KOMPAS.com - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan bahwa kuliner, fesyen, dan kriya atau kerajinan tangan saat ini mengisi 70 persen pasar ekonomi kreatif Indonesia.
Hal itu disampaikannya saat meninjau pelatihan membatik di Pesantren Roudlotul Muta'alimin, Dusun Simbar, Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (6/6/2022).
Ekonomi kreatif menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar Rp1.000 triliun pada tahun 2018, seperti dilansir dari situs resmi Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Sebanyak 75 persen dari angka itu datang dari subsektor kuliner, fesyen, dan kriya. Dan sisanya dari 14 subsektor ekonomi kreatif lain, seperti pengembang permainan, arsitektur, musik, film, fotografi, hingga periklanan.
Sandiaga mengatakan bahwa usaha batik di subsektor fesyen, telah mampu menyerap 200.000 tenaga, yang sebagian telah tersertifikasi oleh Kemenparekraf.
Setelah pertumbuhan ekonomi ditekan oleh dampak pembatasan aktivitas masyarakat karena Pandemi Covid-19, pihaknya berharap ekonomi kreatif kembali meningkatkan perekonomian.
"Kita harapkan jadi lokomotif sebagai penggerak ekonomi. Banyuwangi sudah dikenal bahwa ekonomi kreatif jadi andalannya. Ini kesempatan kita membangkitkan ekonomi dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya," kata Sandi, Senin.
Sebelumnya, Sandi sempat belajar membatik tulis, bersama ibu-ibu pembatik dalam acara tersebut.
Mutmainah, pembatik yang mengarahkan Sandi mencanting, mengatakan semua perempuan di dusun tersebut bisa membatik tulis.
Mereka mengerjakannya di sela-sela melakukan kegiatan sebagai ibu rumah tangga, membantu tetangga yang memiliki hajatan, hingga mengikuti pengajian.
"Kadang sepi kadang ramai, orang kan tergantung mood. Kadang sekarang musim batik, kalau tren batik, pada pesan. Besok kalau sudah enggak (jadi) sepi lagi, paling sekolahan sama guru-guru yang biasanya pesan," kata Mutmainah, Senin.
Seberapa besar nilai ekonomi yang didapatkan pembatik tulis di Banyuwangi?
Saat banyak pesanan dia bisa membatik 15 lembar kain per bulan. Sementara saat sepi, bisa membatik sekitar 8 potong kain per bulan.
Ongkos yang dia dapatkan per lembar bervariasi, tergantung tingkat kerapatan gambar dalam motif batik yang dikerjakan.
Semakin rapat gambar dalam motif batik tersebut, semakin mahal ongkos yang diterima pembatik tulis seperti dirinya. Kalau motifnya penuh ongkosnya sekitar Rp60.000 per potong.
Bila sebulan dia menghasilkan 15 potong batik dengan motif penuh, penghasilannya sekitar Rp900.000 pada bulan itu.
Sementara upah minimum kabupaten (UMK) Banyuwangi tahun 2022 sekitar Rp2.300.000 per bulan.
"Pesanan mulai merangkak kembali normal (setelah Pandemi Covid-19), sedikit-sedikit ramai, sekarang bisa 8 potong per bulan. Kalau pengerjaan, tergantung motifnya kan, lama atau tidaknya pengerjaan," kata Mutmainah lagi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.