Di platform media sosial lain, seperti YouTube dan TikTok, pengguna terutama pembuat konten dimanjakan dengan fitur di mana mereka mendapat uang melalui platform tersebut.
Seolah memberi janji kepada pengguna, Elon mengunggah twit yang menyebut bahwa pendapatan dari Twitter Blue baru dapat digunakan untuk mendanai "penghargaan" pembuat konten, meskipun pembuat konten harus tetap membayar setidaknya 8 per dollar AS bulan untuk mencapai titik impas.
Kendati demikian, kemungkinan eksodus akun-akun Twitter dengan nama besar sulit terhindarkan.
Mereka akan mencari 'rumah' media sosial yang lebih baik dan lebih menguntungkan di tempat lain.
Baca juga: Separuh Pegawai Twitter Dipastikan Dipecat Elon Musk, Sekitar 3.700 Orang
Misinformasi merupakan tantangan terbesar berbagai platform media sosial. Sebelumnya, meski centang biru pada Twitter dapat mencegah kebingungan publik terhadap akun asli dan tiruan, tetapi fitur ini bukan berarti terbebas dari misinformasi.
Dilansir dari New York Times, Rabu (2/11/2022), dalam 13 tahun terakhir sejak fitur centang biru diperkenalkan, Twitter sempat beberapa kali kecolongan.
Pada Agustus 2021, agen penulis pemenang Hadiah Pulitzer, Cormac McCarthy mendapati akun terverifikasi atas nama penulis mereka.
Akun tersebut membagikan informasi seputar kombucha dan TikTok. Pihaknya pun segera mengklarifikasi bahwa akun bercentang biru itu bukanlah miliknya.
Pada November 2019, Twitter mengkritik akun bercentang biru dari Partai Konservatif di Inggris karena dinilai berusaha menyesatkan orang.
Akun partai itu secara sementara mengubah nama “CCHQPress” menjadi “factcheckUK” selama debat pemilihan. Hal ini menjadi kebingungan publik karena kerja pemeriksa fakta selama ini independen, tanpa terikat partai tertentu.
Melihat kasus-kasus itu, upaya Twitter membuat fitur centang biru tidak sepenuhnya dapat menghindari misinformasi.
Lantas, apa yang terjadi jika rencana akun centang biru berbayar diterapkan?
Baca juga: Ingin Akun Twitter Centang Biru? Elon Musk Berencana Tagih Rp 125.000 Per Bulanl
Salah satu pengaruh adanya centang biru di Twitter adalah orang-orang dan media merujuk akun terverifikasi sebagai sumber pernyataan dari pemilik akun sebenarnya.
Profesor di Sekolah Komunikasi dan Jurnalisme Annenberg Universitas California Selatan, Karen North menilai bahwa centang biru berbayar berisiko menurunkan kredibilitas platform karena pengguna yang sah bisa saja keluar dari layanan berlangganan dan kehilangan tanda centang biru mereka.
“Ini merusak tujuan utama platform jika pengguna, terutama orang-orang seperti jurnalis, mengalami kesulitan mencari tahu siapa sumber yang sah,” kata Karen dikutip dari The Hill, Kamis (3/11/2022).