Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
Menurut Nadia, bakteri wolbachia tidak menimbulkan penyakit pada manusia.
"Ini ada bakteri wolbachia, bakteri yang memang ada di alam dan tidak menyebabkan penyakit. Bakteri penghancur buah-buahan," terang Nadia.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, juga menyatakan bahwa teknologi wolbachia aman.
"Wolbachia itu aman karena dia merupakan bakteri yang alami," kata Imran saat Peringatan ASEAN Dengue Day 2023, yang disiarkan di YouTube Kemenkes, 12 Juni 2023.
Strategi pengendalian DBD di Indonesia dengan teknologi wolbachia juga terbukti ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Penelitian soal nyamuk dengan teknologi wolbachia salah satunya dilakukan University Hospital Bonn pada 2014. Penelitian itu dapat dibaca di sini.
Sementara di Indonesia, kajian soal nyamuk dengan teknologi wolbachia telah dilakukan sejak 2011. Beberapa kajian tersebut dapat dibaca di sini, di sini, di sini, di sini, dan di sini.
Penelitian awal teknologi wolbachia di Indonesia dilakukan oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, dengan dukungan yayasan filantropi Tahija.
Dikutip dari situs Kemenkes, uji coba penyebaran nyamuk dengan teknologi wolbachia di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul mampu menekan kasus demam berdarah sampai 77 persen.
Dikutip dari Kompas.id, dalam uji coba di Indonesia dan Kolombia, nyamuk yang diinfeksi bakteri wolbachia terbukti efektif mencegah penularan penyakit.
Percobaan di Kolombia menunjukkan penurunan kejadian demam berdarah sebesar 94-97 persen dengan pendekatan rangkaian waktu terputus.
Klaim bahwa nyamuk dengan teknologi wolbachia akan menjadi senjata pembunuh manusia merupakan hoaks.
Kemenkes menegaskan, wolbachia merupakan bakteri yang alami dan tidak menyebabkan penyakit pada manusia.
Selain itu, Kemenkes juga membantah klaim bahwa teknologi wolbachia ada hubungannya dengan digitalisasi dan pemasangan cip.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.