Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyerahnya Kaisar Hirohito Setelah Hiroshima dan Nagasaki Dibom Atom...

Kompas.com - 11/08/2022, 09:03 WIB
Ahmad Suudi,
Bayu Galih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Setelah mengalahkan Jerman dalam Perang Dunia II (1939-1945), Uni Soviet dan Sekutu yang dipimpin Amerika Serikat dan Inggris, berupaya menghentikan Perang Pasifik.

Dilansir dari History.com, Jepang menjadi musuh bersama bagi Sekutu di Asia. Apalagi, Jepang terus berupaya menginvasi wilayah lain, termasuk Indonesia dan Vietnam.

Presiden Amerika Serikat Harry S Truman memerintahkan serangan bom atom ke Kota Hiroshima, Jepang, yang dilaksanakan pada 6 Agustus 1945.

Penjatuhan bom atom mengerikan yang dinamai Little Boy itu menyebabkan 80.000 orang langsung meninggal dunia dan 35.000 lainnya terluka.

Hingga akhir tahun itu, setidaknya 60.000 orang lagi menyusul tewas terdampak bom yang kekuatan ledaknya setara 12 sampai 15 ribu ton TNT itu.

Baca juga: Usai Bom Atom Hancurkan Hiroshima, Awal Perang Dingin hingga Jalan Indonesia Merdeka

Jepang masih belum mundur dari peperangan hingga Amerika Serikat menjatuhkan bom atom keduanya ke Kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945.

Korban dari bom yang dinamai Fat Man itu sebanyak 60.000 hingga 80.000 jiwa. Bom seberat hampir 10.000 pon itu didesain untuk menghasilkan ledakan 22 kiloton.

Kaisar Hirohito yang merupakan pemimpin Jepang saat itu tak lagi bisa berdiam diri atas dua serangan itu. Sehari setelah ledakan bom atom di Nagasaki atau 10 Agustus 1945, ia mengumpulkan Dewan Perang.

Dia yang memimpin pertemuan itu meminta Dewan Perang Jepang untuk mempertimbangkan untuk menerima Konferensi Potsdam, yang artinya menyerah tanpa syarat.

Konferensi Potsdam adalah konferensi yang digelar di dekat Kota Berlin, Jerman, dari 17 Juli hingga 2 Agustus 1945, terkait penyikapan terhadap berakhirnya Perang Dunia II.

"Tampaknya jelas bahwa bangsa (kita) tidak lagi mampu berperang, dan kemampuannya untuk mempertahankan pantainya sendiri diragukan," kata Kaisar Hirohito.

Baca juga: Konferensi Potsdam yang Berakhir dengan Kegagalan Cegah Perang Dingin...

Awalnya Dewan Perang Jepang terpecah, dengan separuhnya menginginkan penyerahan dengan syarat mendapatkan jaminan bahwa kekaisaran akan tetap berperan dalam kenegaraan yang telah dilakukan secara turun-temurun.

Namun di sisi lain, Uni Soviet juga menyerang pasukan mereka yang tengah menduduki Manchuria, di daratan China bagian timur laut.

Pesan dari Kaisar Hirohito bahwa pihaknya menyerah, dikirimkan melalui duta besar Jepang di Swiss dan Swedia. Mereka kemudian meneruskannya kepada Sekutu.

Isi surat itu menerangkan bahwa Jepang menerima Konferensi Potsdam, asalkan tidak ada pasal yang merugikan hak prerogatif kaisar sebagai penguasa yang berdaulat.

Presiden Truman yang tak mau lagi jatuh korban dalam perang, terutama anak-anak, memerintahkan militernya untuk menyetop penyerangan dengan bom atom.

Saat negosiasi antara Washington dan Tokyo berjalan, perang di Manchuria belum juga berhenti.

Bahkan, nantinya sebagian pendapat menyebutkan invasi Uni Soviet ini yang menentukan Jepang untuk memutuskan menyerah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com