Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Vaksin Penyebab Gagal Ginjal hingga Korban di Itaewon

Kompas.com - 07/11/2022, 08:32 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Penelusuran fakta dari berbagai informasi keliru di media sosial terus dilakukan. Pekan ini, beredar hoaks mencakup berbagai topik, mulai dari kesehatan, politik, hingga scam.

Vaksin Covid-19 kembali dituding sebagai kambing hitam berbagai masalah yang terjadi di masyarakat, seperti gagal ginjal akut pada anak hingga korban kerumuman di Itawon, Korea Selatan.

Faktanya, kejadian tersebut tidak ada kaitannya dengan vaksin.

Berikut ringkasan penelusuran fakta, dari berbagai informasi keliru yang beredar di media sosial sepanjang pekan ini:

Hoaks korban di Itaewon dikaitkan dengan AstraZeneca

Sepekan yang penuh duka bagi Korea Selatan, setelah sedikitnya 150 orang tewas akibat kerumunan yang berdesak-desakan di gang sempit wilayah Itaewon, saat perayaan Halloween, Sabtu (29/10/2022) malam.

Di tengah tragedi tersebut, beredar klaim bahwa korban yang mengalami henti jantung ketika berdesakan dikatikan dengan vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca.

Faktanya, korban meninggal tidak ada kaitannya dengan vaksin.

Henti jantung dapat terjadi di tengah crowd crush atau situasi ketika orang berdesakan di ruang terbatas dan terus mendorong, menyebabkan mereka jatuh seperti domino sehingga sulit bagi orang untuk bangun lagi.

Dalam situasi semacam itu, korban lebih mungkin meninggal akibat mati lemas daripada tertindih.

"Dibutuhkan 30 detik sebelum Anda kehilangan kesadaran, dan sekitar enam menit, Anda mengalami asfiksia kompresif atau restriktif," ujarnya.

Kerumunan di Itaewon hari itu diperkirakan 10 kali lebih ramai dari biasanya karena itu adalah perayaan Halloween terbesar tanpa protokol kesehatan Covid-19 pertama setelah pandemi di Korea Selatan.

Baca fakta selengkapnya di sini.

Scam mengatasnamakan TikTok

Pesan scam atau penipuan kembali beredar melalui WhatsApp. Kali ini, sebuah pesan menawarkan hadiah dari TikTok sebesar Rp 40 juta - Rp 50 juta.

Penerima pesan diminta untuk menghubungi nomor WhatsApp atau tautan yang tertera pada pesan untuk mendapatkan hadiah.

Kompas.com, Selasa (1/11/2022) telah melakukan penelusuran fakta dan tidak ditemukan informasi penawaran tersebut di laman resmi TikTok.

Ilustrasi TikTokSHUTTERSTOCK/ASCANNIO Ilustrasi TikTok

TikTok memang menyediakan fitur yang memungkinkan pengguna mendapat uang dari pengguna lainnya, tetapi tidak dilakukan melalui WhatsApp.

Pengguna dapat menerima hadiah atau gift dari pengguna lain melalui siaran langsung (live) atau unggahan video.

Melalui laman resminya TikTok menjelaskan, pihaknya bermitra dengan Stripe sebagai penyedia pembayaran pihak ketiga. Kerja sama ini memungkinkan audiens dapat mengirimkan tip langsung kepada pengguna TikTok.

Sehingga, uang yang didapat dari TikTok merupakan pemberian dari pengguna TikTok lainnya. TikTok sendiri tidak pernah menawarkan hadiah puluhan juta kepada pengguna.

Hoaks pembakaran bendera di Australia

Sebuah video di Facebook memuat narasi baha bendera Merah putih dibakar di Australia oleh peserta demonstrasi anti-Indonesia.

Video itu menampilkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, yang diklaim telah memberikan pernyataan atas kejadian tersebut.

