Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

CEK FAKTA: Gibran Sebut 76 Negara Miliki Program Makan Siang dan Susu Gratis untuk Anak

Kompas.com - 21/12/2023, 08:44 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka mengatakan bahwa 76 negara memiliki program makan siang dan susu gratis untuk anak di sekolah.

Hal itu disampaikan Gibran di hadapan para relawan di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, pada 10 Desember 2023.

"Program makan siang dan susu gratis untuk anak-anak sudah dijalankan oleh 76 negara dan dirasakan manfaatnya oleh 400 juta anak. Jadi bukan program yang mengada-ada," kata Gibran dikutip dari Tempo.co.

Bagaimana faktanya ?

Peneliti kesehatan publik Universitas Airlangga, Ilham Akhsanu Ridlo mengatakan, berdasarkan data Child Nutrition Foundation (GCNF) pada 2021, dari 139 negara yang disurvei terdapat 125 negara memiliki program pemberian makanan berskala besar di sekolah dasar dan sekolah menengah. 

Dalam laporan tersebut dijelaskan, ada sekitar 330,3 juta anak yang menerima makanan sekolah mulai 2020.

Persentase dari seluruh usia anak sekolah dasar dan menengah yang menerima program tersebut yakni 27 persen. 

Dari sisi geografis, proporsi penerima program makan di sekolah di Amerika Latin/Karibia mencapai 55 persen, lalu Eropa, Asia Tengah, Amerika Utara 44 persen, kemudian Asia Selatan, Asia Timur, dan Pasifik 26 persen, dan Afrika Sub-Sahara 26 persen.

Sementara itu laporan World Food Program pada tahun 2022 menyatakan, dari sampel data di 176 negara menunjukkan bahwa  terdapat 418 juta anak menerima manfaat program makanan di sekolah.

Dari 418 juta anak yang menerima manfaat, 41 persennya merupakan anak sekolah dasar.

Adapun program makanan gratis di sekolah kebanyakan dilakukan di negara dengan pendapatan tinggi.

Persentase program tersebut menjangkau 61 persen anak usia sekolah di negara berpendapatan tinggi, 48 persen di negara di negara berpendapatan menengah serta 18 persen di negara berpendapatan rendah.

Risiko program makan gratis di sekolah

Ilham menjelaskan, meski program tersebut bertujuan untuk meningkat gizi anak, namun sejumlah riset menunjukkan adanya kekhawatiran terkait potensi risiko kesehatan. 

Sebuah penelitian di Stanford menyoroti keberadaan bisphenol A (BPA), bahan kimia beracun dalam makanan sekolah.

Bahan ini menimbulkan risiko terutama bagi anak-anak  yang bergantung pada makanan yang didanai pemerintah.

Selain itu, penyertaan makanan ultra-proses (makanan dari pabrik yang melalui banyak tahap pengolahan) juga dikaitkan dengan penyakit kronis seperti obesitas dan penyakit kardiovaskular.

Ada juga kekhawatiran tentang dampak potensial dari makanan sekolah terhadap indeks massa tubuh (BMI) siswa dan kualitas makanan secara keseluruhan.

Sehingga, menurut Ilham perlu penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak tersebut secara menyeluruh.

***

Artikel ini merupakan hasil kolaborasi program Panel Ahli Cek Fakta The Conversation Indonesia bersama Kompas.com dan Tempo.co, didukung oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[VIDEO] Konteks Keliru soal Pertemuan Jokowi dan Megawati pada 2016

[VIDEO] Konteks Keliru soal Pertemuan Jokowi dan Megawati pada 2016

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Ikan Raksasa Bernama Hoggie, Simak Penjelasannya

INFOGRAFIK: Manipulasi Foto Ikan Raksasa Bernama Hoggie, Simak Penjelasannya

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

[KLARIFIKASI] Tidak Benar Prabowo Bantah Janjinya di Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

[HOAKS] Indonesia Dilanda Gelombang Panas 40-50 Derajat Celcius

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

[KLARIFIKASI] Bea Cukai Bantah Pengiriman Peti Jenazah Dipungut Bea Masuk

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

[HOAKS] Sandra Dewi Pura-pura Gila Saat Ditangkap Polisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Mantan Menkes Siti Fadilah Supari Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

[HOAKS] Video Kehadiran Pasukan Rusia di Gaza

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

[VIDEO] Cek Fakta Pernyataan Sekjen PDI-P, Kecurangan Pilpres Bisa Terulang di Pilkada?

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Tentara China ke Indonesia | Pertalite Tidak Tersedia di SPBU

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

INFOGRAFIK: Hoaks Prabowo Beri Bantuan Melalui Nomor WhatsApp, Awas Penipuan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

INFOGRAFIK: Cek Fakta, Benarkah Perubahan Iklim Tingkatkan Penularan DBD?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Guinea Didiskualifikasi dari Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

[KLARIFIKASI] Video Evakuasi Warga Palestina dari Gaza Utara, Bukan Rafah

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

[HOAKS] Timnas Sepak Bola Indonesia Resmi Lolos Olimpiade Paris 2024

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com