Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkapnya Skandal Watergate dan Kejatuhan Presiden Nixon

Kompas.com - 17/06/2022, 21:01 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Bayu Galih

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Terungkapnya skandal Watergate menjadi salah satu momen menggemparkan dalam sejarah Amerika Serikat.

Skandal Watergate mengungkap persekongkolan politik yang dilakukan oleh petinggi-petinggi Negeri Paman Sam demi melanggengkan kekuasaan Presiden Richard Nixon.

Terbongkarnya skandal ini diawali dari tertangkapnya lima orang perampok yang mencoba membobol markas Democratic National Committee (DNC) di kompleks Watergate, Washington D.C. pada 17 Juni 1972.

Penyelidikan membuktikan bahwa peristiwa itu bukan perampokan biasa, dan melibatkan nama-nama petinggi Gedung Putih, termasuk orang nomor satu di AS saat itu, Presiden Nixon.

Upaya membobol markas DNC

Dilansir dari History, upaya pembobolan markas DNC berakar dari situasi poltik AS yang tidak kondusif pada masa itu.

Pada 1972, Presiden Nixon dari Partai Republik tengah mengejar targetnya untuk terpilih kembali dalam pemilihan presiden yang akan digelar.

Pada saat bersamaan, AS saat itu tengah dihadapkan dengan Perang Vietnam yang memicu timbulnya perpecahan di kalangan kubu pendukung dan penolak perang.

Situasi itu kemudian mendorong Nixon dan para penasihatnya untuk merancang strategi kampanye yang kuat. 

Strategi kuat tersebut rupanya melibatkan spionase ilegal terhadap lawan politik Nixon.

Pada Mei 1972, anggota tim pemenangan Nixon yang disebut sebagai Committee to Re-Elect the President (biasa dijuluki CREEP) membobol markas DNC untuk mencuri salinan dokumen rahasia dan menyadap telepon kantor.

Namun, alat penyadap yang dipasang ternyata tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga pada 17 Juni 2022 lima orang, yang awalnya dianggap perampok biasa, kembali menerobos markas DNC di Watergate.

Saat para perampok itu bersiap menerobos masuk, seorang penjaga keamanan melihat beberapa pintu gedung telah disabotase. Penjaga itu memanggil polisi, yang datang tepat pada waktunya untuk menangkap mereka.

Pada awalnya, masih belum jelas apakah para pencuri itu terkait dengan Nixon, meskipun kecurigaan muncul ketika para detektif menemukan salinan nomor telepon anggota CREEP di antara barang-barang para pencuri.

Pada Agustus 1972, Nixon memberikan pidato di mana dia bersumpah bahwa staf Gedung Putihnya tidak terlibat dalam pembobolan Watergate.

Sebagian besar pemilih mempercayainya, dan pada November 1972 Nixon terpilih kembali dengan kemenangan telak.

Bagaimana skandal Watergate terbongkar?

Salah satu kunci terbongkarnya skandal Watergate adalah kerja keras dari dua wartawan Washington Post, Bob Woodward dan Carl Bernstein.

Sebagian besar informasi mereka berasal dari sumber anonim yang mereka sebut Deep Throat, yang pada tahun 2005 terungkap sebagai W. Mark Felt, mantan direktur asosiasi Federal Bureau of Investigation (FBI).

Akan tetapi, Gedung Putih berhasil membingkai laporan Woodward dan Bernstein sebagai obsesi koran "liberal" yang mengejar balas dendam terhadap presiden AS.

Meski demikian, laporan tersebut sedikit banyak membongkar borok yang coba ditutup-tutupi oleh pemerintahan Nixon, dan membuat publik menuntut kebenaran.

Selanjutnya, sebagaimana ditulis Britannica, pada Januari 1973 pengadilan terhadap para perampok markas DNC diadakan di hadapan Hakim John Sirica.

Pemeriksaan langsung Sirica terhadap para saksi mengungkapkan fakta yang ditutup-tutupi oleh para ajudan Gedung Putih, yaitu H.R. Haldeman, John D. Ehrlichman, dan John W. Dean.

