KOMPAS.com - Sebuah grafik yang menampilkan sejarah iklim lebih dari 9.500 tahun beredar di media sosial.
Grafik yang dibuat R.B. Alley pada 2004 itu menampilkan penurunan suhu yang tercatat dari 643 SM hingga sekarang.
"Bagaimana orang bisa melihat bagan ini dan secara serius masih dicuci otak untuk percaya bahwa kita berada di akhir zaman? Ini hal yang sangat mendasar," tulis akun Twitter yang membagikan grafik itu pada 14 Januari 2023.
Unggahan serupa disebar ulang di Facebook yang arsipnya dapat dilihat di sini. Lantas, apakah grafik sejarah iklim itu valid?
Grafik yang beredar tidak mewakili kondisi Bumi saat ini. Peneliti geosains dari Universitas Negeri Pennsylvania Richard Alley pada 2004 menghimpun data suhu di Greenland.
Kumpulan datanya dapat dilihat di sini.
Dia mendapat data yang terbatas pada 1977 dari sekelompok ilmuwan. Salah satunya peneliti senior di Institute of Arctic and Alpine Research di Universitas Colorado, Gary Clow.
"Grafik ini sebagian besar didasarkan pada data dari satu lokasi di Greenland," ungkap Clow, dikutip dari USA Today, Senin (6/2/2023).
Ia mengatakan, pengambilan data dari satu wilayah kemudian menyebutnya sebagai sejarah iklim secara global merupakan tindakan keliru.
Penting diketahui bahwa wilayah Greenland memiliki suhu yang lebih bervariasi dibanding suhu rata-rata global.
"Untuk menyimpulkan bahwa data ini mencerminkan perubahan suhu global benar-benar menyesatkan," kata Clow.
Clow menjelaskan, data yang dirujuk dalam grafik bukan berdasarkan pada pengukuran langsung.
Padahal, pengukuran data suhu yang lebih modern disimpulkan berdasarkan jenis oksigen yang terkunci dalam sampel inti es.
Pengukuran semacam itu baru dilakukan pada 1990-an.
Sementara data suhu yang diambil tidak mewakili suhu di Greenland saat ini karena datanya berhenti pada 1885.
Sederhananya, selain tidak mewakili suhu global, data dalam grafik itu juga tidak mencakup pengukuran suhu selama 140 tahun terakhir.
Studi terbaru yang diterbitkan pada Desember 2021 menunjukkan, suhu global tahunan saat ini adalah yang terpanas dalam 10.000 tahun terakhir.
Penelitian itu menentang teori era Holosen sekitar 12.000 tahun lalu, yang memprediksi bahwa suhu Bumi semakin dingin di masa depan.
Para ilmuwan mengumpulkan sedimen dan menganalisis kembali sejarah suhu. Kemudian mempelajari bagaimana suhu berevolusi selama era Interglasial, era Holosen, hingga zaman modern.
Beberapa data menunjukkan bahwa rata-rata suhu global tahunan selama zaman modern tidak melebihi kehangatan di awal periode hangat Holosen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.