasit, antivirus dan insektisida.

"Namun demikian terkait potensi Aktinomisetes sebagai penghasil antikanker masih perlu dikaji," terangnya.

Dikatakan, penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu:

  • asap rokok
  • konsumsi alkohol
  • umur pada saat menstruasi pertama
  • umur saat melahirkan pertama
  • lemak pada makanan
  • sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit ini

Selain itu, hormon juga memegang peranan penting dalam terjadinya kanker payudara. Estradiol dan progesteron dalam daur normal menstruasi meningkatkan resiko kanker payudara.

Hal ini terjadi pada kanker payudara yang memiliki reseptor estrogen, di mana sekitar 50 persen kasus kanker payudara merupakan kanker yang tergantung estrogen.

Meskipun mekanisme molekuler yang memengaruhi risiko terjadinya kanker payudara dan progresi dari penyakit ini belum dapat diketahui secara pasti.

Namun aktivasi onkogen yang disebabkan oleh modifikasi genetik (mutasi, amplifikasi atau penyusunan ulang kromosomal) atau terjadinya modifikasi epigenetik (ekspresi berlebihan) dilaporkan mampu mengarahkan pada terjadinya multiplikasi dan migrasi sel B.

"Diharapkan senyawa aktif yang diperoleh mempunyai aktivitas sitotoksik yang kuat dan tingkat selektivitas yang tinggi, sehingga mampu mengatasi masalah yang sering ditemui dari terapi kanker menggunakan obat kemoterapi," ungkapnya.

"Hal ini sangat penting dilakukan dalam upaya untuk menumbuhkan kemandirian bangsa khususnya dalam penemuan senyawa aktif untuk bahan baku obat," jelas Rifki.

https://www.kompas.com/edu/read/2021/08/13/051700771/doktor-baru-ugm-ini-lakukan-penelitian-pengobatan-kanker

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke