Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awal Mula Kebijakan Verifikasi dan Tanda Centang Biru Twitter

Kompas.com - 04/11/2022, 18:35 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah Elon Musk resmi mengambil alih Twitter dengan nilai 44 miliar dollar AS, ada rencana perubahan ketentuan terkait verifikasi pada suatu akun.

Twitter berencana membebankan biaya berlangganan sebesar 8 dollar AS atau sektiar Rp 125.000 per bulan bagi akun yang memiliki tanda centang biru atau terverifikasi.

Ketika pertama kali diluncurkan pada 2006, Twitter tidak memiliki fitur centang biru atau akun terverifikasi.

Lantas, apa penyebab Twitter menerapkan kebijakan verifikasi dan memberikan tanda centang biru pada akun tertentu?

Pemalsuan identitas

Semua bermula dari kasus peniruan identitas yang dialami sejumlah selebritas. Salah satunya bintang basket Shaquille O'Neal yang memiliki akun Twitter pada November 2008.

Dilansir dari New York Times, Rabu (2/11/2022), akun palsu di Twitter terus menjamur, korbannya tidak hanya Shaq.

Beberapa figur publik yang identitasnya dicatut antara lain Ewan McGregor, televangelist Robert H. Schuller, hingga pelatih bisbol Tony La Russa.

Tony menggugat Twitter pada Mei 2009 terkait akun palsu mengatasnamakan dirinya. Akun palsu itu mengirim komentar yang menyinggung dan mengakibatkan tekanan emosional.

Komentar yang dimaksud yakni tanggapan meremehkan atas meninggalnya dua pemain tim St. Louis Cardinals, Josh Hancock dan Darryl Kile.

Salah satu pendiri Twitter, Biz Stone, memberikan pernyataan pada Juni 2009 bahwa Twitter sedang bereksperimen dengan "akun terverifikasi" dan mengklarifikasi posisi perusahaan dalam gugatan yang melibatkan akun palsu.

Terkait akun palsu Tony La Russa, Stone mengatakan bahwa Twitter akan menangguhkan, menghapus, atau mengalihkan kendali akun yang diketahui meniru identitas orang lain.

“Kami memahami peluang untuk meningkatkan pengalaman pengguna Twitter dan menjernihkan kebingungan selain sekadar menghapus akun peniruan identitas setelah mendapat peringatan,” kata Stone dalam unggahan di blognya.

Pemberian centang biru pada akun tertentu pun mulai dijalankan. Stone menjelaskan, akun terverifikasi diperuntukkan bagi orang-orang yang berisiko identitasnya ditiru, seperti selebriti, politisi, atau lembaga publik, seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.

Saat itu, Twitter menegaskan bahwa fitur ini tidak akan dijadikan sebagai bisnis. Tidak seperti sekarang.

Pada akhir Juni 2009, La Russa pun telah mengakhiri gugatannya. Akhirnya dia membuat akun Twitter dan banyak menulis twit soal yayasan penyelamatan hewan dan berkomentar tentang bisbol.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

[HOAKS] Video Unjuk Rasa Warga Papua Terkait Pencurian Suara pada Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

[HOAKS] Sri Mulyani Jelaskan soal Utang Negara di Sidang MK

Hoaks atau Fakta
Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Mengenang Vladimir Komarov, Orang Pertama yang Tewas dalam Misi Luar Angkasa

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

[HOAKS] Video Gempa di Majene Sulawesi Barat

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

[KLARIFIKASI] Foto Ini Tidak Terkait Serangan Irak ke Pangkalan Militer AS di Suriah

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

CEK FAKTA: Sekjen PDI-P Sebut Dugaan Kecurangan Pilpres 2024 Bisa Terjadi Lagi di Pilkada

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com