Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenali Tanda "Gaslighting" dalam Hubungan Menurut Psikolog Unair

KOMPAS.com - Apakah kamu merasa tertekan dengan sikap orang terdekatmu yang cenderung membuatmu terus merasa bersalah? Bisa jadi kamu mengalami gaslighting dalam hubunganmu. 

Tidak banyak yang menyadari jika dalam hubungan apapun, bisa mengalami gaslighting.

Padahal, hubungan yang baik haruslah bertimbal balik, memunculkan rasa bahagia, dan saling menghargai, serta menambah rasa percaya diri pada masing-masing individu yang terlibat.

Hubungan tersebut disebut dengan hubungan yang sehat. Sementara itu, hubungan yang tidak sehat atau hubungan manipulatif adalah hubungan yang hanya menguntungkan sebelah pihak.

Gaslighting merupakan salah satu hubungan manipulatif. Hubungan ini bersifat tidak seimbang, di mana salah satu pihak menempatkan pihak yang lain di atas segalanya.

Pakar Psikologi Universitas Airlangga  (Unair) Primatia Yogi Wulandari, menjelaskan bahwa perilaku gaslighting ini dapat mempengaruhi “korban” sehingga meragukan penilaian dan persepsinya sendiri.

“Pernyataan seperti, aku nggak bohong, kamu terlalu membayangkan yang aneh-aneh. Aku cuma bercanda. Masa gitu aja marah, biasanya muncul dari pelaku sehingga membuat korbannya kurang percaya diri. Pada titik tertentu, korban bahkan mempertanyakan kewarasannya,” jelas Primatia dilansir dari laman Unair.ac.id.

Gaslighting, dapat terjadi dengan atau tanpa disadari oleh korban, bahkan pelakunya. Namun, motif yang dilakukan cukup jelas.

Yaitu menyelesaikan konflik dengan membuat korbannya menyetujui semua perbuatan pelaku. Perlu diingat, tidak semua kebohongan termasuk ke dalam gaslighting.

“Kembali pada prinsip hubungan sehat. Bila kebohongan tersebut membuat korban meragukan dirinya sendiri, maka hal itu disebut sebagai gaslighting. Namun, bila kebohongan itu bukan untuk melemahkan self-trust salah satu pihak, contohnya, suami memuji istrinya pintar masak, sehingga membuat hubungan menjadi harmonis, maka tidak disebut gaslighting,” tuturnya.

Mima, sapaan akrabnya menjelaskan, ada beberapa kondisi yang menjadi ciri suatu individu terjebak dalam hubungan gaslighting.

Seperti, mempertanyakan persepsi dirinya sendiri, meminta maaf walaupun bukan pihak yang berbuat salah, memaklumi tindakan buruk pelaku.

Korban gaslighting juga merasa tidak bahagia tanpa tahu dengan jelas alasannya, serta sulit mengambil keputusan, meskipun dalam hal-hal sederhana.

Hal ini, seringkali membuat korban terus merasa bimbang dan bisa saja mengalami depresi dalam hubungan. 

“Faktor utama yang membuat seseorang terjebak dalam hubungan gaslighting adalah rasa tidak aman, sehingga menimbulkan ketergantungan pada pelaku," Jelasnya.

Pelakunya gaslightinh, bisa jadi orangtua, pasangan, saudara, teman, atasan. "Semakin dekat hubungan personal kedua individu, semakin riskan pula korban dimanipulasi oleh pelaku. Sehingga menimbulkan keraguan pada diri sendiri,” pungkas Primatia. 

https://www.kompas.com/edu/read/2021/05/26/190000771/kenali-tanda-gaslighting-dalam-hubungan-menurut-psikolog-unair

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke