KOMPAS.com - Kerajaan Spanyol cenderung netral dalam Perang Dunia I dan II, namun memiliki sejarah kelam perang saudara yang mempengaruhi bentuk pemerintahannya.
Raja Spanyol Alfonso XIII mengesahkan pemilihan umum untuk menentukan bentuk pemerintahan negaranya, yang akhirnya dimenangkan keinginan kelompok republik liberal.
Dilansir dari History.com, kelompok kelas menengah liberal dan sosialis moderat banyak mengisi republik baru tersebut dan mengendalikan pemerintahan.
Setelah pemilihan itu, monarki pun dihapus dan Alfonso berpindah ke tempat pengasingannya. Namun hal itu tidak cukup untuk menghentikan gejolak dalam negeri.
Kelompok buruh terorganisasi dan radikal kiri memaksakan terjadinya reformasi liberal, yang pengaruhnya semakin meluas.
Baca juga: Presiden Nixon Kunjungi China, Saat AS Berupaya Memecah Komunisme...
Di sisi lain, para aristokrat pemilik tanah, gereja dan militer, tergabung dalam kelompok konservatif menentang gerak republik yang semakin ke kiri. Mereka memenangkan pemilihan umum pada 1933.
Kelompok kiri menanggapi hasil itu dengan melancarkan revolusi di distrik pertambangan Asturias oleh kaum sosialis, dan pemberontakan di Barcelona oleh kaum nasionalis Catalan.
Jenderal Francisco Franco muncul sebagai penghancur gerakan kelompok kiri yang disebut sebagai Revolusi Oktober.
Ia diangkat oleh pemerintah konservatif sebagai kepala staf angkatan darat pada tahun 1935.
Koalisi kelompok kiri memenangkan pemilihan umum yang digelar pada Februari 1936. Franco yang memiliki riwayat setia pada pemerintah konservatif sebelumnya di kirim ke Kepulauan Canary di lepas pantai Afrika.
Meskipun dibuang, Franco tetap akan mengambil banyak peran dalam pemerintahan Spanyol selanjutnya.
Baca juga: 14 Juli 1960, Ketika Uni Soviet Pertegas Kerenggangan dengan China karena Visi Komunisme
Para perwira militer khawatir pemerintah liberal akan semakin condong ke kiri dan mengubah negara itu ke tatanan komunisme. Mereka bersekongkol untuk merebut kekuasaan itu.
Meskipun semula ragu, Franco menerima ajakan tersebut. Mereka merencanakan memulai serangan di Maroko yang saat itu sebagiannya dikuasai Spanyol, pada 18 Juli 1936, pukul 5 pagi.
Namun gerakan mereka diketahui sore hari sebelumnya di Kota Melilla, hingga aksi tersebut dilakukan lebih cepat. Kota Melilla, Ceuta, dan Tetuan segera dikuasai kaum nasionalis dan konservatif Maroko.