KOMPAS.com - Wajah putih, hidung bulat merah, dan mulut lebar menjadi gambaran identik dari badut. Keberadaan badut identik dengan komedi, lantas dari mana asalnya creepy clown atau badut seram?
Kehadiran badut lekat dengan pesta ulang tahun atau perayaan bagi anak-anak. Namun selalu ada sisi kelam badut yang membuat sosoknya yang semula komedi berubah menjadi horor.
Ia bahkan muncul di film thriller hingga menghiasi acara-acara Halloween.
Sejak kapan badut menjadi seram? Berikut kisahnya.
Menurut ensiklopedia Britannica, badut paling awal telah ada sejak zaman Yunani kuno hingga Romawi. Ia muncul dalam pementasan pantomim hingga sandiwara. Perannya sebagai tokoh sekunder atau karakter yang membawa parodi ke dalam cerita.
Kemudian, pada abad pertengahan, badut menjadi fitur umum yang turut tampil dalam pertunjukan sulap hingga tarik suara.
Aktor yang terkenal pada masa itu adalah Enfants san Souci, yang sering tampil pada festival-festival.
Baca juga: Jason Vorhees, Pembunuh Bertopeng Hockey dari Film Friday The 13th
Dilansir dari BBC, 19 Oktober 2016, figur badut muncul sebagai pelawak di pemakaman Romawi kuno. Prosesi ini diterapkan di Pompeii sekitar tahun 50 M.
Archimimus merupakan pria lucu di Roma kuno yang diizinkan untuk membawakan lelucon saat pemakaman. Dia bahkan mengolok bangsawan Eropa abad pertengahan melalui leluconnya.
"Dia bisa mengolok-olok berat badan seorang raja atau betapa muda selirnya, dan tidak dihukum mati karena itu karena peran badut sebagai pembawa kebenaran," kata Benjamin Radford, penulis Bad Clowns.
Di italia, perusahaan travel Commedia Dell'arte mengenalkan tokoh badut paling terkenal sepanjang masa yakni Arlecchino atau Harlequin pada paruh kedua abad ke-16.
Karater Harlequin adalah pola dasar badut jahat klasik yang telah ada selama lebih dari 300 tahun.
Di Inggris, ada badut jahil yang terhubung dengan perusahaan Shakespare, yakni William Kempe dan Robert Armin.
Baca juga: Freddy Krueger, Mimpi Buruk bagi Anak-anak di Elm Street
Badut dibawa hingga ke Jerman hingga muncul karakter populer lain, seperti Pickelherring.
Hingga akhirnya pada akhir pada ke-17 ada karakter Pierrot atau Pedrolino yang terkenal di Perancis. Badut dengan kepala botak dan wajah seputih tepung ini mulai menampilkan karakter yang sentimental.
Kemunculan badut seram tak lepas dari kehadirannya dalam sirkus-sirkus pada abad ke-19.
Dilansir dari The Conversation, Selasa (25/10/2022), di masa itu, sirkus ditampilkan di ruang yang kecil sehingga penonton dapat mendengar pemain sirkus berbicara dan sebaliknya.
Penonton bebas untuk berteriak dan mencemooh bara pemain. Badut akan hadir di tengah pertunjukan dan menjadi sosok menonjol yang turut mencemooh. Ia mengucapkan ejekan dan humor berlebihan.
Di Amerika Serikat (AS), lelucon yang dibawakan badut dalam sirkus sering misoginis dan berstandar ganda karena sebagian besar penonton adalah laki-laki.
Sementara, kehadiran srikus di masa itu juga lekat dengan perjudian, penipuan, dan alkohol.
Baca juga: Michael Myers, Sang Jagal dari Film Halloween
Pemimpin gereja sering melarang jemaatnya datang ke sirkus bahkan beberapa negara melarang sirkus sama sekali. Secara garis besar, di masa itu keberadaan badut tidak ramah bagi anak-anak.
Sementara di Inggris, orang yang dikenal sebagai pelopor badut modern adalah Joseph Grimaldi melalui karakter alter egonya bernama Joey.
Karakter Joey merupakan cikal bakal badut yang meneror orang-orang di seluruh dunia atau "clown-demic".
Baru pada 1880-1890-an, PT Barnum berusaha mengubah citra sirkus dan mengemas badut untuk menarik audiens lebih luas, termasuk anak-anak.
Badut dalam rombongan sirkus Barnum bebas dari lelucon dan penampilan vulgar, sehingga bisa diterima banyak kalangan. Badut Barnum lebih fokus pada komedi fisik, slapstick, dan trik.
Baca juga: PT Barnum, The Greatest Showman, Pembuat Hoaks Terbesar Sepanjang Sejarah
Badut menjadi hiburan ikonik bagi anak-anak di abad ke-20. Selain di sirkus, badut juga muncul di film dan televisi.
Sebuah program televisi populer yang menampilkan Bozo si Badut berlangsung selama 40 tahun, dari 1960 hingga 2001.
Kendati demikian, pengaruh Barnum tak bertahan lama. Pada abad ke-21, terjadi perubahan haluan yang tajam.
Badut menjadi sosok yang ambigu karena dia bisa menertawakan diri mereka sendiri, hingga menertawakan penontonnya. Kehadirannya ada untuk menghibur, tetapi di sisi lain membawa ketakutan bagi sebagian orang.
"Badut itu aneh karena dimaksudkan untuk menyenangkan dan menghibur, tetapi banyak orang menganggapnya mengganggu," kata profesor filsafat David Livingstone Smith.
Psikolog Francis McAndrew dan Sara Koehnke dari Knox College di Illinois meminta lebih dari 1.000 orang untuk membuat daftar pekerjaan paling mengerikan. Menjadi badut ada dalam daftar teratas.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa 'merasa takut' adalah respons emosional adaptif yang berkembang terhadap ambiguitas tentang adanya ancaman dari badut.
Rasa takut ini kemudian dinarasikan secara ekstrem melalui gagasan badut pembunuh, karakter yang kemudian berkembang pesat di abad ke-21.
Studi lain pada 2008 menyimpulkan bahwa "badut tidak disukai secara universal" oleh anak-anak.
Salah satu titik balik karakter badut tak lepas dari tindakan John Wayne Gacy.
Gacy adalah pembunuh berantai yang secara rutin tampil di depan anak-anak, rumah sakit, bahkan penggalangan dana. Gacy bahkan membuat lukisan badut di penjara saat menjalani hukuman mati.
Sosoknya membawa kengerian tersendiri sehingga banyak warga AS takut pada sosok badut.
Beredar kabar bahwa badut mencoba menculik anak-anak ke hutan, hingga terjadi kepanikan sosial yang berujung penangkapan, penguncian sekolah, hingga pelarangan kostum badut saat Halloween.
Parahnya, raksasa restoran cepat saji McDonald's sampai membatasi penampilan publik maskotnya Ronald McDonald's dan munculnya pawai Clown Lives Matter.
Budaya populer turut andil dalam mengubah sosok badut melalui novel dan film It karya Stephen King. Karakter utamanya, Pennywise menjadi sosok badut jahat dan menyeramkan yang melekat di benak masyarakat urban.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.