Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Di Tengah Corona, Tugas Akhir Mahasiswa di Tengah Corona Perlu Penyesuaian

KOMPAS.com - Sejumlah mahasiswa menilai bentuk tugas akhir mahasiswa seperti skripsi di tengah eskalasi wabah pandemi corona perlu disesuaikan. Permintaan tersebut dilatari terhambatnya penyelesaian tugas akhir karena kebijakan physical distancing.

Bentuk-bentuk hambatan dalam penyelesaian tugas akhir seperti skripsi yang dirasakan mahasiswa seperti sulitnya mendapatkan literatur pendukung di lapangan dan akses ke narasumber yang terbatas.

Mahasiswa pun harus merogoh kocek lebih dalam demi mendapatkan literatur pendukung yang seharusnya bisa didapatkan di perpustakaan. Pergerakan mahasiswa untuk menyusun skripsi pun terhambat karena kebijakan physical distancing yang diterapkan banyak wilayah.

Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Negeri Sebelas Maret, Nugi mengatakan penyusunan skripsinya terhambat karena tak bisa mendapatkan literatur di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dan perpustakaan kampusnya saat ini. ANRI saat ini tak melayani jasa arsip secara tatap muka.

"Untuk tugas akhir skripsi sebaiknya bisa diganti dengan tugas sederajat seperti artikel jurnal ilmiah," kata Nugi saat dihubungi Kompas.com.

Ia meminta Kemendikbud untuk mengarahkan bentuk tugas akhir yang konkret dan bisa dijalankan mahasiswa kepada pihak kampus di masa corona seperti ini.

Nugi mengatakan bentuk tugas akhir yang konkret dan terukur tersebut agar bisa dijalankan oleh mahasiswa dan tak menghambat kelulusan.

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Tanjung Pura, Kiki juga berharap tugas akhir berupa skripsi juga bisa digantikan dengan kegiatan sosial atau kursus-kursus online tentang kependidikan.

"Skripsi ini diganti kegiatan sosial kalau bisa seperti relawan Covid-19 online gitu mas, menyebarkan awareness. Bersih-bersih lingkungan pake desinfektan atau kaya ikut kursus di SkillAcademy gitu," tambahnya.

Ia sendiri terhambat untuk menyusun skripsinya dalam hal wawancara narasumber. Kiki harus membatalkan segala janji bertemu langsung untuk wawancara.

Perguruan tinggi diharapkan berikan kemudahan


 

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Plt Dirjen Dikti Kemendikbud), Nizam mengimbau agar perguruan tinggi dapat memudahkan atau tidak mempersulit pembelajaran selama darurat Covid-19.

"Untuk karya tulis akhir tidak harus berupa pengumpulan data primer di lapangan atau laboratorium. Metode dan waktunya bisa beragam dan fleksibel sesuai bimbingan dari dosen pembimbing," terangnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com.

Kemendikbud memberikan kesempatan perguruan tinggi untuk mengatur kembali jadwal dan metode ujian dengan memerhatikan situasi dan kondisi di kampus jika diperlukan.

Beragam metode tak konvensional bisa dijadikan pilihan, seperti dalam bentuk penugasan, esai, kajian pustaka, analisa data, proyek mandiri, dan lain-lain.

"Yang penting didasarkan pada learning outcome atau capaian pembelajaran yang diharapkan. Jadwal praktik bisa digeser, akhir semester bisa digeser, kalender akademik bisa disesuaikan. Yang tidak boleh dikompromikan adalah kualitas pembelajarannya," terang Nizam.

Kampus mulai sesuaikan pola tugas akhir

Universitas Padjajaran (Unpad) saat ini sedang mendesain pola tugas akhir untuk mahasiswa tingkat akhir. Hal ini menyusul eskalasi wabah pandemik corona yang terjadi di Indonesia.

"Unpad saat ini sedang mendesain pola tugas akhir, termasuk yang membutuhkan praktik di laboratorium, kebun, atau kandang agar tidak memberatkan dalam masa Covid-19 ini," kata Kepala Kantor Komunikasi Publik Universitas Padjajaran, Dandi Supriadi saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/4/2020).

Menurutnya, pola tugas akhir untuk mahasiswa tingkat akhir akan didesain yang tetap mengutamakan keselamatan dan keamanana mahasiswa.

Sampai sejauh ini, Unpad masih memperbolehkan mahasiswa ke laboratorium atau kebun yang berada di dalam kampus dengan menerapkan prosedur keamanan yang ketat.

"Penelitian ke lapangan masih memungkinkan dilakukan lewat daring. Yang sulit kalau skripsi tersebut memerlukan praktik fisik seperti bengkel, kebun, penelitian laboratorium atau medis. Ini yang mesti disiasati bersama dosen pembimbing atau laboratorium terkait," kata Dandi.

Unpad juga menyarankan kepada mahasiswa untuk mengganti jenis tugas akhir jika prosesnya membutuhkan banyak interaksi dengan orang lain atau kontak dengan keramaian.

"Tidak menutup kemungkinan mahasiswa yang mau bikin tugas karya akhir untuk tetap melakukannya, sepanjang prosesnya aman dalam konteks wabah ini," ujar Dandi.

Dandi menyebutkan Unpad telah memiliki kebijakan mahasiswa memilih tugas akhir berbentuk skripsi atau tugas karya sebelum wabah corona merebak di Indonesia. Pemilihan bentuk tugas akhir disesuaikan dengan disiplin ilmu yang diambil mahasiswa.

https://www.kompas.com/edu/read/2020/04/03/090000271/di-tengah-corona-tugas-akhir-mahasiswa-di-tengah-corona-perlu-penyesuaian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke