Pada 1942 Jepang mulai menduduki Indonesia. Begitu mereka mengetahui ada dokumentasi soal Relief Karmawibhangga, maka kembali dilakukan pembongkaran.
Kala itu Jepang membongkar batu di sudut tenggara Candi Borobudur yang menutupi empat panil relief Karmawibhangga.
Arkeolog BKB, Winda Diah Puspita Rini menjelaskan, tidak ada alasan pasti mengapa Jepang hanya membongkar empat panil relief Karmawibhangga.
Menurut dia, setelah dibongkar, batu tersebut tidak dipasang kembali. Sehingga, sampai saat ini empat panil relief Karmawibhangga terbuka.
"Jepang melihat dokumentasinya Belanda bahwa ada relief yang tersembunyi di Candi Borobudur. Nah karena ingin tahu, kemudian dibuka di sudut tenggara. Kemudian, oleh orang Jepang tidak ditutup lagi," ucap Winda saat ditemui di Kantor BKB, Magelang, Jawa Tengah, Selasa (8/8/2023).
Baca juga: Kesaksian Pelaku Pemugaran Borobudur Mengenai Keaslian Batu Chatra...
Pada saat pemugaran 1973, empat panil tersebut tetap dibiarkan terbuka. Meskipun, sebenarnya masih terdapat tumpukan batu yang dulunya menutupi empat panil relief Karmawibhangga.
Winda menjelaskan, empat panil Relief Karmawibhangga tetap dibiarkan terbuka supaya bisa digunakan untuk edukasi.
"Saat pemugaran 1973-1983 itu dibiarkan terbuka untuk pembelajaran masyarakat bahwa ada relief yang tersembunyi," ujarnya.
Baca juga: Ritual Thudong, Perjalanan Spiritual Para Biksu Menuju Candi Borobudur