Mereka dan Jaksa Agung Richard G. Kleindienst mengundurkan diri pada April 1973.

Jaksa Agung yang baru, Elliot L. Richardson, kemudian menunjuk Archibald Cox sebagai jaksa khusus untuk menangani skandal Watergate.

Tak lama berselang, sebuah komite Senat di bawah Samuel Ervin mengadakan dengar pendapat di televisi, di mana keberadaan rekaman percakapan di kantor presiden terungkap.

Rekaman tersebut dinilai menjadi bukti penting yang dapat mengungkap keterlibatan Nixon dalam skandal Watergate.

Cox dan Ervin meminta rekaman itu, tetapi Nixon menolak untuk memberikannya, dan meminta agar Cox dipecat (20 Oktober 1973).

Richardson mengundurkan diri sebagai protes, dan protes keras dari publik AS akhirnya memaksa Nixon untuk menyerahkan rekaman tersebut (8 Desember 1973).

Bola panas semakin deras bergulir ke orang nomor satu AS itu, dan pada Juli 1974, Komite Kehakiman Dewan Perwakilan Rakyat mengesahkan tiga pasal pemakzulan terhadap Nixon.

Pada 5 Agustus 1974, Nixon akhirnya menyerahkan tiga rekaman percakapan di kantor presiden, yang dengan jelas mengungkapkan keterlibatannya dalam skandal Watergate.

Nixon mengundurkan diri

Meskipun Nixon terus bersikeras bahwa dia tidak melakukan pelanggaran apa pun, dia mengundurkan diri pada 8 Agustus 1974. Ia digantikan oleh Gerald Ford.

Sebulan kemudian, Ford tampil di depan publik dan mengumumkan bahwa segala pelanggaran yang dilakukan Nixon selama menjabat akan dimaafkan.

Akan tetapi, beberapa pembantu Nixon tidak seberuntung itu. Mereka dihukum karena pelanggaran yang sangat serius dan dikirim ke penjara federal.

Jaksa Agung di bawah Nixon, John Mitchell, menjalani 19 bulan untuk perannya dalam skandal itu, sementara G. Gordon Liddy, mantan agen FBI, dihukum empat setengah tahun.

Kepala Staf Nixon H.R. Haldeman menghabiskan 19 bulan penjara sementara John Ehrlichman menghabiskan 18 bulan karena berusaha menutupi skandal tersebut.

Nixon sendiri tidak pernah mengakui keterlibatannya dalam skandal tersebut.

Meski demikian, ia tercatat dalam sejarah sebagai satu-satunya presiden AS yang mengundurkan diri dari jabatannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Tidak benar Satelit Cuaca Dimatikan Saat Kecelakaan Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

[KLARIFIKASI] Jakarta Masih Ibu Kota sampai Ada Keppres Pemindahan

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Helikopter Presiden Iran Terbakar di Udara, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

[HOAKS] Video Putin dalam Pesawat Menuju Pemakaman Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

INFOGRAFIK: Hoaks Foto Perlihatkan Puing Sirip Helikopter Presiden Iran yang Jatuh

Hoaks atau Fakta
Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Fitur AI Terbaru dari Microsoft Dinilai Membahayakan Privasi

Data dan Fakta
Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Beragam Informasi Keliru Terkait Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

[HOAKS] Presiden Iran Selamat dari Kecelakaan Helikopter

Hoaks atau Fakta
CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

CEK FAKTA: Benarkah Oposisi Tak Lagi Dibutuhkan dalam Pemerintahan?

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

[KLARIFIKASI] Isu Lama, Produk Bayi Mengandung Bahan Penyebab Kanker

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

[HOAKS] Suporter Indonesia Kumandangkan Takbir Jelang Laga Lawan Irak

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

[HOAKS] Bansos Tunai Rp 175 Juta Mengatasnamakan Kemensos

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

[KLARIFIKASI] Foto Ini Bukan Pemakaman Presiden Iran Ebrahim Raisi

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

[HOAKS] Modus Baru Mencampur Gorengan dengan Narkoba

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

INFOGRAFIK: Aturan Pelarangan TikTok di Berbagai Negara, Simak Alasannya

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com