Ketika ditelusuri Kompas.com, Kamis (3/11/2022), video itu sebenarnya memperlihatkan Menteri Retno yang tengah menyampaikan pernyataan bahwa Pemerintah RI tidak memiliki rencana menormalisasi hubungan dengan Israel, dalam konferensi pers daring, Rabu (16/12/2020).

Potongan lainnya berisi video penolakan kebijakan lockdown yang diambil Pemerintah Australia.

Adapun peristiwa pembakaran bendera yang ada dalam video juga bukan berlokasi di Australia.

Video penembakan salah konteks

Pada 13 April 2022, terjadi penembakan di kereta bawah tanah sesaat sebelum mencapai stasiun Brooklyn, New York, Amerika Serikat (AS).

Beredar video penembakan yang diklaim sebagai video dari kasus tersebut.

Setelah ditelusuri, ternyata video itu bukan berlokasi di New York, AS melainkan di Jerman.

Video itu tidak ada katiannya dengan kasus penembakan di AS. Itu adalah latihan dan simulasi menghadapi serangan terorisme di bandara Cologne/Bornn, Jerman.

Baca fakta selanjutnya di sini.

Hoaks vaksin Covid-19 sebabkan gagal ginjal akut

Gagal ginjal akut yang dialami sedikitnya 304 anak di Indonesia, dikaitkan dengan vaksin Covid-19.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan penyebab gangguan ginjal akut yang menyerang anak-anak tidak berkaitan dengan Covid-19, baik infeksi virus maupun efek dari vaksin Covid-19.

"Kasus gagal ginjal akut ini bukan disebabkan oleh Covid-19, vaksinasi Covid-19, atau imunisasi rutin. Diduga akibat adanya cemaran senyawa kimia pada obat tertentu yang saat ini sebagian sudah teridentifikasi," kata Juru Bicara Kemenkes, Mohammad Syahril.

Berdasarkan serangkaian penyelidikan epidemiologi, surveillance, dan penelitian yang dilakukan Kemenkes, penyebab gangguan ginjal akut mengarah kepada intoksikasi (keracunan) cemaran etilen glikol.

Etilen glikol ini terkandung dalam beberapa obat sirup, yang kini telah ditarik dari pasaran.

Simak penelusuran selengkapnya di sini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

[KLARIFIKASI] Belum Ada Bukti Rafael Alun Korupsi Rp 3.000 Triliun

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

[KLARIFIKASI] Manipulasi Video Ledakan Asteroid Saat Menabrak Bulan

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

[HOAKS] Ronaldo Berikan Pujian kepada Timnas Indonesia U23

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

[HOAKS] Bulan Kembar di Pegunungan Arfak pada 26 April

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

[HOAKS] Video Pelatih Korsel Mengamuk Usai Kalah dari Indonesia di Piala Asia U23

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

[KLARIFIKASI] Penjelasan Pertamina soal Video Konsumen Cekcok di SPBU Putussibau

Hoaks atau Fakta
Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Cek Fakta Sepekan: Hoaks Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda | Bahaya SO2 di Jawa

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

[VIDEO] Beredar Hoaks Sandra Dewi Dijemput Paksa Polisi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang 'Kartu Kabur Saat Demo'

[KLARIFIKASI] Konten Satire, Jokowi Pegang "Kartu Kabur Saat Demo"

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

[VIDEO] Hoaks Uang Nasabah Hilang di Bank akibat Bansos Pemilu, Jangan Terhasut!

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

INFOGRAFIK: Beredar Hoaks Pengibaran Bendera GAM Setelah Putusan MK, Awas Provokasi

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

INFOGRAFIK: Bantahan Indonesia soal Upaya Normalisasi Hubungan dengan Israel

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

[HOAKS] KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran sebagai Presiden-Wapres Terpilih

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

[HOAKS] Puan Promosikan Obat Nyeri Sendi

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

[KLARIFIKASI] Azan Berkumandang di Lancaster House, Bukan Istana Buckingham

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com