KOMPAS.com - Biro Investigasi Federal (FBI) merilis beragam modus penipuan yang marak terjadi di Amerika Serikat dan mengakibatkan kerugian miliaran dolar.
Dikutip dari Gizmodo, Rabu (15/3/2023) penipuan dengan modus serangan ransomware, panggilan palsu, pesan singkat, dan email mengalami peningkatan.
Berbagai jenis modus penipuan itu mengakibatkan kerugian hingga lebih dari 10 miliar dollar AS hanya dalam setahun.
Meski menyasar semua kalangan, namun kelompok lansia menjadi yang paling terdampak, dengan total kerugian mencapai 724 juta dollar AS.
Laporan itu menunjukkan ada penurunan jumlah pengaduan pada 2022 dibandingkan 2021, tetapi kerugian yang diakibatkan meningkat siginifikan, dari 6,9 miliar dolar AS (2021) menjadi 10,2 miliar dolar AS (2022).
Baca juga: Penipuan Online Semakin Berkembang, Pelaku Memanfaatkan Emosi Korban
Berdasarkan laporan FBI, penipuan dengan modus penawaran investasi menjadi yang paling marak dan paling merugikan warga AS.
Di antara modus terkait investasi, penipuan dengan embel-embel mata uang kripto atau cryptocurrency mengakibatkan kerugian terbesar.
Sebagai gambaran, penipuan bermodus investasi mengakibatkan kerugian 3,6 miliar dolar AS, dan penipuan kripto menyumbang 2,5 miliar dolar AS dari total kerugian itu.
Penipuan bermodus investasi mengalami peningkatan 127 persen dibandingkan tahun 2021. Pada periode yang sama, penipuan kripto naik 183 persen.
Selanjutnya, ada penipuan dengan modus business email compromise (BEC).
Baca juga: Waspadai Pencurian Data, Ini 7 Modus Phishing yang Perlu Diketahui
Pelaku akan berpura-pura sebagai karyawan atau rekanan bisnis dengan cara menyamarkan alamat email agar tampak asli, dan meminta sesuatu kepada korban.
FBI menyebutkan, modus BEC mengakibatkan kerugian lebih dari 2,7 miliar dolar AS.
Modus penipuan paling marak berikutnya adalah panggilan palsu mengatasnamakan Call Center. Modus ini paling banyak merugikan lansia.
Menurut laporan FBI, hampir setengah dari korban modus ini berusia lebih dari 60 tahun dan menyumbang 69 persen dari total kerugian (724 juta dolar AS).