KOMPAS.com - Masyarakat perlu memiliki bekal literasi kesehatan digital agar dapat menyaring informasi yang diperoleh dari internet.
Literasi yang dimaksud yakni motivasi dan kemampuan individu untuk mengakses, memahami, dan menggunakan informasi dalam hal menjaga kesehatan.
Dalam buku Komunikasi Kesehatan dan Hoaks (2022), selain akses kesehatan, cara memperoleh informasi kesehatan yang valid menjadi kunci penting menangkal hoaks.
Informasi keliru soal kesehatan sangat berbahaya karena bersinggungan langsung dengan hidup dan mati.
Secara alamiah, manusia memiliki kecenderungan untuk menghindari rasa sakit. Namun, dorongan untuk segera sembuh dari rasa sakit sering kali salah arah.
Informasi kesehatan yang keliru di media sosial kerap menawarkan jalan pintas menuju kesembuhan kendati kemanjurannya tidak terbukti.
Contohnya, klaim wijen hitam dapat menyembuhkan penyakit kronis dalam 100 hari.
Klaim itu telah dibantah oleh Kompas.com pada Kamis (9/3/2023) karena tidak ada penelitian yang membuktikannya.
Apabila menemukan informasi kesehatan yang menawarkan jalan pintas atau cara cepat untuk sembuh.
Maka, periksa kembali sumber informasi itu dengan bertanya pada dokter atau mencari informasi pendukung lainnya yang lebih valid.
Ilmu dalam dunia medis terus berkembang. Maka peningkatan kapasitas akses dan pemahaman atas informasi dapat menjadi bekal agar tidak terjebak misinformasi.
Pastikan informasi yang didapatkan dari internet berdasarkan pada hasil penelitian dan tidak sekadar klaim.
Apabila ragu dengan informasi kesehatan yang diterima, maka bisa cek informasi lebih lanjut di situs resmi pemerintah.
Misalnya, situs Kementerian Kesehatan, media independen yang terpercaya, atau situs pemeriksa fakta.
Masyarakat bisa langsung bertanya pada dokter, bidan, perawat, atau tenaga medis di fasilitas kesehatan terdekat.