Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Teknologi Awan Buatan untuk Merekayasa Cuaca

Kompas.com - 21/12/2023, 10:20 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Sebuah video di Facebook menyebutkan adanya penyebaran awan buatan untuk merekayasa cuaca.

Video itu dikaitkan dengan HAARP (High-frequency Active Auroral Research Program), fasilitas penelitian untuk mempelajari atmosfer bagian atas Bumi yang terletak di Alaska.

Berdasarkan penelusuran Tim Cek Fakta Kompas.com, narasi itu tidak benar atau hoaks.

Narasi yang beredar

Informasi soal teknologi awan buatan untuk merekayasa cuaca disebarkan oleh akun Facebook ini pada 28 Februari 2023. Arsipnya dapat dilihat di sini.

Berikut narasinya:

Awan buatan sedang beraksi!
Ada banyak cara untuk merekayasa cuaca, mulai dari menabur garam, perak iodida, awan buatan hingga HAARP.
Tapi yg mengkhawatirkan adalah, semua teknologi ini sedang berada di dlm genggaman orang yg salah!!

Tangkapan layar konten hoaks di sebuah akun Facebook, 28 Februari 2023, soal teknologi awan buatan untuk merekayasa cuaca.akun Facebook Tangkapan layar konten hoaks di sebuah akun Facebook, 28 Februari 2023, soal teknologi awan buatan untuk merekayasa cuaca.

Penelusuran Kompas.com

Video yang beredar bersumber dari kanal YouTube Kementerian Pertahanan Rusia, 27 Juli 2021.

Militer Rusia sedang menguji coba kendaraan khusus TDA-3 terbaru di tempat latihan Prudboy, wilayah Volgograd, Rusia.

Asap yang dikeluarkan dari mobil merupakan asap yang difungsikan sebagai kamuflase.

Tujuan kamuflase agar pasukan, senjata, peralatan militer, dan fasilitas militer lainnya yang berada di dalam awan sepenuhnya terlindungi dari deteksi visual dan optik, baik dari darat maupun dari udara.

Dikutip dari situs Rusia Lenta, beberapa personel militer tanpa alat pelindung khusus berdiri di dekat mesin yang menyemprotkan asap, membuktikan bahwa mereka asap yang keluar tidak berbahaya.

Sementara, HAARP merupakan proyek bersama Angkatan Udara dan Angkatan Laut Amerika Serikat (AS).

Dilansir Full Fact, proyek ini awalnya dibuat untuk meningkatkan sistem komunikasi dan pengawasan baik untuk tujuan sipil maupun pertahanan.

Kemudian fasilitas diambil alih Universitas Alaska Fairbanks pada 2015 yang kemudian dimanfaatkan untuk mempelajari atmosfer dan bagian atas Bumi.

Faktanya, HAARP tidak dapat mengendalikan cuaca bahkan berinteraksi dengan awan.

Dikutip dari situs HAARP, fasilitas ini dimanfaatkan untuk melakukan studi mendasar soal atmosfer tertinggi Bumi, yakni termosfer dan ionosfer.

HAARP pada dasarnya merupakan pemancar radio besar. Namun gelombang radio yang berinteraksi dengan muatan dan arus listrik tidak dapat berinteraksi secara signifikan dengan troposfer.

Jika badai ionosfer yang disebabkan oleh Matahari tidak memengaruhi cuaca permukaan Bumi, kecil kemungkinan HAARP juga dapat memengaruhinya.

Sederhananya, gelombang radio dalam rentang frekuensi yang dipancarkan HAARP tidak dapat mengendalikan cuaca di Bumi.

Kesimpulan

Narasi soal teknologi awan buatan untuk merekayasa cuaca merupakan hoaks.

Video yang beredar merupakan kendaraan khusus TDA-3 milik Rusia yang melakukan latihan kamuflase menggunakan asap.

HAARP merupakan fasilitas penelitian AS di Alaska yang difungsikan untuk meneliti termosfer dan ionosfer. Fasilitas ini tidak dapat mengendalikan cuaca di Bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Video Prabowo Promosikan Produk Seprai

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

INFOGRAFIK: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan? Cek Faktanya!

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

INFOGRAFIK: Bantahan TNI atas Kabar Pengusiran Pasien RSUD Madi di Papua

Hoaks atau Fakta
Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Fakta Serangan Israel ke Rafah, Kamp Pengungsi Jadi Sasaran

Data dan Fakta
Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Video Ini Bukan Cuplikan Rekayasa Korban Serangan Israel di Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

[HOAKS] Dennis Lim Promosikan Situs Judi

Hoaks atau Fakta
Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Amnesty International Catat 114 Vonis Hukuman Mati di Indonesia pada 2023

Data dan Fakta
[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

[HOAKS] Imbauan Mewaspadai Aksi Balas Dendam Komplotan Begal di Sumut

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

[KLARIFIKASI] Penertiban NIK di Jakarta Dilakukan Bertahap

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mike Tyson Akan Berikan 10 Juta Dollar AS untuk Pria yang Menikahi Putrinya

[HOAKS] Mike Tyson Akan Berikan 10 Juta Dollar AS untuk Pria yang Menikahi Putrinya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Tiga Anak di Rafah Berpura-pura Jadi Korban Serangan Israel

[HOAKS] Tiga Anak di Rafah Berpura-pura Jadi Korban Serangan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Seorang Perempuan Jadi Korban Pembegalan di Baubau pada 28 Mei

[HOAKS] Seorang Perempuan Jadi Korban Pembegalan di Baubau pada 28 Mei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Foto Terowongan Menghubungkan Rafah ke Mesir

[HOAKS] Foto Terowongan Menghubungkan Rafah ke Mesir

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Menilik Kabar TNI-Polri Usir Pasien dan Penutupan RSUD Madi, Papua

[KLARIFIKASI] Menilik Kabar TNI-Polri Usir Pasien dan Penutupan RSUD Madi, Papua

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com