KOMPAS.com - Dalam kerja pemeriksa fakta, ada yang disebut prebunking dan debunking. Sebuah studi mengungkapkan, prebunking dinilai lebih efektif dalam mencegah orang terpapar misinformasi atau bisa membedakan, mana fakta dan bukan.
Beragam informasi yang salah seolah tak ada habisnya diproduksi, terutama soal pandemi Covid-19, perang Rusia dan Ukraina, hingga politik.
Melalui sebuah studi yang dilakukan oleh Jon Roozenbeek dan Sander van der Linden dari Universitas Cambridge, dan Stephan Lewandowsky dari Universitas Bristol, ada cara efektif untuk mencegah masyarakat termanipulasi oleh informasi yang salah.
Mereka mengungkapkan bahwa upaya prebunking terbukti lebih efektif untuk memberdayakan orang untuk membuat keputusan sendiri tentang apa yang harus dipercaya.
Baca juga: Pemeriksa Fakta Palsu di Tengah Konflik Rusia-Ukraina
Menurut First Draft News, perbunking adalah proses membongkar kebohongan, taktik, atau sumber sebelum informasi keliru menyerang.
Prebunk bersifat memberdayakan. Misalnya, membangun kepercayaan dengan memberi tahu cara membedakan informasi palsu atau upaya manipulasi lainnya.
Sementara debunking merupakan kerja pemeriksa fakta yang langsung menyajikan faktanya kepada pembaca.
Hasil pemeriksaan fakta memberikan sanggahan dan klaim yang jelas terhadap suatu informasi. Hal ini sudah banyak dilakukan oleh pemeriksa fakta di berbagai negara.
Namun, Joe, Sander, dan Stephan mencoba mencari tahu seberapa efektif metode prebunking bagi audiens.
Baca juga: Soal Doxxing dan Upaya Untuk Memperkuat Kerja Pemeriksa Fakta di Indonesia
Mereka merancang dan menguji lima video pendek soal cara melindungi diri dari tindakan manipulatif di dunia online, informasi menyesatkan, hingga scam atau penipuan. Video itu diunggah di YouTube Inoculation Science.
Mereka juga menggunakan BrandLift YouTube untuk meminta orang yang melihat video prebunking menjawab satu pertanyaan pilihan ganda.
Pertanyaan tersebut menilai kemampuan mereka untuk mengidentifikasi teknik manipulasi dalam headline berita.Terdapat pula grup kelompok yang menjawab pertanyaan survei yang sama tetapi tidak melihat video prebunking.
Baca juga: Menatap Tantangan Pemeriksa Fakta pada Pemilu 2024