KOMPAS.com - Ada seseorang yang sengaja membuat hoaks untuk mendapat ketenaran dan keuntungan. Dia berhasil menipu ratusan ribu orang, termasuk pejabat dan orang kerajaan. Orang itu adalah Phineas Taylor Barnum.
Belakangan nama PT Barnum dikenal publik melalui film The Greatest Showman (2017) yang dibintangi Hugh Jackman.
Namun, tokoh ini bukan fiksi belaka. Barnum terkenal karena "bisnis hoaks"-nya.
Pada 1841, membeli sebuah museum dan menamainya Barnum's American Museum.
Baca juga: Sejarah Hoaks (II): Digunakan untuk Menarik Pembaca dan Berbagai Rekayasa
Di museum itu, dia menampilkan makhluk, tokoh, hingga penemuan unik yang dikemas serupa sirkus yang menarik ribuan pengunjung setiap harinya. Kendati demikian, tipuan itu diwarnai rasisme dan penyiksaan hewan.
Tipuan hebat Barnum menjadi contoh konkret bagaimana publik mudah dan senang ditipu.
Phineas Taylor Barnum lahir pada 5 Juli 1810 di Bethel, Connecticut Amerika Serikat (AS).
Dia anak dari pasangan Philo Barnum dan Irene Taylor. Ketika usianya menginjak 15 tahun, ayahnya meninggal. Barnum pun menjadi tulang punggung bagi ibu dan saudara-saudaranya.
Dia bekerja sebagai penjaga toko kelontong, melanjutkan bisnis keluarganya.
Pada 1829, di usia 19 tahun, Barnum menikahi seorang wanita asal Bethel berusia 21 tahun, Charity Hallett. Mereka dikaruniai empat orang putri.
Diberitakan The New York Times, 9 Maret 1986, Barnum mendapat warisan sebidang tanah di dekat rumahnya di Bethel dari kakeknya.
Baca juga: Echo Chamber dan Filter Bubble, Alasan Sulit Lepas dari Jeratan Hoaks
Namun, ketika Barnum melihat tanah warisannya, ternyata itu adalah tanah rawa yang sulit dipijak. Barnum kecewa. Menjadi penjaga toko bukanlah impiannya. Barnum tertarik dengan hal-hal aneh dan fantastis, serta dunia pertunjukan.
Pada 1834 dia pindah ke New York City, Barnum menjajal peruntungan di berbagai bisnis, termasuk penerbitan surat kabar dan mengelola rumah indekos.
Barnum dengan berani membeli dan menjadi editor koran lokal, Herald of Freedom.
Namun, karier jurnalistiknya berakhir beberapa tahun kemudian, ketika dia dituntut atas pencemaran nama baik karena menuduh seorang diaken gereja melakukan riba.
Barnum pun mendekam di penjara selama 60 hari di penjara. Dia menjual penerbitan koran itu setahun kemudian.
Baca juga: Sejarah Hoaks, Sudah Ada sejak Abad Ke-16, dari Kekeliruan hingga Parodi
Mencoba menemukan panggilannya di dunia hiburan, dia pun menggunakan tanah warisan sebagai jaminan untuk membuka sebuah museum.
Pada 1841, Barnum membeli Scudder's America Museum di Lower Manhattan, yang sebelumnya dimiliki oleh John Scudder. Dia membukanya kembali dengan nama Barnum's American Museum.
Awalnya, museum lima tingkat itu memliki lantai marmer yang setiap sudutnya terpajang boneka binatang, patung lilin, dan pameran konvensional lainnya.
Tidak seperti museum pada umumnya, Barnum's American Museum juga menghadirkan pertunjukan layaknya sirkus, dan warga sekitar mengenalnya sebagai freak show. Di tangan Barnum, museum itu jadi tempat hoaks terbesar abad ke-19 bermunculan.