Cuaca panas bukan satu-satunya masalah yang dihadapi penonton. Promotor mencoba meraih untung sebesar-besarnya dengan melakukan penghematan di berbagai sektor, termasuk hanya memasang sedikit toilet dan keran air.
Kepanitiaan festival juga bermasalah. Mereka digaji rendah, tidak diberi makanan, sehingga banyak yang memilih meninggalkan pekerjaan pada saat festival berlangsung.
Hal tersebut menyebabkan sampah menumpuk dan berbagai pelanggaran, termasuk pencurian, pelecehan seksual, serta buang air besar di sembarang tempat.
Baca juga: Kisruh Woodstock 94, Aksi Panggung Green Day Dilempari Lumpur
Kemarahan pengunjung semakin bertambah saat mengetahui harga makanan dan minuman yang dijual luar biasa mahal, misalnya bir (5 dollar AS), sepotong pizza (12 dollar AS), burrito (10 dollar AS), air botolan (4 dollar AS), dan es batu (15 dollar AS).
Sementara, mereka sudah mengeluarkan 150 dollar AS untuk tiket Festival Woodstock 1999.
Menurut anggota Los Lobos, Steve Berlin, yang tampil di festival, kemarahan pengunjung dan kekacauan yang terjadi adalah buah dari hasrat promotor untuk mengeruk untung besar.
"Mereka adalah generasi yang telah dicap sebagai peluang pasar sejak lahir. Dan ketika Anda mempromosikan bahwa ini (Woodstock 1999) akan menjadi sebuah acara bernilai budaya dan sejarah, namun terungkap bahwa ini hanyalah komoditas lainnya, saya mungkin juga akan sangat marah," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.