KOMPAS.com Beredar di media sosial unggahan yang mengeklaim bahwa International Monetary Fund (IMF) memperingatkan Malaysia karena memiliki utang terbesar kedua di Asia setelah Sri Lanka.
Unggahan tersebut pertama muncul melalui akun Facebook ini pada 11 Juli 2022.
Dalam unggahan itu, disertakan tangkapan layar dari situs Worlddebtclocks.com, yang menunjukkan utang nasional Malaysia melebihi 696,8 miliar ringgit Malaysia (sekitar 172,2 miliar dollar AS).
Pengunggah klaim tersebut memberikan keterangan dalam bahasa Inggris, yaitu:
"Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperingatkan bahwa Malaysia berada dalam dilema ekonomi yang sangat besar. Negara utang terbesar kedua di Asia setelah Sri Lanka adalah Malaysia."
Pencarian di Google tidak memperlihatkan adanya laporan resmi atau kredibel tentang IMFyang memperingatkan Malaysia tentang krisis utang. Di situs IMF ini pun tidak ditemukan adanya narasi tersebut.
Dalam siaran pers yang diterbitkan pada 28 April 2022, IMF memproyeksikan ekonomi negara itu akan solid dalam jangka menengah.
Hal ini didorong dengan kenaikan 5,75 persen permintaan eksternal dan domestik, setelah dicabutnya sebagian besar pembatasan terkait Covid-19.
Namun, IMF juga mencatat pandemi dapat menyebabkan kerugian PDB permanen dan pemulihan ekonomi tidak merata, dengan lebih banyak risiko yang ditimbulkan oleh pandemi dan perang yang berkelanjutan di Ukraina.
Menteri Keuangan Malaysia Zafrul Aziz pun membantah narasi itu melalui Facebook yang diunggah pada 15 Juli 2022.
Ia membagikan tangkapan layar unggahan yang dinialinya salah, kemudian menuliskan keterangan:
"IMF TIDAK PERNAH menyatakan bahwa Malaysia sedang mengalami masalah ekonomi, sebaliknya mereka yakin dengan prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia.”
"Baru-baru ini, IMF telah menyatakan keyakinannya bahwa produk domestik bruto (PDB) negara itu akan tumbuh pada tingkat 5,75 persen tahun ini," tulis Zafrul Aziz
Lebih lanjut Zafrul menulis bahwa banyak negara Asia memiliki rasio utang terhadap PDB yang lebih tinggi proporsinya dibandingkan dengan PDB Malaysia, termasuk Jepang sebesar 263,1 persen dan Singapura sebesar 132,8 persen.
Sri Lanka mencapai 107,2 persen, sedangkan Malaysia hanya 63,4 persen.