KOMPAS.com - Setelah Elon Musk resmi mengambil alih Twitter dengan nilai 44 miliar dollar AS, ada rencana perubahan ketentuan terkait verifikasi pada suatu akun.
Twitter berencana membebankan biaya berlangganan sebesar 8 dollar AS atau sektiar Rp 125.000 per bulan bagi akun yang memiliki tanda centang biru atau terverifikasi.
Ketika pertama kali diluncurkan pada 2006, Twitter tidak memiliki fitur centang biru atau akun terverifikasi.
Lantas, apa penyebab Twitter menerapkan kebijakan verifikasi dan memberikan tanda centang biru pada akun tertentu?
Semua bermula dari kasus peniruan identitas yang dialami sejumlah selebritas. Salah satunya bintang basket Shaquille O'Neal yang memiliki akun Twitter pada November 2008.
Dilansir dari New York Times, Rabu (2/11/2022), akun palsu di Twitter terus menjamur, korbannya tidak hanya Shaq.
Beberapa figur publik yang identitasnya dicatut antara lain Ewan McGregor, televangelist Robert H. Schuller, hingga pelatih bisbol Tony La Russa.
Tony menggugat Twitter pada Mei 2009 terkait akun palsu mengatasnamakan dirinya. Akun palsu itu mengirim komentar yang menyinggung dan mengakibatkan tekanan emosional.
Komentar yang dimaksud yakni tanggapan meremehkan atas meninggalnya dua pemain tim St. Louis Cardinals, Josh Hancock dan Darryl Kile.
Salah satu pendiri Twitter, Biz Stone, memberikan pernyataan pada Juni 2009 bahwa Twitter sedang bereksperimen dengan "akun terverifikasi" dan mengklarifikasi posisi perusahaan dalam gugatan yang melibatkan akun palsu.
Terkait akun palsu Tony La Russa, Stone mengatakan bahwa Twitter akan menangguhkan, menghapus, atau mengalihkan kendali akun yang diketahui meniru identitas orang lain.
“Kami memahami peluang untuk meningkatkan pengalaman pengguna Twitter dan menjernihkan kebingungan selain sekadar menghapus akun peniruan identitas setelah mendapat peringatan,” kata Stone dalam unggahan di blognya.
Pemberian centang biru pada akun tertentu pun mulai dijalankan. Stone menjelaskan, akun terverifikasi diperuntukkan bagi orang-orang yang berisiko identitasnya ditiru, seperti selebriti, politisi, atau lembaga publik, seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
Saat itu, Twitter menegaskan bahwa fitur ini tidak akan dijadikan sebagai bisnis. Tidak seperti sekarang.
Pada akhir Juni 2009, La Russa pun telah mengakhiri gugatannya. Akhirnya dia membuat akun Twitter dan banyak menulis twit soal yayasan penyelamatan hewan dan berkomentar tentang bisbol.